Prolog

30 1 0
                                    

Note : Adegan ini tidak untuk ditiru.

*Selamat membaca*

*

Saat perubahan cuaca dari panas ke hujan, membuat suhu udara tidak menentu, serta angin mulai bertiup kencang. Dan yang paling menyebalkan adalah saat cuaca panas lebih cenderung terasa, apalagi di saat tubuh merasa gerah karena habis melakukan kegiatan yang menguras keringat. Melakukan pendinginan menjadi kegiatan yang dilupakan, karena rebahan menjadi opsi yang paling menguntungkan.

Para siswa kelas dua ini, masih berada di dalam lapangan indoor sehabis melaksanakan olahraga. Tidak ada yang tersisa, selain geng para penguasa sekolah ini. Ada yang sedang merebahkan tubuhnya di atas lantai, ada juga yang sedang bersandar di tembok, lalu duduk di atas bangku yang terhubung dengan meja, bahkan ada yang masih bersemangat melakukan olahraga. Walau sedang melakukan aktivitas yang berbeda, namun mereka merasakan hal yang sama.

Dan yang lebih parahnya lagi, sehabis kegiatan menguras kekuatan fisik. Setelah ini ketahanan mental para anak kelas dua ini di uji, ketika pelajaran yang berisi angka dan rumus akan menemui mereka di jam kedua. Jadi, sebelum itu terjadi para siswa ini sedang menikmati kebebasan sejenak. Walau tidak terasa benar-benar bebas, karena tidak ada rasa kenyamanan tidur di tempat yang panas.

"Fay, berapa suhu cuaca hari ini?" tanya Geby Aryani, pada wanita yang sedang duduk bersadar di atas bangku.

Wanita berambut panjang serta memiliki poni di depan ini sedang asik main handphone, di tengah rasa panas yang sedang di keluhkan oleh Geby. Anehnya, perempuan itu tampak biasa saja dari fisiknya. Namun sepertinya otaknya yang sedang kewalahan, karena terlihat dari ekspresinya yang tampak sangat serius dengan telepon genggamnya.

"Gak tau, mungkin di atas 30°." ucap Fay Zalika, tanpa melihat dahulu.

"Kenapa malah asal nebak," ucap Geby kesal.

"Kamu itu lagi ngapain si?" tanya Geby penasaran.

"Fay, jawab aku!" hentak Geby gemas.

"Apa kamu udah lapor ke mamah kamu? Pasti udah kan, aku gak mau kepanasan selama belajar." Geby menyerang Fay dengan banyak pertanyaan.

Tapi saat ini Fay sudah terhanyut ke dalam pikiran, hingga sangat fokus dengan telepon genggamnya. Fay sampai tidak sempat, bahkan tidak bisa menjawab pertanyaan temannya itu. Suasana yang panas membuat suasana hati ikut terasa panas, hingga marah-marah seperti menjadi obat. Terlebih lagi, bagi Geby yang memiliki sifat tempramental yang sangat tinggi.

"Ah, bikin kesel aja," ucap Geby geram.

"Kamu udah pesen minum?" tanya Kayden Afrarendra.

Pria paling dingin sedunia yang masih asik bermain basket, di saat teman-temannya sudah kehabisan energi. Namun, ternyata perasaan haus juga ia rasakan, tatkala minuman penghilang haus belum juga datang.

Geby menghembuskan nafas berat, "padahal udah aku ingetin jangan lama, kenapa dia belum juga dateng." keluh Geby.

"Dia siapa?" sambar Miko Alvaro, pria yang sedang bersandar di tembok. Sifatnya sebelas, dua belas dengan Geby. Yaitu, sangat tidak sabaran.

"Kamu pikir siapa, yang sifatnya penurut cuma dia aja," ucap Geby lalu tertawa samar.

Suara tawanya membuat bulu kuduk naik, juga membuat manik mata Fay melirik sekilas kepada Geby. Fay tipe orang yang tidak suka ikut campur masalah orang lain, karena tidak suka hal-hal yang merepotkan.

"Jangan terlalu keras ke dia, kalo gak mau kesandung lagi," pesan Miko sok bijak.

"Tutup mulutmu!" hentak Geby, sembari melirik tajam ke arah Miko.

Source Of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang