ABPL - DELAPANLAS

17 7 0
                                    


18. Kontrol

***

.

.

.

.

.

📍Klinik Happysena, pukul 11.00 WIB

Tepat di parkiran khusus kendaraan beroda dua, gadis itu memarkirkan motor ninja milik pria yang dia bonceng dari rumah menuju klinik. Alzanee melepaskan helm, lalu menggantungnya di gantungan yang ada dimotornya.

Dia turun terlebih dahulu dari atas motor, menguncir rambut panjangnya secara asal-asalan.

"Lo bisa turun sendiri, nggak?" tanya Alzanee masih menguncir rambut. Sambil meminta bantuan pada spion motor, dia memandangi dirinya dari pantulan cermin.

"Sudah cantik kali, Zaa. Nggak usah lo dandan lagi juga," tegur Alfarel dengan sesekali menjahili rambut gadis itu.

"Diam dulu, Afaa." protes Alzanee menarik beberapa helaian rambutnya yang dipegang Alfarel. "Aww! Sakit tahu, Faa. Jangan main tarik-tarik rambut gue segala."

Rambut Alzanee sudah selesai di kuncir kuda, masih sedikit berantakan namun terkesan seksi dan cantik.

"Pertanyaan gue belum dijawab loh, Faa." ujar Alzanee memberikan kode. "Okay! Kayaknya lo lupa. Gue ulang pertanyaannya, lo bisa turun sendiri atau nggak?"

"Nggak, Zaa. Gue nggak bisa turun sendiri, ayo bantuin gue turun." desak Alfarel memohon-mohon.

"Tunggu, gue siap-siap dulu. Badan lo meskipun kecil, tetap aja ototnya gede banget. Bentar, lagi mempersiapkan mental." Alzanee menarik nafasnya, lalu membuangnya secara perlahan-lahan.

Tidak lama dari itu, benar saja Alzanee membantu Alfarel. Tetapi mulai dari membantu melepaskan helm terlebih dahulu, lalu membopong tubuh Alfarel untuk turun dari motornya. Secara perlahan namun pasti, akhirnya Alzanee berhasil membawa Alfarel turun dengan selamat tanpa ada yang kesakitan.

Alfarel merangkul pundak Alzanee, mereka berdua berjalan meninggalkan area parkiran.

"Gue menyusahkan lo banget, ya, Zaa? Setelah nanti gue sembuh, gue bakalan kasih lo hadiah, janji deh." ucapnya memperhatikan wajah Alzanee yang sedang serius.

Gadis itu membalas tatapannya. "Apa sih. Hadiah, hadiah. Nggak usah kali, gue ikhlas membantu lo. Lagian tubuh lo nggak begitu berat, asal lo jangan berulah dulu."

"Kalau gue berulah?"

"Beraaattt polll," jawab Alzanee dengan suara yang khas.

Alfarel tertawa kecil, menertawakan Alzanee yang begitu menggemaskan. "Beratnya, berat banget tuh keliatannya. Mau gue bantu nggak, Zaa?"

"Boleh," sahutnya langsung menganggukkan kepalanya sekilas. "Lo cukup membantu jangan berulah saja, nggak susah 'kan? Nggak ribet kok, itu saja jangan berulah."

"Gue yang berulah, lo yang salah tingkah. Iya, 'kan? Hayo, loh, ngaku." desak Alfarel membuat gadis itu enggan membalas tatapannya lagi.

Alzanee hanya mendengus sebal. "Sudah, diam dah lo!" suruhnya dengan tegas tak terelakan. "Duduk disini dulu, tunggu bagian lo dipanggil. Gue sudah daftar kok, tadi di rumah." sambungnya.

"Iya, iya. Gue diam nih, nggak akan berulah sebelum dapat bagian antrian." kilah Alfarel akhirnya menurut akan permintaan Alzanee. Dia langsung duduk di kursi, di ruangan tunggu khusus pasien. "Lo duduk juga dong, Zaa."

ANNOYING BUT PERFECT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang