25. Tepat Sasaran***
.
.
.
.
.
Chatrisya yang sudah keluar terlebih dahulu dari ruangan khusus ganti, langsung pergi bersama staff. Untuk mencoba semua gaun terbaik yang ada di Boutiqueen. Di dalam ruangan khusus ganti, tersisa Alzanee yang masih tersenyum lebar. Dia memainkan layar ponselnya, dengan fokus dan penuh keseriusannya.
"Caty ... Caty! Gue mengira lo sudah lebih pintar. Nyatanya, masih sama seperti dahulu."
"Ingin rasanya gue menertawakan kebodohan seseorang dengan berpesta besar-besaran. Lagi pula, dia memiliki otak tapi tidak dengan isinya. Kosong, seperti rumah kosong yang berhantu."
"Sudahlah, gue akan menundanya untuk melakukan penyelidikan yang lain. Calvin, i'm coming babe. Sepertinya dia juga akan sama seperti Caty, dasar bodoh!"
Gadis itu kembali memainkan layar ponselnya.
Tidak lama dari itu, dia kembali menyimpan ponsel di dalam saku celana. Dan tidak lama juga, Alzanee menyusul meninggalkan area ruangan khusus ganti. Dia berjalan menuju resepsionis, untuk bertanya rencana-rencana selanjutnya.
"Bagaimana, Nai? Rencana itu sudah terlaksana?"
"Sudah, Zane. Tenang saja," jawab Naisya mengedipkan sebelah matanya.
"Gue lanjutkan rencana selanjutnya, dan lo juga sebisa mungkin untuk tidak sampai ketahuan siapa pun. Okay?"
"Pastinya, Bu bos." Naisya memberikan hormat selayaknya seorang karyawan kepada pemilik perusahaan. "Gue masih ngakak, dah."
"Lanjutkan saja tertawa lo, cantik. Tapi ingat, jangan habiskan disini. Rencana kita masih panjang!"
"Hahaha, Zane di lawan. Dan herannya kenapa mereka memilih butik milik lo?"
"Namanya juga hidup, kadang banyak plot twist."
Naisya tertawa ringan. "Dan plot twist sesungguhnya, mereka datang memilih baju pengantin ke butik milik lo, Zane. Siapa sangka?"
"Hahaha, sudahlah. Lanjutkan pekerjaan lo. Gue mau melanjutkan ke tahap selanjutnya, bye." pamitnya meninggalkan area resepsionis.
Alzanee yang sudah setengah jalan, kini kembali lagi dengan wajah yang jauh lebih menggemaskan.
"Kenapa, bos? Pasti mau bertanya soal motor? Sudah tuh," tunjuk Naisya ke parkiran luas.
"Hebat sekali, sudah tahu dan sudah tepat pada sasaran. Siapa yang membawanya kemari? Yang pastinya bukan lo 'kan, Nai?"
Naisya menggelengkan kepalanya. "Bukan, itu bos."
"Halo, kak Zane." sapa wanita dengan melambai-lambaikan tangannya. Dia berjalan menghampiri Alzanee dan Naisya di area resepsionis. "Gue yang membawanya, kak."
"Anak pintar," puji Alzanee memberikan senyum.
"Tentunya, kak Zane sudah banyak mengajarkan gue. Ini semua juga berkat kak Zane," sahut Chanesya. Dia juga membalas senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNOYING BUT PERFECT LOVE
Romance"Boleh?" tanya Alfarel memastikan. "Boleh apaan? Jangan macam-macam deh. Ini first kiss gue, gue nggak mau sampai kehilangannya diorang yang salah." "Jadi, nggak boleh?" "Gue takut," jawabnya. Alzanee seketika itu saja menutup matanya, tidak ingin m...