#12 bahagia

967 142 8
                                    

2018

Hari bersejarah untuk si kembar Pramana telah tiba. Suasana Graha Sanusi Universitas Padjadjaran kini dipenuhi oleh ratusan bahkan ribuan orang. Dan selama acara berlangsung dengan hikmad, tanpa Barra sadari air matanya selalu menggenang kala nama kedua adiknya tersebut dipanggil. Dia tidak menyangka akan sampai di titik ini. Titik dimana dia berhasil membimbing adik-adiknya hingga mendapatkan gelar sarjana.

Protokol kegiatan berjalan lancar hingga penutupan telah dilaksanakan. Baim menggenggam erat tangan Barra karena padatnya orang-orang saling mengantre hendak keluar dari gedung acara. Meskipun masih terbilang tertib, tapi tetap saja Baim tak mau hilang dan terpisah dari kakak-nya itu. Disinilah kebingungan terjadi. Pasalnya mereka sekarang berada di tengah lautan manusia dengan berbagai macam keperluan. Ada sekumpulan mahasiswa yang berkunjung untuk memberikan selamat pada rekannya. Ada gerombolan berseragam himpunan yang sedang membuat acara kelulusan untuk kakak tingkatnya. Bahkan ada pula keluarga lengkap yang mencari keberadaan wisudawan seperti Barra juga Baim lakukan. "Aa! Itu! Itu Akang sama Abin!" Teriak Baim seraya menarik-narik tangan Barra juga menunjukan arah. "Haaaaah???!" Dan Baim dibuat menganga lebar begitu pula Barra.

Bagaimnana tidak? Penampilan Billal dan Binnar sangatlah mencolok. Barra tau saat kembar Pramana tersebut meminta izin padanya untuk mewarnai rambut dan dia pun tau warna rambut mereka saat ini apa. Tapi karena waktu datang ke acara yang berbeda menjadikan Barra dan Baim tidak tau menau pakaian apa yang dikenakan si kembar itu. Hingga kini terlihat sudah aksi keduanya yang mengenakan baju seperti seorang detektif dengan kacamata hitam juga suspenders. Lebih anehnya lagi dimana mereka menemukan saku senjata juga mainan tembakan yang tengah dimainkan Billal?

Meski dengan wajah terheran-heran langkah Barra dan sang adik sudah membawa mereka mendekati kedua saudaranya. Dengan masih menggenggam erat jemari Barra, Baim menerobos orang-orang yang mengerumuni Billal juga Binnar karena hendak memberikan selamat dan berfoto. "Akang Abin ih! Ngapainnnn!" Teguran Baim menarik atensi si kembar, termasuk orang-orang di sekitar mereka. Senyuman penuh bangga tersungging di wajah Billal, "keren kan?" Dia pun melanjutkan aksinya bermain senjata api mainan. Tidak memperdulikan Billal yang tengah asik bersama Baim, Barra mendekat seraya membuka lebar tangannya untuk memberikan pelukan. Melihat itu pun Binnar segera masuk ke pelukan Barra dan membalasnya dengan hangat. "Hebat banget adik-nya Aa. Aa bangga sama Abin. Makasih banyak ya?" Kecupan mendarat di puncak kepala Binnar. Dia pun mengangguk menjawab ucapan Barra, masih dengan mata terpejam. Setelah mengangkat kembali kepalanya, Barra pun memanggil Billal untuk mendekat. Tangan kanan Barra yang sudah terbuka lebar tersebut pun menjadi celah Billal ikut berpelukan bersama kakak juga adik kembarnya. "Alhamdulillah Aa punya adik-adik yang hebat. Semoga gelarnya berkah dan bermanfaat. Kehidupan sebenernya bakal kalian hadapin setelah ini dan pesen dari Aa cuman harus selalu inget apa kata Ayah buat hidup seperti padi" Barra mengusap kedua punggung adiknya yang masih memeluk tubuh kakak tertua dengan erat. Sampai tiba-tiba ada tubuh lain memaksa masuk dari bawah ke tengah pelukan Binnar, "Dedek juga mau ikutaaaan." Sadar dia adalah adik bungsu mereka, Binnar membuka mata juga melonggarkan pelukannya agar Baik bisa masuk ke tengah sana. Gelak tawa Billal terdengar, Binnar tersenyum sembari mengecup kepala Baim beberapa kali, dan Barra hanya menggelengkan kepala dengan ujung mata yang berlinang.

 Gelak tawa Billal terdengar, Binnar tersenyum sembari mengecup kepala Baim beberapa kali, dan Barra hanya menggelengkan kepala dengan ujung mata yang berlinang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketukan pintu ruangan bertuliskan "Kamar Baim" pun terdengar. Setelah mendengar Baim berteriak mempersilahkan masuk, sosok Binnar datang seperti malaikat penyelamat bagi si bungsu yang tengah kesulitan. Hanya satu kata yang menggambarkan suasana kamar Baim saat ini yaitu kacau. Melihat Binnar mulai berkecak pinggang, Baim segera memasang wajah memelas, "Aim binguuuung. Bantuinnnn.." Jika si bungsu sudah memanggil dirinya seperti anak kecil begitu ya tandanya tak ada yang bisa dan boleh memarahi putra bungsu Pramana. Menghela nafas, Binnar melangkah mendekati Baim yang duduk di antara lipatan baju juga koper yang masih berantakan. "Sok pisahin baju mana aja yang mau Dedek bawa. Nih disana kan lima hari terus hari keenam kita pulang, mana baju buat di Bali, mana baju buat pulang sok, kasihin ke Abin biar Abin yang masukin ke koper" tuturan Binnar segera dipatuhi Baim. "Ko bisa baru packing sekarang sih Dek?" Gemas sekali rasanya saat membaca pesan teks dari Baim yang meminta bantuan di hari keberangkatan mereka, "untung Aa pesen pesawatnya malem."

Wajah Baim merengut lucu. Masih sibuk mengambil beberapa pasang baju untuk dia berikan pada Binnar, "kan Dedek belum pernah giginian-" belanya sedikit berbisik "-ya emangnya Abin pernah? Abin juga sama ini teh pertama kali. Bukan masalah bisa gak bisanya Deeek, Abin pasti mau ko bantuin Dedek tapi ya minta tolongnya dari kemarin-kemarin atuh. Sok sekarang alat mandi Dedek masukin nih ke sini" Binnar memberikan satu kantung kecil pada Baim yang langsung melangkah ke luar kamar menuju kamar mandi lantai dua. Tak lama derap langkah berlari disertai teriakan Billal terdengar, kala Binnar menoleh menatap sosok Baim yang tergopoh-gopoh, sang adik pun mengadu, "Abin tuh si Akang juga baru packing geuraaaa sama ih kaya Dedeeeek." Pening kepala Binnar melihat tingkah kedua saudaranya yang selalu saja seperti ini. Karena tidak berselang lama Billal pun datang. Dia langsung menendang pantat Baim dengan bercanda, "teu sopan da budak teh main abus wae ke kamar lanceuk!-gak sopan jadi anak main masuk aja ke kamar kakak" Ternyata Baim sengaja membuka pintu kamar Billal lebar-lebar saat dia mendengar suara-suara sibuk di dalamnya. Benar saja, sang kakak merasa seperti terpergok karena baru merapikan bawaannya hari ini. Baru saja pertengkaran mereka akan berlanjut sebelum akhirnya dilerai oleh Binnar.

Jadwal keberangkatan keluarga Pramana tertera pukul 4 sore dan saat ini sudah menunjukan pukul 15.15 WIB kala suara panggilan boarding pun terdengar. Sempat terjadi kehebohan karena Baim juga Billal secara tiba-tiba hilang dari pandangan yang paling tua. Kesana kemari Barra juga Binnar mencari keberadaan mereka berdua namun nihil. Hampir saja Binnar hendak meminta bantuan informasi sebelum akhirnya Barra menemukan Baim keluar dari kamar mandi yang diikuti Billal. Menyadari telah melakukan kesalahan, Billal dan Baim segera menghampiri Barra yang mematung menatap mereka dengan peluh seraya meminta maaf.

Sabuk pengaman sudah terpasang rapat. Baim tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya saat mendapati kursi di samping jendela. Terukir senyum tipis di wajah Barra sembari melihat adiknya tersebut, "Dedek seneng?" tanya-nya sedikit berbisik. Kepala Baim menoleh dan mengangguk berkali-kali, "seneng banget banget bangettt!" jawab Baim bersemangat. Keduanya duduk bersampingan sedangkan Binnar dan Billal ada di jajaran yang lain. Setelah penuturan pilot juga pramugari selesai, pesawat kini siap lepas landas untuk menuju tujuan mereka. Apakah mereka berempat baik-baik saja? Tentu tidak bagi Barra. Duduknya terus bergerak gelisah. Rematan tangannya pun berkali-kali lipat semakin kuat. Belum lagi mulut yang tak henti memanjatkan do'a demi keselamatan dia juga adik-adiknya. Sampai satu tangan yang lebih kecil membuka kepalan tangan Barra dan menautkan jemari mereka, "ada Baim disini jadi Aa gak usah takut." Setelah berucap seperti itu, tangan yang lebih tua dia bawa ke arah tubuhnya dan mengangkat tangan mereka seraya memanjatkan do'a. Memang tak selalu pada yang lebih tua kita bersandar, melainkan mempercayai dia yang lebih muda pun bukanlah sebuah kesalahan.

Bulir Padi [haechan, johnny, yuta, taeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang