💍Ldr-an dulu ya..

602 81 30
                                    

- J E W E L S B L U E -
°°°

Terhitung sudah 6 bulan mereka menempati rumah yang dibeli hampir satu tahun lalu. Awal-awal Lia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar terutama tetangga. Sewaktu di apartemen boro-boro interaksi sama tetangga, nyapa atau lihat saja jarang.

“Jun.. Dompet kamu mana? Aku mau beli sayuran di depan.” Lia menggoyang badan Juna yang lagi tidur di atas sofa ruang tamu.

“Di jaket.” balasnya sambil mata tertutup.

“Pas aku balik dari luar, kamu udah bangun ya!”

Juna cuman bergumam. Semalam itu Lia lupa mau belanja keperluan dapur, karena Juna lagi di luar rumah dan keadaan semalam tuh hujan deras jadinya Lia males keluar buat belanja sendiri.

Bingung mau masak apa, secara kebetulan tukang sayuran lewat depan rumah. Rasanya Lia kayak jadi ibu rumah tangga yang sesungguhnya.

“Tiap hari saya mangkal disini aja dah.. biar disamperin bidadari dari kayangan.” celetuk si tukang sayur, namanya Somat.

Ibu-ibu yang lagi pegang terong auto mukul Somat, “Hush! Inget Mat, Bu Lia udah punya suami. Cakep putih tinggi mapan.. Lah sampeyan??

“Iya bu iya. Lagian kalo Bu Lia masih single, belum tentu mau sama saya!”

Lia yang mendengar pujian itu tersenyum, “Kang Somat pasti dapet jodoh yang lebih cantik lagi.”

Masyallah senyumannya..” Hati Somat meleleh, “Semoga do'a dari orang cantik dikabulin. Tapi kalo bisa jangan kecantikan Bu, saya nya berat nafkahinnya. Cantik itu butuh Spincare!”

Skincare Mat.. Bukan Spincare!” Ralat Ibu-ibu yang ada di samping Somat.

Lia geleng-geleng sambil menahan tawa. Entah mengapa sampai disini dia bingung mau beli apa, biasanya Lia akan list daftar belanjaan yang akan dibeli.

Tapi karena Juna bukan tipe pemilih dan termasuk omnivora atau pemakan segala, akhirnya Lia membeli yang menurutnya Juna pasti makan aja.

“Ini jadi berapa Kang?” Lia memberikan belanjaan agar di hitung.

“Jadi dua puluh enam gope. Karena saya lagi baek, jadi harganya dua puluh lima aja.”

Ibu-ibu yang mendengar itu langsung menepuk bahu Somat, “Mat! saya juga dong. Ini kan tiga puluh ribu, jadi dua puluh aja ya?”

Buset Bu! Nawarnya kebangetan..

“Besok besok, saya gak lewat sini lagi dah!”

Lia langsung membayar belanjaannya lalu pergi, membiarkan Somat dan si Ibu-ibu debat karena pengen diturunin juga harganya.

Sudah Lia duga, Juna belum bangun dari tidurnya malah semakin nyenyak. Ide jail terlintas di otak Lia, dia menaruh belanjaan terlebih dahulu baru balik lagi ke suaminya.

Lia meniup telinga Juna karena ini titik sensitif nya, cara ini tuh ampuh karena sering dia peraktekin sewaktu.. Ah sudahlah! Untuk saat ini cara yang Lia lakukan gak mempan, karena terlanjur kesel jadinya Lia gigit aja tuh telinganya Juna.

Akh sakit!

“Disuruh bangun, malah lanjut tidur!”

Juna merengek kecil, “Masih ngantuk Li.. semalem pulang jam tiga.”

“Ya itu sih salah sendiri!” omel Lia.

Bukannya bangun, Juna malah menarik Lia untuk gabung bersamanya di sofa. Pelukan Juna tidak bisa Lia lepaskan begitu saja, akhirnya dia pasrah. Tangan terulur menyentuh dari mulai Rambut dahi mata hidung dan bibir yang sering Lia rasakan.

Let's Get Married! - JLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang