A better life (3)

306 24 7
                                    

Sejak kejadian beberapa minggu lalu kehidupan Snape jauh dari kata tenang, tidurnya pun terganggu dengan mimpi-mimpi yang jauh lebih menyakitkan dari kematian Lily.

Mimpi dimana keluarganya meninggalkannya dan bahagia tanpa ada dirinya disana. Sebelumnya tidak pernah ada mimpi seperti itu, mengapa saat hubungan  mereka renggang, mimpi-mimpi itu seakan nyata.

Baru Snape sadari, ternyata kehadiran mereka lah yang membuatnya tetap waras selama ini.

...

"Berniat kembali ke Hogwards?" Tanya Snape yang kini berjalan beriringan dengan putrinya.

"Jangan harap." Jawab Athena dingin.

Snape mencoba bersabar dengan respon putrinya, "Bisa kita berbicara?" Tanya Snape yang berusaha menyamai langkah putrinya yang Snape sadari semakin cepat.

"Bicara apa? Aku bukan lagi siswa Hogwards, aku hanya ingin mengambil barang-barangku yang masih tertinggal di asrama." Balas Athena mulai tidak sabar.

"Bukan sebagai guru dan murid, tapi sebagai ayah dan anak." Ucap Snape.

Athena mendelik, "Ayah dan anak? Aku sedikit kurang nyaman dengan sebutan itu." Tatapnya pada ayahnya, baru Athena sadari wajah Snape tampak lebih lelah dari biasanya.

"Aku tidak tahu caranya menghadapi anak kecil, tapi tolong turuti aku untuk kali ini." Ucap Snape berusaha selembut mungkin walaupun tatapan intimidasinya tidak pernah hilang.

"Perlu kau tahu, aku bukan anak kecil lagi, umurku sudah tiga belas tahun, dua bulan lagi empat belas. Tapi aku yakin kau tidak mengetahui tanggal berapa tepatnya aku lahir." Sarkas Athena.

"Fine, banyak yang tidak aku ketahui tentangmu, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat. Jadi, bisakah luangkan waktumu sebentar? Aku butuh bicara denganmu." Snape terlihat memohon.

Athena terlihat berpikir, "Fine, untuk terakhir kalinya. Sebelum surat gugatan Mama sampai pada pengadilan." Terang Athena berusaha tegar, walaupun saat mengatakannya bibirnya sedikit bergetar, ia tidak menduga bahwa keputusan Mamanya adalah bercerai dari Snape, ayahnya.

Snape mempersilahkan Athena untuk masuk ke dalam ruangannya, ruangan itu tampak lebih suram, barang berserakan dimana-mana, sampai-sampai Athena pun bingung harus duduk dimana.

"Sini." Snape mengarahkan Athena untuk duduk di kursi kerjanya dan Snape lebih memilih mengambil duduk di sebrangnya.

"Jadi bagaimana?" Tanya Athena to the point, dirinya lebih terlihat mengintimidasi disini, ternyata kursi kerja ayahnya memiliki pengaruh yang besar.

"Aku tidak tahu bagaimana Mamamu dan juga dirimu tahu tentang masa laluku. Aku...kau tahu..." Snape berusaha merangkai kata sebaik mungkin, yang malah terdengar menggelikan ditelinga Athena.

"Langsung saja jangan berbelit-belit." Kesal Athena.

"Entah bagaimana kalian menafsirkan apa yang kalian ketahui saat ini, tapi aku yakin kalian meyakini bahwa aku belum bisa melupakan masa laluku, dan untuk hal itu benar adanya. Kalian tahu kehadiran kalian benar-benar diluar dugaanku, dulu aku berfikir tidak akan pernah memiliki sebuah keluarga, maksudku aku lebih baik hidup menyendiri selama hidupku, namun kehadiran ibumu yang tiba-tiba serta dirimu yang lahir ke dunia, bagai putaran kaset kusut di dalam otakku, akal dan hatiku masih belum bisa menerima kehadiran kalian." Ucap Snape pada akhirnya.

"Sampai saat ini bukan?" Tanya Athena, "Bodohnya Mama dan aku tidak menyadarinya, sosok pria yang Mama cintai dan sosok ayah yang aku kagumi ternyata tidak menganggap kehadiran kami ada, ckkk, bodoh...bodoh...sangat bodoh." Sarkas Athena dengan suara yang bergetar menahan tangis.

"Tapi aku menyayangi kalian." Ucap Snape.

"Aku rasa bukan menyayangi tepatnya, kau hanya merasa bertanggung jawab atas kehadiranku dan Ma. Bukan begitu Papa?"

Snape terdiam, dirinya merasa terpojok.

"Kau tidak pernah menghabiskan waktu denganku, setiap aku meminta waktumu, apa jawabanmu? Kau selalu bilang "sibuk," aku tidak pernah memprotes kehendakmu, aku selalu menurutimu, karena apa? Aku menyayangimu Pa. Tapi saat tahu kehadiran aku dan Ma hanya membuatmu merasa terbebani, apa masih perlu aku memiliki rasa sayang untukmu? Haruskah aku mulai membencimu?"

Suara Athena semakin parau karena air mata yang tidak mau berhenti.

Snape tersentak, sesakit itu kah perasaan putrinya saat dirinya mengabaikannya.

"Mengapa tidak dari dulu kau meninggalkan aku dan Mama, buat apa menunggu sampai kami mengetahuinya sendiri? Aku benar-benar membencimu." Athena makin terguncang.

Snape tidak bisa menunggu, Snape mendekati Athena dan berjongkok dihadapannya, "Aku ayah yang sangat buruk ya?" Tanya Snape.

Athena menundukkan pandangannya, tangannya terkepal menahan emosi yang tersulut, matanya semakin buram oleh air mata.

Snape menarik dagu Athena untuk menatapnya, "Pupuk rasa bencimu itu dan keluarkan saat ini juga, setelahnya gantilah dengan rasa sayangmu lagi."

Athena semakin menangis dan memeluk ayahnya erat, "Aku membencimu Pa."

"Papa menyayangimu dear, maukah memaafkan Papamu yang bodoh ini?" Snape mengusap punggung putrinya dan mengecup pucuk kepalanya, "Aku akan mengganti waktumu dan Mamamu yang terbuang karena mencintaiku, maafkan aku."

~~~~~~~~~~~~~••••••••~~~~~~~~~~~~~

"Malam ini sangat indah bukan?"

"Malam tanpa ada bulan dan bintang? Sudut mana yang kau bilang demikian?"

Yang ditanya hanya terdiam tanpa menjawab, membuat sang penanya mengalihkan pandangannya menatap langsung ke arah orang yang diajak berbicara.

"Mengapa menatapku?"

"Mengagumi keindahan yang selama ini aku abaikan."

"Ckk, baru sadar saat semuanya akan berakhir?"

"Bagaimana bisa berakhir kalau kita saja belum memulainya?"

"Aku tidak paham."

Orang itu mendekat, mereka kini berhadapan, "Maukah memulainya dari awal?"

"Kau sedang mabuk? Aku bukan dia."

"Aku sangat sadar. Aku menyadari bahwa bahagiaku tidak tertinggal di masa lalu, tapi disinilah bahagiaku, bersamamu Lizzy Anneva Snape. Sudah cukup aku menyangkalnya selama belasan tahun, ternyata mencintaimu tidak seburuk itu. Aku mengakui bahwa seorang Lambert berhasil meluluhkan seorang Snape."

Snape menarik pinggang Lizzy agar semakin dekat, "Maukah berjuang bersamaku untuk menciptakan keluarga yang bahagia? Kini bukan hanya dirimu yang berjuang, aku akan ikut serta bersamamu." Ucap Snape menatap intens istrinya.

Lizzy berkaca-kaca kemudian mengangguk, mereka kini saling memeluk dengan sadar, perjuangan Lizzy kini berakhir manis.

...

"Rencanamu tidak buruk Mr. Potter." Ucap Athena yang memandang dua insan dari kejauhan.

"Aku tidak kalah pintar darimu Ms. Snape." Jawab Harry yang juga memandang mereka dari kejauhan, "Oh ya, aku sekarang menagih janjimu untuk membantuku mendekati Ginny."

"Kapan aku menjanjikan itu?" Tanya Athena memasang wajah serius.

"Dasar ular licik!" Umpat Harry.

END.

See you next time.











Untold Story (Severus Snape)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang