ABPL - SEMBILANLAS

18 7 0
                                    


19. Banyaknya Bukti

***

.

.

.

.

.

Ditengah-tengah perjalanan menuju Josefaul House, Dimas selaku orang yang menyetir mobil dinasnya. Membalikkan badannya, disaat lampu lalulintas berwarna merah. Arsyabilla yang duduk di kursi depan dekat supir pun ikut melakukan hal yang sama. Mereka berdua, Alzanee dan Alfarel yang duduk di kursi belakang merasa bingung.

"Lo belum menjawab pertanyaan gue," seru Dimas memusatkan perhatiannya ke arah Alzanee.

"Pertanyaan mana?" kilah Alzanee.

"Nggak usah berpura-pura melupakan pertanyaan gue, Zan. Gue serius loh, nggak akan tinggal diam kalau lo masih bersikeras menyayangi lelaki seperti dia." tegas Dimas dengan lantang.

"Tinggal jawab, pertanyaan mana? Kok ribet sekali pacar lo, Sya." sentak Alzanee menggedikkan bahunya malas.

"Pertanyaan soal gue yang nanya sama lo, apa lo masih menyayanginya?" tanya Dimas mengulanginya.

Alzanee berdecih sebal. "Tch! Apa urusannya soal hati gue sih, Dim? Mau gue masih menyayanginya atau sudah tidak, hubungannya dengan lo itu apa?"

"Jelas hubungannya banyak, Zan. Kalau lo terus menyayanginya, menyayangi orang yang hanya mengincar ketenaran lo, menyayangi orang yang jelas hanya ingin melukai lo tanpa ada rasa apapun. Gue sebagai lelaki, gue nggak rela akan lelaki jahat manapun mendapatkan kasih sayang yang tulus, apalagi itu dari lo." papar Dimas.

"Kenapa lo sangat amat so' tahu tentang kehidupan dan tentang hati seseorang, Dim?" tanya Alzanee.

Dimas tersenyum culas. "Gue bukan hanya so' tahu tanpa bukti. Mau bagaimana pun seseorang itu jahat, gue nggak akan berani untuk mengungkapkannya tanpa bukti apapun. Karena sebuah bukti, bisa membuat orang lain bungkam."

"Bukti apa yang lo punya?" tantang Alzanee dengan meremehkannya.

"Banyak," cetus Dimas tanpa rasa ragu lagi. "Bukti mana yang lo mau gue kasih terlebih dahulu? Bukti soal perselingkuhan, bukti soal hubungan ranjang dia, atau bukti soal kejahatan dia?"

Alzanee terdiam, mencerna apa maksud dari bukti yang dikatakan Dimas dengan kepercayaannya yang tinggi.

Apa benar-benar bukti.

Atau hanya bukti yang mencoba untuk di cocoklogi saja?

"Bukti mana dulu, Zan. Sebut salah satunya saja dulu," pinta Dimas mengulanginya kembali. "Bukti perselingkuhan dulu, mau?" menantang Alzanee, supaya mau mengucapkan satu dari banyaknya bukti yang dia punya.

Dengan berat hati, Alzanee menganggukkan kepalanya.

Alfarel yang sedari tadi sadar, akan ketegangan yang tercipta dari gadis yang duduk disebelahnya. Itu langsung merangkulnya, membawanya ke dalam kepelukan hangat. Mencoba menenangkan, dan mencoba untuk membuatnya tidak lagi bersedih, akan suatu bukti yang akan diputarkan oleh Dimas.

ANNOYING BUT PERFECT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang