21 || Kenangan yang dirindukan

10.1K 563 50
                                    

Evening all

Seperti yang udah saya janjikan, malam ini up yey

Hepoy for reading..



Tangan Daniel perlahan bergerak naik mengelus lembut pipi Kanaya. Sang empunya menikmati setiap elusan lembut dari ibu jari milik Daniel, ia memejamkan matanya setelah lama menatap manik mata pemuda itu.

"Pipi lo ... Kenapa?" Setelah berhasil membuka slayer yang menutupi wajah Kanaya, Daniel di buat salah fokus oleh memar yang berada di pipi kirinya.

Kanaya membuka matanya, netra mereka kembali bertabrakan.

"Bang, ini Ara. Banyak hal yang ingin Ara ceritain ke abang."

Kanaya menepis tangan Daniel yang masih setia mengelus pipinya. Ia membuang wajahnya ke arah lain seraya mengeraskan rahangnya. Matanya mulai berkaca-kaca, ia berusaha untuk menahan liquid bening itu agar tidak tumpah.

"Gue tanya, ada apa dengan pipi lo?" Daniel menarik dagu Kanaya untuk kembali menoleh kearahnya.

"Apa peduli lo? Gak usah ikut campur."

"Lo bilang tadi lo queen disini. Dan disini gue ketuanya jadi lo masih anggota gue. Masalah lo masalah gue. Urusan lo, urusan gue juga." Bukan hanya Kanaya yang di buat kaget perkara ucapan El, namun semua anggotanya juga.

Kanaya menggigit pipi bagian dalamnya dengan kuat sampai ia bisa merasakan amis karena darah. Matanya bergerak kesana-kemari hanya untuk menghalau air matanya agar tidak tumpah.

"Ternyata bukan cuma pipi lo aja? Ini juga?" Lagi, Kanaya di buat kaget karena Daniel yang dengan tiba-tiba menyibak rambutnya. Sedari tadi El berusaha menajamkan penglihatannya hingga akhirnya ia bisa melihat memar di leher Kanaya.

"Siapa? Bilang ke gue siapa yang lakuin ini ke lo?" Entah hanya perasaan gadis itu atau memang benar, yang jelas Kanaya seperti merasakan khawatiran dari ketua Omorfos itu.

Kanaya kembali menepis tangan Daniel yang bertengger di kedua pundaknya. Kemudian ia berjalan memasuki basecamp meninggalkan mereka semua di luar.

"Sama keras kepalanya?"

Kanaya mengusap pipinya yang berhasil dialiri air mata. Ia tidak kuat jika harus menahannya terlalu lama.

Kanaya menerobos masuk pada satu ruangan kecil. Kemudian ia berjalan pada tempat penyimpanan senjata, ia lalu memakai ear muff untuk melindungi telinga dari kebisingan akan senjata yang ia gunakan nantinya.

Kanaya berdiri dengan kuda-kudanya, kedua tangannya terjulur kedepan memegang senjata api, memusatkan pandangannya pada target yang berada didepannya.

Tembakan demi tembakan berhasil ia lepaskan tepat mengenai sasaran.

Sementara dibelakang sana ada Daniel dan Melvin yang menatap tak percaya kearahnya. Terlebih lagi pada tipe pistol yang gadis itu pakai.

"Bagaimana bisa dia tau ada tempat latihan menembak di basecamp ini?"

"Kenapa dia bisa tau jalan? Kenapa seakan dia sudah hapal dengan tempat ini?"

"Kenapa hal yang lo lakuin itu sama persis seperti dia?"

"Desert Eagle, pistol itu milik Kana."

Di tempatnya, Kanaya menembak target cukup brutal mengeluarkan semua emosinya yang ia pendam. Air matanya berhasil mengalir deras seiring tembakan yang ia keluarkan. Kendati demikian wajahnya tetap tidak menampilkan ekspresi apapun.

KANAYA OR KANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang