00

269 14 2
                                    

Sinar matahari menerobos masuk kesela sela jendela kamar milik pemuda yang sekarang sedang melamun, ia memandangi biola yang senar nya sudah putus dan juga gitar yang patah menjadi dua.

Pemuda tersebut meraih kedua alat musik tersebut lalu membawa nya berniat ingin membuang kedua alat musik tersebut.

"Apakah kakak akan membuang nya?" Tanya seseorang yang kebetulan berada diruang tamu.

"Iya, semuanya sudah tak berguna" jawab pemuda tersebut sambil melihat kedua alat musik yang sudah rusak.

"Karena Impian ku sudah berakhir sekarang"lanjut nya.

"Bukan kah kakak sangat menyayangi biola pemberian ayah itu?" Tanya seorang anak perempuan yang lebih muda dari pemuda tersebut.

"Tapi sudah rusak, gak ada gunanya lagi kakak menyimpan ini semua" ucap pemuda tersebut yang akan kembali melangkah kan kaki nya.

"Berikan pada ku biola itu, biar aku yang menyimpan nya" ucap anak perempuan tersebut.

"Kau yakin?", Tanya pemuda tersebut.

Anak perempuan tersebut mengangguk lalu mengambil biola dari tangan si pemuda tersebut.

Pemuda tersebut tampak terdiam melihat sang adik pergi membawa biola tersebut.

Biola tersebut adalah hadiah pertama dan terakhir dari sang ayah saat usianya menginjak 5 tahun, dua hari setelah biola tersebut berada ditangan nya ia harus merelakan perpisahan kedua orang tuanya.

Sang ayah pergi entah kemana, sedangkan sang ibu pergi ke desa membawa nya dan saat itu sang ibu dalam keadaan hamil sang adik.

Pemuda tersebut tak tau alasan dari kedua orangtuanya berpisah, yang ia tau hanya karena sebuah pertengkaran tanpa ujung.

Sekarang setelah dua belas tahun terpisah dengan ayah nya, pemuda tersebut memberanikan diri untuk mencari keberadaan sang ayah. Dan setelah 2 tahun lalu ditinggalkan pergi oleh sang ibu untuk selamanya pemuda tersebut baru sekarang bisa pergi ke kota.

"Kenapa melamun, katanya kakak akan membuang gitar itu" ucap perempuan tersebut yang sudah berada didepan pemuda itu.

"Gitar itu hanya memberi kakak luka, gitar itu adalah alasan ibu menyakiti kakak" ingatan masalalu yang terus melekat saat sang ibu memberikan kekerasan pada mereka.

"Baik lah kakak akan membuang nya dan membakar nya sampai tak tersisa" tanpa ada keraguan lagi pemuda tersebut membawa gitar tersebut keluar rumah lalu membakarnya dengan tumpukan sampah.

"Seperti nya ada alasan lain kita pindah ke kota" ucap sang adik pada pemuda tersebut.

Ia tau betul jika sang kakak tak mungkin bertekad pindah jika hanya mencari sang ayah sebagai alasan nya.

"Kakak juga ingin mencari seseorang yang dulu menjadi teman kakak" ucap pemuda tersebut sambil tersenyum.

"Apakah dia perempuan kak?" Tanya sang adik.

Pemuda tersebut mengangguk sambil tersenyum memperlihatkan gigi gingsul yang sangat manis.

"Kalau kakak tersenyum kakak terlihat manis" ucap sang adik memuji senyum pemuda tersebut yang selalu membuat nya terpukau setiap kali melihat sang kakak tersenyum.

"Dasar bocil" gemas pemuda tersebut sambil mencubit pipi gembul milih bocah 12 tahun tersebut.

"Aku bukan anak kecil lagi ya kak Luke Bryan!" Ucap nya dengan penuh penekanan tanda marah pada sang kakak karena dikatai masih kecil, ia merasa sudah cukup dewasa.

"Baik lah adik besar ku Aily sakya nafara" ucap sang pemuda dengan gemas.

Sungguh kedua bersaudara tersebut terlihat bahagia walau banyak sekali rintangan yang mereka hadapi.

"Oh ya kalau boleh tau nama teman kakak siapa?" Tanya Aily sangat penasaran.

"Namanya senja, dia sangat cantik seperti namanya" ucap luke mengingat wajah teman kecil nya saat berusia 6 tahun.
























Kita mulai petualangan luke dari sini.




Pemilik Gigi Gingsul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang