ABPL

151 12 0
                                    


Prolog

***

.

.

.

.

.

⚠️ Breaking News ⚠️
_________________________________________________

Sekelompok tawanan mafia narkoba, yang dikenal sebagai grup menakutkan. Itu berhasil ditangkap berkat ketangkasan lima remaja inti yang memberikan nama grupnya dengan Absolute Soulmate Ultimate, ASU.
Mereka berlima berhak mendapatkan penghargaan terbaik dalam hidupnya.
_________________________________________________

Klik! Alfarel menekan tombol remote berwarna merah.

Televisi pun akhirnya mati tanpa permisi.

"Penghargaan apa lagi yang akan jadi pajangan di basecamp kita?" tanya Rivanka pada semua anggota.

Mulai dari Alfarel yang menggidikkan bahunya untuk pertama kali. Diikuti yang lain setelahnya, mengikuti yang sama.

Entahlah!

Mereka menjadi bingung dengan berita yang baru saja mereka dengar dari stasiun televisi terkenal. Bukan penghargaan yang mereka ingin, dan bukan juga ketenaran yang mereka butuh. Seharusnya pembawa acara manapun tidak perlu repot-repot memberikan pujian sampai demikian.

"Lebay sangat! Segala harus kasih penghargaan," cicit Tezovan.

"Kita melakukan penangkapan juga berkat kemauan kita, dan yang jelas kita nggak mau tuh penghargaan." Erchandra menimpali untuk menyetujui.

Alfarel selaku ketua umum ASU menggigit pipi bagian dalam. "Penghargaan..! Penghargaan..! Kita cuma butuh hidup tenang," desahnya frustrasi.

"Hidup tenang itu nggak ada, lantas apa yang lo harap dari hidup tenang?" Tezovan langsung mengarahkan mata elangnya ke Alfarel. "Salah 'kah?"

"Enggak. Semua orang berhak beropini," sarkas Alfarel membasahi bibir bawahnya.

"Opini? What the hell?!"

Tawa mereka berempat membuat bising namun terdengar hangat.

Hanya berempat yang tertawa lepas.

Tezovan tidak. Dia masih tidak terima. Siapa juga yang bakalan terima, kejujurannya dikatakan sebagai opini semata. Alfarel nih kadang tidak peka dengan keadaan sekitar, bahkan ucapannya kadang tidak disadari akan menyakiti orang lain.

Alfarel datang, merangkul pundak Tezovan. "Opini dibalik opini lo tuh numpuk, Zo. Lo nggak pusing, ngumpulin banyak opini di hidup lo?"

"Opini mata lo, ini kenyataan!"

Alfarel berdecak. "Ck! Kenyataan. Opini dari lo nggak begitu buruk kok, tenang."

Tezovan mendesis kesal. "Kenapa lo nggak suka gue beropini sih, Rel?"

"Yang bilang nggak suka itu siapa? Emang gue pernah bilang begitu, ya?"

ANNOYING BUT PERFECT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang