#29 tolong

1K 129 6
                                    

2020

Tepuk tangan riuh menggema di seluruh ruangan setelah beberapa kalimat sambutan diucapkan oleh sang pemilik perusahaan. Netra Barra mengitari tamu sampai dia mendapati sosok Billal yang sudah berdiri memberikannya dua jempol dengan penuh bangga. Kala langkahnya hendak menuruni podium, Doni berlari dari arah belakang yang segera menarik lengan Barra. Wajah panik serta peluh itu segera menimbulkan kerut di kening sang atasan. Informasi yang diberikan Doni kala itu berhasil memberikan guncangan hebat sampai Barra bersimpuh yang langsung mengejutkan semua tamu. Termasuk Billal. Tanpa pikir panjang dia berlari kencang dan melompat ke atas panggung, memeluk kakaknya dengan membelakangi semua orang, sebelum para pengawal datang berdiri tegap melindungi sang pemimpin perusahaan.

Doni menjelaskan kala mereka semua berjalan keluar ruangan sembari menggopoh Barra. "Kirim bantuan ke lokasi sekarang dan bawa adik saya ke rumah sakit terdekat!" geram Billal yang langsung dipatuhi Doni. Meski tertatih juga dengan mata yang kalut, Barra terus melangkah menuju pintu utama gedung. Dalam benaknya hanya satu. Dia perlu menjemput adiknya. Seperti dahulu.

Tepat saat mereka keluar, mobil beserta supir sudah siap mengantarkan Barra juga Billal menuju rumah sakit dimana Binnar dan Baim akan segera diberi tindakan. Kekacauan yang Barra alami kini tak dia lalui sendiri. Genggaman tangan Billal tidak jua terlepas meski sang adik bahkan duduk dengan gelisah. Do'a terus terucap dari Billal yang bergumam dan juga dalam hati Barra. Hanya itu yang mampu mereka lakukan selama perjalanan menjemput kuda putra Pramana yang lain.

Aroma bahan kimia yang menusuk di lorong berwarna putih kini memenuhi indera penciuman Barra juga Billal. Langkah mereka tergopoh mencari siapa pun yang bisa menjawab dimana keberadaan kedua adik mereka. "Akang aja yang liat Dedek, Aa ke Binnar sekarang. Dia butuh persetujuan Aa," lega rasanya memiliki sosok Billal di samping Barra saat ini. Kekalutan berhasil mengambil semua akal sehat Barra hingga dia tak mampu berpikir harus kemana dia berlari kala kedua adiknya memiliki ruang perawatan yang berbeda. Setelah sepakat akan titah Billal, mereka berpencar menuju tujuan masing-masing.

"Wali saudara Binnaratan Putra Pramana?" panggilan tersebut menghentikan langkah Barra. Informasi mengenai kedatangannya sudah diterima oleh petugas medis yang tengah menangani sang adik hingga salah satu tenaga medis pun keluar dari sebuah ruangan untuk mencari keberadaannya. "Dengan Bapak siapa?—"

"—saya Barra, kakak juga wali dari Binnar, gimana keadaan adik saya Dok?" Potong Barra panik setengah mati.

"Saudara Binnaratan masih dalam penanganan karena tulang rusuk yang patah hampir melubangi paru-paru pasien. Kami memerlukan persetujuan keluarga segera jikalau ada yang perlu ditindaklanjuti di atas meja operasi." Penuturan singkat di tengah proses penyelamatan nyawa Binnar itu tak lagi membuat Barra berpikir panjang. Dengan tangan yang gemetar dia menandatangin berkas sebelum akhirnya tenaga medis tersebut kembali berlari memasuki ruangan. Tak berselang lama Billal datang sembari tergopoh, "gimana A? Binnar kenapa kata dokter?" Mata Barra menerawang. Dia sandarkan tubuhnya di dinding dan mulai merosot duduk di atas dinginnya lantai rumah sakit. Gelengan lemah kepala Barra menimbulkan rasa cemas tiba-tiba di dalam diri Billal, "Binnar gak kenapa-kenapan kan A? Aa?! Jawab Akang A..!!" paksa sang adik yang sudah ikut terduduk di hadapan Barra. Tubuh yang berguncang tak jua memberi jawaban.

Panik. Billal bangkit menuju meja perawat, "pasien Binnaratan, pasti ada laporannya kan tentang adik saya? Sekarang kondisinya bagaimana Sus?!" Beruntunglah para petugas medis begitu cepat mencari data Binnar dari laporan pihak UGD, "pasien datang dalam kondisi tak sadarkan diri, masih bernafas dan detak jantungnya lemah. Terdapat patahan pada tulang bahu juga indikasi patah di tulang rusuk. Bagian kepala hingga leher pasien secara fisik aman, namun terjadi pendarahan hingga kesadaran pasien menurun. Tindak lanjut dari UGD menuju ruang operasi yakni pemeriksaan lanjutan dimana pendarahan terjadi juga menghentikan pendarahan tersebut.—" penjelasan yang semakin lama semakin tak terdengar oleh Billal karena kepalanya mulai pening. Pendarahan yang terjadi di bagian tubuh dalam bukanlah hal yang bisa disepelekan. Binnar benar-benar sedang berjuang di dalam sana. Saudara kembarnya tengah di ambang hidup dan mati. "Binnar..." bisik Billal lirih.

Bulir Padi [haechan, johnny, yuta, taeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang