20 || Kanaya or Kanara

10.4K 580 44
                                    

Malam semua

Part kali ini agak panjang,

Enjoy for reading...



Setelah percakapan mereka tadi di kantin, sekarang diantara Arsenio dan Gibran seperti ada pembatas. Mereka sama-sama silent treatment.

Lebih tepatnya Arsenio yang seakan menjaga jarak dengan Gibran. Sedang Gibran terlihat biasa saja, karena memang dia memiliki karakter yang pendiam, tidak banyak bicara.

Seperti saat ini, mereka tengah berada di rooftoop karena kelas mereka kosong. Arditto bergantian memperhatikan Arsenio dan Gibran yang sama-sama tengah sibuk sendiri-sendiri. Suasana tongkrongan mereka terasa sepi tidak seperti biasanya.

Bukan hanya Arditto tapi Bastian juga melakukan hal yang sama. Mereka berdua kemudian saling pandang dan serentak menghela nafas.

"Sen." Panggil Bastian.

Arsenio hanya menoleh tanpa menjawab panggilan sahabatnya itu.

"Gue gak mau basa basi, gue mau langsung to the poin aja." Arditto dan Farrel memusatkan perhatian pada Bastian.

"Lo suka sama Kanaya?" Pertanyaan yang keluar dari belah bibir Bastian adalah pertanyaan yang juga mewakili pikiran Arditto.

Jari Gibran berhenti bergerak beberapa detik saat mendengar pertanyaan Bastian.

Arsenio hanya diam dia tidak menjawab. Pandangannya lurus pada meja rusak didepannya, yang menjadi pembatas antara dia dan Bastian.

"Lo gak bisa begitu, lo gak boleh egois, Sen."

✯✯✯

Brugh

Kanaya meringis, ia menabrak tembok dibelakangnya. Kerah bajunya ditarik begitu kuat oleh orang didepannya.

Pipi kirinya pun sudah memerah karena tamparan orang itu.

"Lo apaain Arsen, sialan!" Helena berucap dengan menggebu-gebu, tersirat akan kemarahan.

"Kenapa beberapa hari ini dia berubah?! Kenapa dia sering bohong ke gue, bangsat!" Dengan kuku panjangnya Helena meremas kedua pundak Kanaya dengan kuat. Ia rasa pundaknya lecet.

Kanaya yang sudah muak dengan tudingan Helena akhirnya mendorongnya menjauh sampai remasan di pundaknya terlepas.

"Lo kasih apaan si Arsen? Lo guna-guna? Lo kasih tubuh lo?!"

Plak

"Gue bukan jalang kayak lo." Sudut bibir Helena mengeluarkan darah akibat tamparan keras yang diberikan Kanaya.

"Anjing! Gue bukan jalang!!" Helena berteriak keras membuat Kanaya menutup sebelah mata dan telinganya.

"Bukannya lo ya yang jalang? Keluarga lo juga tau kalo lo itu jalang, sialan."

"Oh ya?" Kanaya bertanya dengan nada yang terkesan meledek. "Foto itu? Yakin itu gue?"

"Yakin lah, jelas banget itu lo." Tawa Helena meremehkan.

"Gue?" Kanaya menunjuk dirinya sendiri. "Bukannya itu lo? Yang mukanya lo edit jadi muka gue?"

"Jangan sembarangan lo nuduh gue!!"

KANAYA OR KANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang