ABPL - DUASATU

22 5 0
                                    

21. Marigold Flower

***

.

.

.

.

.

Mendekati waktu sore, jalan tol ibu kota sedang padat merayap kendaraan beroda empat. Alfarel memusatkan perhatiannya ke jalanan, membawa kendaraan dengan kecepatan sedang. Mobil terasa sangat hampa tanpa ada yang membuka suara, hanya terdengar musik yang diputarkan agar tidak terlalu hening.

Alzanee, gadis itu sedang sibuk pada snacknya.

Tadi pihak pelayan acara seminar, yang menjaga koridor depan. Bekerja untuk menyambut dan memberikan beragam macam snack mewah yang sudah dipaketkan lengkap. Josefanus mendapatkannya juga, tapi dia berikan ke Alzanee untuk menemani selama dalam perjalanan.

"Makanan cewek pick me semua deh," protes Alzanee.

"Manis-manis. Mulut gue berasa punya satu ton gula, kemanisan banget."

"Faa, mau nyoba nggak? Gue ikhlas, Demi Lovato dah!" ujar Alzanee menawarkan Caramel Cake yang dia pegang. "Mau, nggak? Jawab bentaran doang mah nggak akan menyebabkan kecelakaan kali, Faa."

"Sssttt," desis Alfarel.

"Apa sih, kayak ular saja lo."

"Gue 'kan emang punya ular, lo nggak tahu?"

Alzanee menggelengkan kepalanya. "Nggak lah, gila saja. Gue belum pernah dikasih spill, masa iya sudah tahu lebih duluan. Bukan pesulap!"

"Emang bukan, lo mah penculik."

"Ish! Enak sekali lo bilang gue penculik," tegur Alzanee tidak terima.

"Gue ngomong fakta, Azaa. Tahu nggak kenapa?" Alzanee menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Karena, lo sudah menculik kesedihan gue, dan menggantikan dengan kebahagiaan yang tiada henti."

"Gombal, wuuu!"

"Nggak loh," dengan cepat Alfarel membantahnya.

"Bukan gombal, terus apa dong?" tanya Alzanee kebingungan.

Alfarel menghadapkan wajahnya ke arah Alzanee sekilas, lalu kembali fokus ke jalanan yang masih macet panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alfarel menghadapkan wajahnya ke arah Alzanee sekilas, lalu kembali fokus ke jalanan yang masih macet panjang.

Pria itu tidak menjawab.

Ia sedang termenung entah memikirkan apa, sorot matanya mengintrogasi jalanan yang macet, sembari mengigit kukunya yang panjang. Ini sudah menjadi kebiasaan bagi Alfarel, ketika dalam keheningan yang terjadi. Dia memang sering canggung, tapi sering juga gugup sampai melakukan hal seperti sekarang ini.

ANNOYING BUT PERFECT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang