1.2

453 57 17
                                    

Hari ini adalah D-day, atau sebut aja hari puncak dari event yang udah disiapkan dari jauh-jauh hari.

Bukan jauh hari lagi kalau kata Sagit, nyaris tiga bulan dia dan temen-temen organisasi lainnya banting tulang membuang keringat, nggak peduli hujan badai, angin topan, dan berbagai halangan lainnya, semua dia trobos demi kesuksesan event ini. Ya dan bener aja, event kali ini terbukti sukses.

Dilihat dari luar gedung gelora aja udah ramai pengunjung, nyatanya di dalam juga sama. Banyak stand berjajar, mulai dari stand makanan, minuman, merchandise, bahkan hingga pameran hasil tangan. Yang jelas bukan cuma mahasiswa dan mahasiswi UBM aja yang meramaikan event kali ini, namun melibatkan para umkm, pelajar, orang industri, bahkan masyarakat sekitar.

Bahkan panggung dan kursi penonton yang menjadi pusat dari event ini pun udah ramai didatangin. Dari ujung depan hingga belakang juga terlihat panitia yang sibuk- terutama anak-anak pubdok dan keamanan, yang nggak berhenti mondar mandir.

Sedangkan di sini, tepatnya di stand telekomunikasi milik anak ilkom, Sagit lagi ngaso sambil mendramatisir keadaan.

Dia pengen nangis bombay katanya, walaupun partisipasi dia nggak bisa di bilang besar-besar amat lah ya, tapi ngeliat event yang kali ini ikut dia bantu jadi sukses tuh rasanya ada kebanggan tersendiri.

"Fix mah, minimal gue deserve naik jabatan abis ini." Ngelunjak.

Temen-temennya udah khatam, tapi Faza yang dari tadi udah kelewat gumoh dengerin drama-dramaan Sagit, akhirnya menoyor (jengkel) kepala Sagit.

"Stop alay, mending lo ke backstage deh mantau anak perkap. Ngapain malah mejeng di sini, anjir?"

Sagit mandang nggak suka, muka julidnya udah terpampang siap protes. "Bahkan gue belum ada sepuluh menit berdiri di sini, nyet! Kasih gue minum kek?"

Nggak pake babibu, Faza nyodorin satu kaleng kopi yang kebetulan dia temuin di laci meja stand. Sagit ngangkat sebelah alisnya, "Ada sianidanya ya?"

"Bacooot, sono minggat lo!"

Sagit auto kabur sambil nyengir, nggak lupa ngambil kopi yang disodorin ke dia tadi.

Di sisi lain, tepatnya di backstage. Orang-orang pada keliatan sibuk banget, mulai dari anak dekorasi, perkap, sampe sebagian anak humas juga ada di situ. Dan tentunya juga para pengisi acara panggung, salah satunya BANDrek. Band dadakan gabungan anak teknik yang akhirnya kesampean manggung.

Ada Haris dong tentunya. Ngapain? Lagi nyemilin kencur di backstage. Iya, kencur. Nggak salah baca kok.

Kalau ditanya 'kenapa nyemilin kencur?', Haris bakal dengan santai jawab, "Ya supaya suara gue nggak kayak knalpot racing lah!"

Ya, oke deh.

Tapi jujur aja nih, Jeremy yang dari tadi duduk bersebrangan sama Haris dengan Haris yang makan kencur sampai habis dua buah sebagai tontonan, jadi eneg sendiri.

Jeremy gedikin bahunya, merinding. "Mirip seblak nggak, Ris?"

Haris ngangkat bahunya acuh, males jawab. Ngirit suara ceunah. Alhasil Jeremy yang dikacangin jadi kesel, langsung minggat sambil nenteng tas gitarnya.

"Oit! Mau kemana lo?" Akhirnya Haris bersuara.

Jeremy ngangkat tasnya, "Ngecek senar!" Dan dibales 'Ok' sign sama Haris.

Dan berakhir Haris balik pongo sambil nyemilin sisa kencur di tangannya. Omong-omong Haris lagi duduk di pojokan, ya nggak pojok banget sih. Tapi jadi keliatan mojok karena emang Haris lagi duduk sendiri di meja konsumsi. Kalau ditanya anggota band nya pada kemana, jawabannya adalah belum semua dateng.

Mi Casa ; xikersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang