"Ahh aku laper banget," keluhku sembari menyeret tubuhku menuju studio. "Abis ini makan dulu baru lanjut ngerjain. Udah ga ada tenaga disuruh lari lari. Jompo aku ini."
"Ngapain ngomong sendiri?"
"YA!" teriakku kaget. Untung saja tidak berteriak aneh aneh seperti waktu bersama dengan Jeonghan batinku dalam hati.
Aku menengok ke belakangku dan kudapati Woozi sedang bengong menatap aku yang kagetan ini. Wajahnya seperti anak kecil kehilangan arah. Gemasnyaa.
Padahal seumuran tapi entah kenapa dia ini baby face sekali. Hampir saja aku unyel unyel pipi dia.
Sadar woi (y/n). Gila ya. Itu boss kamu anjir.
"Jangan ngagetin gitu dong uji," aku mengalihkan pikiranku dengan bertanya karena ya sepertinya dia tidak akan bertanya dan akan tetap berpose kebingungan.
"Eh iya. Soalnya kamu ngomong sendiri padahal ga ada orang kan serem. Takutnya kamu kesurupan ntar repot lagi. Apalagi kalau member tau. Terjadilah perang dunia 3. Tapi gapapa aku ke isekai aja gampang," Woozi menaikkan pundaknya seakan kapan saja ia bisa memasuki dunia isekai.
"Ugh.. aku iyain aja gimana? Biar kamu seneng," jawabku memaksakan senyum.
Kebanyakan nonton anime ni anak. Isekai ga tuh.
"Ga ikhlas gitu ngomongnya. Kamu ga percaya isekai nyata?" tambah Woozi semakin mendalami perannya.
"Hah..?"
Aku terdiam kebingungan sedangkan Woozi terlihat serius sekali sampai aku berpikir apakah benar isekai nyata. Kami terdiam beberapa saat sampai Woozi terkekeh duluan mengakhiri kewibuannya disusul aku yang tertawa terbahak bahak.
"Ternyata si jenius, producer lagu seventeen yang terhormat, Lee Jihoon agak agak hmmm ya gitu dehh," candaku sembari menunjukkan raut muka mengejek.
Woozi tertawa lepas sampai matanya membentuk garis manis disertai senyumnya yang membuatku ingin memasukkannya ke dalam karung dan menculiknya.
"Ih uji. Aku belom beres tau lagu yang tadi pagi kamu kasih. Ngeselin ga pas ritmenya. Bisa tolong bantu ga ya? Tapi aku makan dulu boleh?"
Tiba tiba saja aku teringat tugasku sementara aku bahkan belum membuka makananku. Perutku sudah kelaparan sejak tadi namun tetap saja aku lupa menggubrisnya.
"Boleh kok. Santai aja. Sambil makan aja kamunya. Ayo sini aku bantuin," ajak Woozi kemudian berjalan di depanku menuju studio.
"Maaf ya padahal kamu baru beres latihan," ucapku sembari berjalan di belakangnya karena baru saja melihat jadwal latihan mereka di dinding.
"Tidak usah dipikirkan. Yang penting lagunya beres dulu," balasnya membuka pintu studionya.
Pendingin ruangan itu langsung menghembuskan angin dingin yang menyegarkan kami berdua. Bedanya satu baru saja beres latihan melelahkan dan satu lagi baru saja pulang dari panas teriknya matahari demi secuil makanan.
Mengapa terlihat jauh sekali perbedaan kami? Hiks.
Tidak lama kami pun makan sembari melanjutkan lagu tadi. Sebenarnya lagu itu merupakan tugasku tapi entah kenapa malah menjadi tugas bersama.
"Iya gitu astaga dari tadi. Kamu 3G ya sinyalnya?" Woozi akhirnya menyenderkan tubuhnya lega karena akhirnya aku mengerti maksudnya setelah 4 kali percobaan.
"Kerja bagus (y/n)-ah. Oia judulnya buatin dong," Woozi kemudian bersiap untuk menambahkan judul lagu begitu aku mengucapkan sesuatu.
"Hmm bagaimana kalau.. imperfect love..?" jawabku pelan. "Sebenarnya aku sudah memikirkan judulnya sebelum aku menulis lirik lagunya. Bagaimana menurutmu uji?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Love || Yoon Jeonghan
Fanfiction"Sampai detik ini pun, aku tidak pernah menyesal telah menyayangimu sampai akhir." ~ Yoon Jeonghan "Maaf, ternyata hatiku seegois ini memintamu hadir dalam setiap doaku." ~ (y/n) Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Begitulah cara takdir menuli...