19

41 8 0
                                    

Matahari sudah bersinar dengan terang membuat dua orang sekarang sibuk mengemasi barang barang agar bisa cepat pulang dari rumah sakit.

"Kakak, Aily sudah selesai"ucap Aily yang menaruh tas jinjing di sofa tempat ia duduk sekarang.

"Yaudah tinggal nunggu ayah dateng" jawab Luke yang sekarang tengah memainkan ponselnya mengirim pesan pada sang ayah.

Tak lama orang yang ditunggu datang dengan senyum yang merekah, Arga tak datang sendiri melainkan dengan Sean yang ikut serta datang. Sean membolos sekolah untuk menjemput Luke dan Aily dirumah sakit, cukup sulit mendapatkan ijin dari Arga tapi Sean kekeh sampai mengancam mengempeskan semua ban mobil yang ada dirumah nya, karena ancaman Sean tersebut membuat arga telat menjemput Luke padahal ia berencana menjemput nya lebih awal karena tadi malam ia pulang karena ada pekerjaan mendesak.

"Maaf ya telat, kakak kalian tantrum pagi pagi" jelas Arga menjadikan Sean alasan ia telat menjemput.

"Iya gakpapa kok yah" ucap Aily.

"Tas kalian biar kak sean yang bawa" ucap Arga yang membuat Sean memanyunkan bibirnya karena kesal pada Arga.

"Nitip ya kak" Luke memberikan dua tas jinjing tersebut pada Sean yang membuat Sean melongo tak percaya jika adiknya setega ini padanya.

"Kalian tega ya" gumam Sean merantapi nasibnya sendiri yang sudah seperti pembantu.

Mereka pun segera menuju parkiran tempat mobil Arga terparkir, sesampainya diparkiran mereka langsung masuk dan menunggu kedatangan Sean yang berjalan cukup pelan dibelakang.

"Kakak lamban sekali" ejek Aily yang membuat Sean gemas ingin mencubit pipi sang adik.

Sean baru kali ini merasa hidupnya tak terasa sepi, apalagi ia langsung mendapat dua orang adik sekaligus.

"Nah sudah, kita berangkat sekarang" ucap Sean yang sudah duduk di bangku penumpang disamping Aily.

"Kakak hebat" puji Aily karena sudah membawakan tas miliknya. Sean yang mendapatkan pujian pun merasa bangga dengan dirinya sendiri.

Dalam perjalanan menuju rumah, mereka selalu mengobrol seakan tak akan habis nya topik diantara mereka, terutama Aily yang terus mengoceh menceritakan semua hal yang menarik dalam hidupnya.

Hingga tak terasa mereka sudah sampai dirumah yang selama ini ditinggali oleh Arga dan Sean.

"Nah kita sudah sampai" ucap Arga yang sudah menghentikan mobilnya.

Saat mereka semua turun, mereka disambut oleh dua orang pekerja disana. mereka adalah suami istri yang bekerja untuk Arga, mereka bernama bi inem yang selalu memasakkan makanan untuk mereka, dan pak tejo yang mengurus kebun dan membersihkan kawasan rumah.

"Selamat datang tuang, aden-aden dan nona" sambut kedua orang tersebut yang sudah lama bekerja untuk Arga.

"Bibi panggil Aily saja" ucap Aily yang merasa tak enak hati karena dipanggil nona oleh orang yang lebih tua.

"Tapi non.."belum selesai bi inem berbicara Aily sudah memotong nya.

"Panggil Aily saja plis" mohon Aily yang langsung diangguki oleh bi inem.

"Bi hari ini bisa masak yang enak enak untuk makan siang nanti?" Tanya Arga karena biasanya bi inem tak masak karena Arga yang makan di kantor dan Sean yang masih belum pulang dari sekolah.

"Bisa tuan" jawab bi inem.

"Pak tejo sudah bersihkan kamar anak anak kan?" Tanya Arga yang kemarin sudah menyuruh pak tejo untuk membersihkan dua kamar yang akan ditempati oleh Luke dan Aily.

"Sudah tuan" jawab pak tejo dengan sopan.

"Kalau begitu, sean tolong anter adek adek kamu istirahat dikamar mereka, ayah ada urusan sebentar di kantor" printah arga yang diangguki oleh Sean.

Sean pun melaksanakan perintah Arga untuk mengantar kedua adiknya istirahat, Sean mengantar kan Aily terlebih dahulu kekamar nya.

"Wahhh luas nya, kayak kamar putri Putri di kartun" ucap Aily yang terpukau dengan rumah Ayah nya yang sangat besar dan juga kamar milik nya sangat luas.

"Adek kak Sean kan memang tuan putri" ucap Sean sambil mengusak rambut Aily membuat Aily tersenyum malu-malu.

"Kalau gitu kakak tinggal dulu ya, kamu istirahat aja" ucap Sean lalu menutup pintu kamar Aily.

Kini sean menuju ke ruang tengah tempat Luke yang kini duduk melamun, entah apa yang dipikirkan nya.

"Ayo gue antar ke kamar lo" ucap Sean yang membuyarkan lamunan Luke.

"Eh iya" ucap Luke yang langsung berdiri dan mengikuti Sean menuju kamarnya.

Sesampainya dikamar Luke sean tak langsung pergi melainkan duduk di kursi belajar yang berada dikamar Tersebut.

"Pasti berat kan hidup lo" ucap Sean tiba tiba.

"Sedikit" jawab Luke yang kini mendudukkan dirinya di ranjangnya.

"Waktu kecil lo berlimpah dengan kekayaan dan tiba tiba semua itu terenggut dalam sekejap" lanjut Sean yang tak membayangkan sehancur apa kehidupan Luke dulu.

"Ya tapi karena itu gue bisa belajar arti hidup sesungguhnya dan satu langkah lebih kuat dari lo" Luke tak mau berlarut larut dengan masalalu dan jadilah ia menjawab dengan bercandaan.

"Maksud lo gue lebih lemah dari lo" kesal Sean yang tau maksud ucapan Luke.

"Pinter gitu, setidaknya kalau terjadi masalah gue bakal bisa mengatasi masalah itu sedang lo mungkin bakal terpuruk" jelas Luke yang langsung dihadiahi sedal melayang oleh Sean, tapi untungnya tak mengenai Luke.

"Ternyata lo lebih ngeselin daripada yang gue pikirin" kesal Sean.

"Sana lo pergi, gue mau istirahat" usir Luke yang membuat Sean kesal.

Sebelum pergi Sean menyempatkan mengatakan sesuatu pada Luke, ya walau sedikit ada rasa gengsi tapi Sean mengubur dalam dalam rasa gengsi itu agar bisa lebih dekat dengan kedua adiknya.

"Gue tau lo bukan anak kecil lagi, tapi lo dulu pernah kehilangan masa kecil lo dan sekarang gue bakal mengembalikan masa itu" ucap Sean yang membuat luke tersenyum tipis lalu mengangguk.

"Lo bisa mengeluarkan sifat kekanak-kanakan lo, sekarang kita keluarga jadi jangan ada kata canggung diantara kita" lanjut Sean yang langsung keluar dari kamar Luke setelah berbicara seperti itu.

Dan bisa ditebak sesampainya dikamar Sean langsung menutup pintu dan melompat lompat tak jelas.

"Aarrggg gue geli, gue ngomong apa sih tadi gak jelas bangettt" Sean merasa geli sendiri dengan ucapan yang dilontarkan pada Luke tadi.

"Sok penyayang banget sih lo sen" ucap sean yang tak bisa menghilangkan rasa malunya tersebut.

"Semoga si Luke gak kayak adek cowok pada umumnya" Sean berharap jika Luke tak seperti adik cowok pada umumnya yang anti sekali dengan kasih sayang pada sesama saudara.

Sedangkan yang sebenarnya dirasakan Luke kini adalah rasa bingung dan terdiam memikirkan ucapan Sean.

"Kok gue merinding ya denger ucapan kak sean" ucap Luke yang merasa seperti ada hawa hawa aneh setelah mendengar ucapan Sean.

"Sok iye banget lagi kata katanya" ucap Luke yang merasa aneh dengan sikap Sean.

Pemilik Gigi Gingsul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang