#13 pantai

927 144 2
                                    

2018

Langit senja pulau Bali kini menyambut kedatangan keluarga Pramana yang datang jauh dari negeri Pasundan. Setelah mengambil bagasi, keempat pemuda tersebut kini berjalan menuju parkiran mobil dimana menjadi tempat perjumpaan mereka dengan sang penyewa. Demi mempermudah mobilitas mereka maka diputuskanlah untuk menyewa satu unit kendaraan selama berlibur di pulau Dewata tersebut.

"Hati-hati bawanya Kang," bisik Binnar yang kini sudah duduk manis di bangku belakang. Mendengar hal tersebut, Baim dibuat terheran dan menoleh ke arah dua kakak kembarnya. Posisi duduk mereka sekarang yakni Billal yang akan mengendarai mobil, ditemani Baim pada kursi samping dan Barra Binnar duduk di belakang. Tapi Baim terlalu bahagia sehingga begitu mudah melupakan rasa penasarannya. Sudah disepakati jika kembar Pramana-lah yang akan bertanggung jawab mengendarai kendaraan mereka karena Barra tak terbiasa berkendara di luar kota Bandung. Menghindari rasa panik dan khawatir yang berlebih, maka mereka pun setuju untuk membiarkan Barra menjadi penumpang saja.

Salah satu hotel berbintang di tengah Kuta menjadi tujuan saat ini. Pembagian kamar pun baru mereka diskusikan selama di perjalanan yang tak memakan waktu lama. Keputusannya jika Baim akan satu kamar dengan Binnar sedangkan Barra dengan Billal. Siapa yang meminta begitu? Tentu saja Baim. "Akang sama Aa berantakan, Dedek mau sama Abin aja!" Ujarnya langsung memutuskan, "bilang aja biar barang Dedek ada yang beresin, iya kan?" Balas Billal yang dibalas gelak tawa penuh kemenangan dari Baim.

Jingga yang menyelimuti indahnya pulau Bali menarik atensi Barra untuk larut dalam lamunan. Tatapan menerawang menuju langit itu bak menyimpan berbagai rahasia yang hanya dia sendirilah pemegang kuncinya. Barra membuka jendela mobil tanpa dia sadari. Matanya terpejam membiarkan terpaan angin yang membawa aroma pantai tersebut menyambut dirinya juga angannya.

 Matanya terpejam membiarkan terpaan angin yang membawa aroma pantai tersebut menyambut dirinya juga angannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam pertama sesampainya di Bali mereka habiskan untuk beristirahat hingga pagi pun menyapa. Di antara keempat Pramana bersaudara, Barra-lah yang paling rajin berolahraga karena saat ini dia sudah membangunkan ketiga adiknya untuk melakukan jogging pagi di sekitar pantai. Berjalan tak tentu arah dengan canda juga deburan ombak adalah yang mereka lakukan sekarang hingga sesuatu menarik atensi Binnar. "Abin mau naik itu boleh gak ya?" dagu Binnar seperti menunjuk arah yang segera membuat ketiga saudaranya menoleh, "kuda? Jiga budak wae—kaya anak kecil aja" balas Billal heran. Kembarannya mendecih kesal, "dih orang banyak ko yang naik kuda pinggir pantai. Akang weh yang ketinggalan jaman," dia membela diri. Sedangkan Billal pun memberi ejekan dengan mengulang kalimat Binnar hingga sang adik hendak melayangkan pukulan. Terjadilah kejar-kejaran antara si kembar sampai Barra bertanya pada Baim yang sedaritadi asik bermain pasir, "Dedek mau naik kuda gak kaya Abin?" Dia yang tengah terduduk kini menoleh ke atas, sempat berpikir sejenak sampai akhirnya mengangguk. "Abinnnnn" Baim berteriak memanggil Binnar seraya bangkit juga membersihkan pasir dari bajunya. Setelah dirasa cukup bersih, Baim sudah berlari menyusul Binnar—juga Billal, yang sudah berlari cukup jauh.

Bulir Padi [haechan, johnny, yuta, taeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang