Bab 20 : Cemburu

1.6K 141 6
                                    


"Udah jam 06.30 gue langsung turun aja" ucap Mala sambil menata rambutnya, kemudian mengambil tasnya. Tidak lupa ia menutup pintu kamarnya.

Disisi lain Raka sudah duduk di meja makan, memakan sarapan yang telah di siapkan bi Inah pembantu baru yang datang pagi ini. Mala ikut duduk yang hanya di lirik oleh Raka dan memakan sarapannya.

..........

Sampai di sekolah Mala langsung dihadang oleh Dewi dengan tatapan yang penuh selidik membuat Mala mengerutkan dahinya.

"Kenapa lo?!" tanya Mala.

"Ciee yang udah jadi istri cinta pertama. Habis ngapain ni tadi malem?" goda Dewi melihat mata Mala yang kurang tidur.

"Ga ngapa-ngapain" Mala mengelak untuk tidak menceritakan semuanya kepada sahabatnya.

Mala tidak pernah menceritakan kepada siapapun tentang rumah tangganya dengan Raka, ia hanya memendam semuanya sendiri. Yang orang lain tau mereka baik-baik saja.

"Sssttt...jangan keras-keras!" Mala menabok lengan Dewi.

"Sorry gue lupa. Ya udah kekelas yuk!" ajaknya langsung mengandeng lengan Mala menuju kelas.

"Mala.." sapa Vano dari bangku pojok. Ia hanya sekedar menyapa, Vano kini tidak lagi menggoda karena ia tau Mala sudah menjadi istri sahabatnya.

"Haii" Mala melambaikan tangannya dan duduk di samping Dewi. Karena ruang kelas yang berbeda tempat duduknya pun ikut berbeda.

...........

Setelah pulang sekolah Mala sudah sibuk membuatkan makanan untuk suaminya, ia sibuk mengurus rumah mereka karena pembantunya hanya disuruh mengurus rumah sampai dirinya pulang sekolah.

"Kopinya Rak" kata Mala ketika melihat Raka keluar dari ruang kerjanya.

"Iya" Raka berjalan menuju meja makan mengambil kopi itu dan membawanya ke ruang keluarga. Mala mengikuti Raka sambil membawa kue yang dibelinya tadi sore sepulang sekolah.

"Duduk" perintah Raka menyuruh Mala duduk.

"Bentar gue ambil minuman dulu" kata Mala berjalan menuju dapur.

"Gue mau ajak lo ke acara pertemuan bisnis!"

"Sekarang?" tanya Mala.

"Iyalah. Lo jangan kepedean gue ajak lo karena papa yang nyuruh" jawab Raka menyolot.

"Iya gue tau kok"

Hampir 30 menit Raka menunggu Mala yang tak kunjung keluar.

"Lama banget ngapain aja ni cewek!!" omelnya yang bersender di depan mobil.

Tak lama Mala datang menghampiri Raka mengenakan dress putih selutut, dengan lengan sebahu dan hiasan pita dibelakang rambutnya.

Raka terpatung melihat kedatangan Mala. Dilihatnya dari ujung rambut sampai ujung kaki semunya terlihat sempurna.

"Dia sebenarnya manusia atau bidadari?" batinnya dalam hati.

"Apa ada yang salah dengan penampilan gue?" tanya Mala dalam hati sambil melihat-lihat pakaian hingga sepatu yang ia kenakan. "Tapi menurut gue ga ada yang aneh kok" sambungnya.

"Jadi pergi??" tanya Mala dengan kedua tangan yang meremas gaunnya, ia malu dan gugup melihat pandangan Raka yang terus tertuju padanya.

"Jadi!!" jawab Raka spontan dan mengalihkan pandangannya lalu masuk ke mobil.

Banyak pembisnis besar berdatangan ke acara tersebut, menjadi peluang yang sangat bagus bagi pembisnis pemula seperti Raka. Selain menambah pengalaman ia juga dapat menarik pembisnis lain bergabung dan berinvestasi di perusahaannya.

Setelah acara selesai tamu-tamu penting kembali berkumpul duduk dalam satu meja bundar besar di restoran mewah tempat acara dilangsungkan termasuk Raka dan Mala yang ada didalamnya.

Mala duduk jauh didepan Raka, ia hanya memperhatikan Raka yang asik mengobrol dengan koleganya. Mala yang jenuh memakan makanan yang ada dihadapannya.

"Kamu ingin makan apa? Aku akan mengambilkannya untukmu" ucap seorang pria yang duduk tepat disampingnya.

"Tidak perlu terima kasih" jawab Mala dengan ramahnya.

"Sepertinya kamu tidak terlalu suka berbicara?" tanya pria itu lagi mengajak Mala mengobrol.

"Bukan tidak suka berbicara, melainkan tidak terlalu ingin bicara"

"Kamu benar-benar unik. Oh ya apakah kamu sekertarisnya pak Raka??" tanyanya lagi.

"Bukan aku hanya menemaninya"

Roy tidak bisa datang menemani Raka ke acara tersebut, karena ia sibuk mengantikan Raka menyelesaikan tugas-tugasnya di kantor sementara Raka menarik lebih banyak investor untuk bergabung di perusahaannya.

Saat sedang asik mengobrol bisnis pandangan Raka teralihkan melihat Mala yang sedang berbicara dengan pria itu. Terlihat jelas wajah kesal Raka melihat Mala berbicara asiknya dengan pria lain.

Tiba-tiba ponsel Mala berbunyi ia segera berdiri dan pamit untuk mengangkat telponnya itu ke luar.

"Oh ya perkenalkan dia adalah tangan kananku" ucap pak Bima, seorang pembisnis besar yang dari tadi sedang berbicara dengan Raka. Menunjuk pria itu.

"Rendi. Dia sangat unggul dalam segala hal. Hanya saja sampai sekarang ia masih lajang. Jika berkenan bantu dia mencarikan pasangan" sambungnya kembali berbicara kepada Raka.

"Kalau soal itu saya tidak bisa membantu" jawab Raka sedikit tertawa.

Bima tertawa kecil "wanita tadi kelihatannya lumayan. Saya lihat mereka berdua mengobrol dengan sangat menyenangkan dan bahagia" sambung Bima.

Raka akan berbicara tapi terhenti karena Rendi.

"Saya juga merasa ia sangat menarik" timpal Rendi.

"Kalau begitu kalian sangat cocok. Berterimakasihlah kepada pak Raka yang sudah membawanya" ucap Bima seperti ingin menjodohkan Mala dan Rendi.

"Terima kasih pak Raka" ucap Rendi yang berdiri dari tempat duduknya bahagia karena ia tidak akan lajang lagi.

"Saya perkenalkan secara resmi dia adalah Mala istri saya!" ujar Raka datar yang membuat Rendi terlihat kecewa.

Suasana ruangan menjadi sangat canggung karena sebuah kesalahpahaman. Bima yang mengetahui itu kemudian meminta maaf kepada Raka atas sikap lancangnya menjodohkan sekertarisnya dengan Mala. Raka menerima permintaan maafnya, sebenarnya ini kesalahannya juga karena tidak memperkenalkan Mala.

Saat hendak kembali. Mala melihat Raka keluar dari ruangan.

"Sepertinya makan malam itu sudah selesai" ucapnya yang kemudian membuntuti Raka berjalan menuju parkiran.

Selama di mobil mereka hanya saling diam, terlihat wajah Raka yang masih kesal. Mala yang tidak tau penyebabnya hanya diam sedikit memperhatikan Raka.

Sampai di kamar pun Raka masih bungkam melepas jas dan sepatunya. Mala tidak berani bertanya karena suasana hati Raka sedang tidak baik, takutnya jika ia bertanya mood Raka akan semakin parah. Mala memunguti pakaian Raka yang tergeletak di lantai membawanya ke keranjang cucian.

Mala bersiap merebahkan tubuhnya di atas sofa.

"Lo jangan lagi-lagi bicara sama pria asing!!"

Bersambung...

AMALA  [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang