3. Balcony

211 17 0
                                    

Masih kebingungan namun aku tetap pergi berkeliling dorm bersama dengan manajer Woozi. Kami menikmati obrolan random kami selagi berjalan jalan. Tidak jarang ia menceritakan hal lucu mengenai beberapa member selagi latihan atau saat variety show dan aku pun tertawa lepas.

Tidak lama kami kembali ke ruangan karena sudah beres menyelidiki setiap sudut dorm kecuali kamar kamar member. Privasi dong. Walaupun jujur aku pun penasaran setengah mati. Tapi tetap saja tidak boleh. Titik. Tidak menerima penolakan.

Tampaknya para member sudah selesai berlatih. Terlihat Jun dan Minghao malah sibuk berfoto di kaca tempat latihan sedangkan Wonwoo dan Mingyu malah asik bercanda. Joshua dan Jeonghan yang tadinya sedang mengobrol menoleh ke arahku.

"Eyyy! Udah selesai keliling?" seseorang memanggilku dengan cara yang cukup unik. Iya. Jeonghan. Siapa lagi yang memanggilku dengan suara seperti itu.

Joshua melontarkan senyuman mautnya yang mampu membuatku meleleh di tempat. Manis sekali manusia satu ini. Sedangkan Jeonghan sudah melambaikan tangannya gemas begitu ia melihatku masuk.

"Sudah~," balasku mengacungkan jempol.

"(Y/n)-ah, sini sebentar," Woozi memanggilku dengan lembut lalu berjalan mendahuluiku.

Aku mengganguk lalu berlari kecil menyusul Woozi menuju studionya. Sebelum pergi aku tersenyum manis sembari memberikan wink ke arah Jeonghan. Hitung hitung balasan dia sebelum latihan tadi.

Terpantau Jeonghan terkejut sembari memekarkan tawa manisnya. Gerakan mulutnya menunjukkan kata 'mwoya' yang artinya apa. Deretan giginya terpampang rapi. Joshua disampingnya ikut tertawa seakan salah tingkah dan malah memukul kencang Jeonghan.

"Ish apaan sihh," ketus Jeonghan memukul balik pundak Joshua. "Sakit bego!"

"Ahaha aduh maap reflek mukul soalnya," tawa Joshua menahan pukulan Jeonghan yang betubi tubi. "Woi aku mukul cuman sekali ya eoh!"

Aku bergegas ke studio Woozi sembari tertawa mendengarkan ocehan mereka. Mereka tahu tidak sih kalau mereka hyung line? Kelakuan mereka benar benar seperti maknae.

"Woozi-yaa!" panggilku senang. "Perlu bantuan apa? Apa kita bakal buat lagu?"

Woozi menoleh dari kursi studio kebangsaannya, "Semangat banget ahaha. Kayanya kamu pengen cepet cepet buat lagu, (y/n)-ah. Bener sih tapi belum sampai buat lagu seutuhnya."

"Iya dong! Apalagi buat lagu bareng seorang Woozi. Itu salah satu mimpiku sejak lama!" dengan semangat 45 aku mengepalkan tanganku.

"Panggil uji saja. Aku ga biasa dipanggil Woozi kalo bareng staffku."

"Baik ujii," aku tersenyum simpul.

"Sini duduk. Aku pengen ngeliat seberapa jauh kemampuanmu. Ga usah dipaksakan tapi tunjukan usaha terbaik kamu ya," Woozi menepuk nepuk pundakku pelan.

Tatapannya tidak ada paksaan sama sekali malah yang tertera disana hanyalah kepercayaan bahwa aku akan memberikan yang terbaik. Aku tersenyum lebar dan segera menarik sebuah kursi ke dekat Woozi.

"Hwaiting (y/n)-ah," ucap Woozi pelan kemudian menarik kursinya sedikit menjauh. Kedua tangannya dilipat dan matanya memerhatikan seluruh keberadaanku di studionya.

Aku mengganguk semangat dan mulai mengutak ngutik komputer yang biasa Woozi pakai untuk menghasilkan lagu yang luar biasa. Tidak butuh waktu lama, melodi sudah memenuhi studio itu.

"Daebak. Hebat juga kamu," puji Woozi sembari mengikuti ritme melodinya sementara aku hanya bisa tersenyum simpul. "Mungkin sedikit saran dariku, dari sini sebaiknya dibuat seperti ini."

Unspoken Love || Yoon JeonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang