ABPL - DUATIGA

13 2 0
                                    


23. Mati Rasa

***

.

.

.

.

.

"Gue nitip barisan mahasiswa penerbangan, ya, Zo? Kalau ada keributan, tolong banget. Kasih tahu gue langsung," pinta Alzanee dengan bersungguh-sungguh.

"Pasti, gue akan segera mewartakan semuanya ke lo."

"Anjay, bahasa lo!" seru Alzanee mencebikkan bibir. Gadis itu memberikan tatapan mata yang tidak bisa dijelaskan. "Gaya sekali, mewartakan."

"Salah, 'kah?"

Alzanee menggelengkan kepalanya. "Nggak. Yang bilang lo salah, siapa sih? Coba bilang sama gue."

"Nggak penting."

"Zovan, si' paling cowok baperan yang baru gue kenal! Ya, lumayan sih. Sudah tiga tahun kita kenal. Tapi, makin ke sini makin aneh saja tingkah laku lo."

Tezovan memutar bola matanya jengah. "Apa muka gue terlihat peduli?"

"Muka lo? Nggak sih. Kalau terlihat jelek, duh, gue mengakui tanpa perdebatan lagi."

"Menurut lo gue jelek, tapi apa jadinya--"

Gadis itu, melenggang pergi tanpa permisi.

Meninggalkan Tezovan yang masih mengeluarkan kata-kata mutiara, dengan menunjukkan perasaan marah. Siapa sangka, seorang Tezovan yang tampan mendekati sempurna itu tidak diakui oleh sahabat dekatnya. Alzanee, gadis itu memang senang menjahili orang-orang supaya kesal.

"Mood gue masih pagi sudah berantakan," gumam Tezovan.

"Ck! Bisa-bisanya ketampanan gue nggak diakui sama dia. Lagian, gue sama Farel lebih ganteng gue kali. Terbukti secara usia, gue lebih menang. Gue lebih muda, rajin skincare juga sudah lebih banyak menang."

"Udah, sih, Zo. Buat apa juga lo menginginkan validasi dari dia? Nggak penting juga."

Lelaki itu kini kembali fokus dengan tugasnya, menatap lurus ke barisan mahasiswa penerbangan.

Dalam keseriusannya, dia mendengar ada seseorang yang memanggil namanya. Entah mengapa, dia tidak mengindahkan panggilan tersebut. Tezovan masih memusatkan pendengarannya, untuk meninjau pengumuman dari pemilik yayasan.

Orang yang memanggil namanya itu, menepuk-nepuk pundak Tezovan. "Halo, Van. Dilihat-lihat daritadi, serius banget, ya."

"Eh, Nenes?" antusias Tezovan meliriknya. "Gue dengar loh, Nes. Jelas banget ada yang manggil nama gue. Tapi, gue kira itu bukan lo yang manggil."

"Betul! Ini gue, Nenes." gadis tomboi itu cengengesan sampai matanya terpejam. "Gue ikutan jaga disini, boleh 'kan?"

"Boleh dong, nggak akan nolak."

"Kok nggak nolak?"

"Siapa yang bisa menolak, kalau ada yang cantik mau menemani? Gue rasa, nggak akan ada yang menolak."

Chanesya mencebikkan bibirnya. "Yang cantik? Gue nggak merasa cantik, berarti gue nggak termasuk, ya?"

"Lupa gue!" Tezovan menepuk keningnya. "Nenes bukan cuman cantik, tapi ganteng juga. Emang sih, Nenes tuh serakah!"

ANNOYING BUT PERFECT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang