"Gimana noona? Keren kann? Uri BooSeokSoon?" Seungkwan menyerukan bagian favoritnya sembari menyodorkan genggaman tangannya ke arahku seakan menungguku menjawabnya dengan semangat.
"Hwaiting haeyaji!" teriak Hoshi baru saja kembali sehabis mengambil minuman.
"Bukan kamu!" Seungkwan memasang wajah julidnya ke arah Hoshi. "Orang aku nanya ke noona dih."
"Emang aku peduli? Tidakkk," balas Hoshi sembari tertawa renyah dan super keras seperti yang biasa ia lakukan di acara Going Seventeen. Dokyeom tertawa sampai terjungkal karena tiba tiba saja Hoshi berlari menaiki punggung Seungkwan disertai pose andalannya horanghae.
"HORANGHAE!"
"DASAR GILA TURUN GA!" omel Seungkwan berusaha menurunkan siluman harimau itu.
"GA MAU WLE!" balas Hoshi masih tetap bergelantungan di punggung Seungkwan.
Tidak henti hentinya aku membiarkan kedua ujung bibirku membentuk senyuman dan bahkan sampai tertawa terbahak bahak karena mereka. Rasa senang memenuhi pikiranku sampai aku tidak sadar bahwa Vernon mengamatiku dalam diam walau sesekali ia juga tertawa lebar menampakkan tawa legendnya.
Tok tok
Kami berlima mendadak menghentikan segala aktivitas kami dan langsung menoleh ke arah sumber suara. Dan tebak siapa yang ada disana. Benar sekali. Dua manusia yang ribut di studio bahkan sampai menyuruhku pergi ternyata sudah menunggu di ambang pintu. Aku mengerenyitkan dahiku aneh karena mereka terlihat baik baik saja malah Jeonghan menaruh lengannya di pundak Woozi.
Aku jadi keiinget date itu kan haduh. Jadinya gimana nih.
Mengesampingkan bahan overthinkku, aku langsung berdiri dan menghampiri mereka.
"Sudah selesai kah? Jadinya bagaimana Uji?" tanyaku.
"Aku bolehin kalian date."
"Hah?"
"Aku bolehin kalian date, (y/n)-ah," Woozi tersenyum manis.
Manis sekali haduh. Tapi bukan itu jawaban yang kuharapkan Ujiii. Rasanya seperti disambar petir di siang bolong. Sementara itu disampingnya berdiri Jeonghan yang tersenyum bangga sembari memberikan tatapan bahwa ia menang.
"HAH KOK BISA?" teriakku tidak percaya pendengaranku sendiri. Woozi kemudian mengganguk tanpa ragu. Aku hanya bisa melongo tidak percaya sampai mulutku saja dibiarkan terbuka saking terkejutnya.
"Kamu serius Ji? Kalo aku ga mau gimana ih. Bisa bisa aku dipecat kalo ketauan Ji," bisikku khawatir.
"Daripada date ini lebih ke nemenin Jeonghan hyung aja kok. Anggep kontrak buat nemenin dia jalan jalan gitu. Oia ini ga berlaku selamanya. Kadaluarsanya sampai comeback nanti. Kalau kamu mau, aku bisa menambahkan gajimu. Gapapa kan?" jelas Woozi menyingkirkan tangan Jeonghan dari pundaknya.
Aku menggaruk tengkuk leherku bingung. Haruskah aku terima? Ini seperti mempertaruhkan perkerjaanku dan satu sisi mempertaruhkan perkerjaan Jeonghan sebagai idol.
Melihatku tidak yakin, Jeonghan dengan cepat menarikku keluar dari ruang latihan, menutup pintu setelah Woozi ikut keluar, dan berbisik, "Aku janji tidak akan macem macem kok. Kau bisa pegang ucapanku. Cukup temani keseharianku sampai comeback berikutnya. Lagipula gajimu bakal naik juga kan?"
"Gila. Ini bukan tentang gajiku bodoh! Kamu ini mempertaruhkan kehidupanmu sebagai idol tau! Begitu ketahuan, selesai sudah semua yang sudah kamu bangun sampai saat ini," balasku sedikit menjauh darinya sembari menahan emosiku yang bergejolak.
"Ya ga akan lah. Orang hanya akan mengganggap kita sebatas staff dan idol-"
"Karena itu tidak bisakah kita tetap menjadi sebatas rekan kerja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Love || Yoon Jeonghan
Fanfiction"Sampai detik ini pun, aku tidak pernah menyesal telah menyayangimu sampai akhir." ~ Yoon Jeonghan "Maaf, ternyata hatiku seegois ini memintamu hadir dalam setiap doaku." ~ (y/n) Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Begitulah cara takdir menuli...