"Cil," panggil Jeonghan dikala aku sedang sibuk menyantap makanan didepanku dengan lahap. Tidak lupa ditemani dengan film barat yang diputar di televisi kamar Jeonghan.
Aku menoleh dengan mulutku yang masih penuh.
"Hm?" gumamku disambut dengan tawa khas Jeonghan. Imageku keknya udah jelek banget kali ya di mata Jeonghan bodo ah ga peduli batinku dalam hati.
"Liat nih. Keren ga?" Jeonghan menunjukkan bangunan legonya yang baru jadi setengah. Aku mengacungkan jempol bangga lalu kembali berkutat dengan makanan dan filmku.
"Gitu doang reaksinya? Ah nyebelin banget," gerutu Jeonghan tidak percaya dan kembali menyusun legonya.
"Harusnya gimana?" tanyaku setelah menelan makananku tadi.
"Ya puji apa kek susah tau buat gini."
"Wuah keren banget. Dah kan?" Aku tersenyum samar menyembunyikan kegemasanku.
"Telat."
Masih dengan raut cemberutnya, Jeonghan kembali sibuk mencari kepingan lego yang sesuai dengan gambar di buku panduannya. Walaupun aku tidak ingin mengakuinya, dia terlihat manis disaat ia sibuk sendiri dengan dunianya. Dengan cepat aku membereskan kegiatanku dan duduk di depannya bermaksud untuk membantunya memisahkan kepingan lego berdasarkan warna.
"Mau ngerecokin ye?" tanya Jeonghan curiga dengan gerak gerikku.
"Dih. Emangnya aku kek kamu. Baik aku ma," balasku tidak terima sembari memisahkan legonya.
Jeonghan memasang wajah julid tapi setelahnya ia tersenyum simpul. Jarang jarang ia kalem begini saat bersamaku. Tumben banget. Cukup lama kami bermain dengan lego ini. Dari yang awalnya hanya berbentuk kotak kosong sampai sekarang membentuk sebuah toko roti Perancis abad ke-19.
"Aku ngantuk," celetuk Jeonghan tiba tiba membuatku lumayan kaget. Masalahnya ia masih terus menyusun legonya dan tidak memberikan tanda tanda kantuk sama sekali. Aku menatapnya bingung.
Beneran apa boongan nih? Tapi dari matanya kek bener sih..
"Mau udahan aja? Tidur gih ntar aku beresin," balasku dan ditanggapi anggukan dari Jeonghan.
"Besok temenin lagi ya? Aku libur besok. Kamu mau main kemana?" tanyanya lagi dengan suara serak seakan ia memang sudah lelah namun tetap memaksakan diri untuk mengajakku ngobrol.
"Iya boleh. Tapi bahasnya besok aja ya? Kamu sekarang tidur dulu," Aku menatapnya hangat lalu mengusap kepalanya lembut.
"Kabari aku. Jangan ngilang kaya tadi," balasnya lagi.
Aku mengganguk dan menuntunnya ke ranjang. Kutarik selimutnya menutupi badannya agar ia tidak kedinginan. Jeonghan hanya mengamatiku selagi aku merapikan mainan legonya. Sehabis beres, aku menoleh dan kudapati Jeonghan hanya tersenyum hangat dari tempat tidurnya.
"Aku pergi dulu ya. Selamat tidur mimpi indah," senyumku. Jeonghan mengangguk dan aku menutup pintu kamarnya pelan.
***
"Apa? Bukannya hari ini libur? Kok tiba tiba ada jadwal sih?"
Jeonghan terlihat murka karena ternyata satu hari liburnya pun dipakai untuk mengisi sebuah acara interview. Ia bahkan sudah bersiap menghampiriku di studio yang sedang menyelesaikan lagu Imperfect Love. Namun diberhentikan oleh Joshua karena staff akan memberitahu sesuatu. Jeonghan menurut tapi apa yang disampaikan staff tersebut malah membuatnya naik darah.
Jeonghan tidak berniat menyembunyikan amarahnya dan hanya membuang muka tidak percaya dengan perkataan staff dihadapannya. Sesekali ia mendengus kesal mendengar penjelasan staff tersebut. Walau sebenarnya ia tahu bukan sepenuhnya salah staff itu. Hanya saja kekesalan Jeonghan saat ini lebih mengendalikannya. Member lainnya pun tidak setuju karena bagaimana pun hari libur ya hari libur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Love || Yoon Jeonghan
Fanfic"Sampai detik ini pun, aku tidak pernah menyesal telah menyayangimu sampai akhir." ~ Yoon Jeonghan "Maaf, ternyata hatiku seegois ini memintamu hadir dalam setiap doaku." ~ (y/n) Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Begitulah cara takdir menuli...