11. Penyesalan***
.
.
.
.
.
"Bagaimana hasil pelacakan anak buah lo, Dim? Sudah ada titik terang? Apa masih mandek disitu-situ saja?" tanya Gaveendra menginterogasi Dimas.
"Anak buah gue sudah dapat sedikit bocoran, kira-kira baru 15% info."
"Cih! Lo bilang anak buah lo hebat," ejek Gaveendra meremehkan. "Yang hebat itu, satu jam pelacakan pun sudah terdeteksi 100% informasi."
Dimas mendengus sebal. "Kayak lo sendiri bisa ngelacak orang saja, Vin. Coba jangan meremehkan orang, introspeksi dulu deh lebih utama."
"Gunanya anak buah lo apa, kalau gue sendiri bisa melacak orang? Kasihan dong mereka, nggak dapat kerjaan."
"Terserah apa kata lo saja, Vin." Dimas menggedikkan bahu kirinya, merasa acuh dengan apa yang bosnya bilang. "Gue mau ke kost, mau menemui anak buah. Siapa tahu mereka sudah dapat kemajuan."
Sesuai apa yang Dimas katakan, Dimas beranjak pergi meninggalkan apartemen milik Gaveendra tanpa pamit.
"Gaveen," panggil seorang wanita dengan nada merengek-rengek manja. Wanita itu datang-datang langsung memeluk Gaveendra dari belakang.
"Hm?" Gaveendra menjawabnya dengan berdeham.
"Lo bilang di telepon tadi ada urusan sama gue?"
Gaveendra memalingkan wajahnya dari layar ponsel. Dia langsung mengecup pipi wanita itu. "Nggak ada, gue cuma kangen."
"Kangen sama gue, atau kangen main sama punya gue?"
"Kangen dua-duanya emang nggak boleh, Cha? Harus gitu gue pilih salah satu? Selagi bisa dua-duanya mendingan pilih langsung dua aja, nggak usah ada pilihan." kilah Gaveendra mengusap-usap pipi Chatrisya.
Wanita itu langsung mendudukkan pantatnya dipangkuan Gaveendra. "Gue juga kangen deh sama punya lo, bikin nagih."
Gaveendra menyembunyikan wajahnya di leher Chatrisya. Menghembuskan nafasnya, membuat wanita itu menggeliat geli.
"Oh, iya, Vin. Hubungan lo sama Zanee gimana?" desak Chatrisya ditengah-tengah rasa menggelikan.
"Nggak gimana-gimana sih," jawabnya masih tidak mengubah posisinya.
Chatrisya memutar bola matanya malas. "Bukan itu maksud gue, Vin. Bukannya lo bilang mau cari cara buat bikin gue jadi satu-satunya buat lo? Gue nggak mau loh jadi simpanan lo mulu."
"Aman," bisiknya. Gaveendra kini tidak hanya menghembuskan nafasnya saja, dia mengecup leher wanita itu beberapa kali.
Sengaja tidak sampai memberikan tanda kemerahan. Hanya kecup, tanpa menciuminya lebih lama.
Gaveendra mengubah posisinya, kini menjadi membalas tatapan sayu Chatrisya. Mereka berdua saling bertatapan cukup lama, tanpa ada yang berniat untuk memutuskan. Tatapan sayu dan penuh gairah mengudara di kamar apartemen mewah tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNOYING BUT PERFECT LOVE
Roman d'amour"Boleh?" tanya Alfarel memastikan. "Boleh apaan? Jangan macam-macam deh. Ini first kiss gue, gue nggak mau sampai kehilangannya diorang yang salah." "Jadi, nggak boleh?" "Gue takut," jawabnya. Alzanee seketika itu saja menutup matanya, tidak ingin m...