#5 Waktu Berjalan

24 1 0
                                    

*Selamat membaca*

*

Kemanapun kaki ini melangkah, seperti tidak memiliki makna, karena yang ada hanyalah sebuah kesalahpahaman. Lalu harus jadi manusia seperti apa? Jika semuanya selalu di salahkan. Tapi ini termasuk pilihan, ketika memilih jalan yang ramai dengan banyak obrolan.

Kepala bersandar sendu pada dinding kaca, yang menampakkan perbedaan yang luar biasa, ketika berbaur dengan semua orang. Melakukan suatu hal tidak biasa, menimbulkan reaksi yang luar biasa.

"Kamu bercanda ya? Bagaimana buronan bisa lepas begitu mudah!!" suara keras dari seseorang yang duduk di sebelah Fay.

"Teknologi saat ini sangat canggih, kita bahkan bisa melacak apapun, walau itu hanya anjing yang hilang!!" hentaknya.

"Lalu kenapa gak bisa menemukan manusia sialan kaya mereka!! Tunggu aku, jangan lakukan apapun. Aku akan kesana segera!!" permintaannya seperti sebuah ancaman, tatkala mendengarnya.

Dengan rasa penasaran, Fay menengokkan kepalanya pada pria yang usianya jelas lebih tua dari Fay. Sebab dari pakaiannya menunjukkan, bahwa pria yang sedang berpakaian kaos putih serta luaran kemeja hitam yang sengaja tidak di kancingkan, menunjukkan bahwa pria ini adalah seorang pekerja. Itulah ciri seorang pria yang duduk di sebelah Fay.

Dan terdengar pekerjaannya sedang tidak baik-baik saja, karena pria ini seperti sedang terburu-buru. Saat memperhatikan itu, Fay dibuat salah fokus karena terlalu fokus memperhatikan, ditambah lagi pria ini juga menyadari manik mata Fay yang terus mengarah kepadanya.

"Oh, maaf. Kamu pasti terganggu ya?" pikir pria ini.

"E-engga ko." mendapati pertanyaan itu membuat Fay gugup.

Fay jarang sekali berbicara dengan orang asing, atau bisa dibilang Fay sama sekali tidak tertarik. Karena itu, Fay langsung memalingkan wajah, lalu melanjutkan aktivitas yang sedang melihat keluar jendela Busway. Fay bisa merasakan tatapan yang masih mengarah kepada Fay, namun Fay berpura-pura tidak menyadarinya.

Laju Busway berhenti, tatkala menemui tempat pemberhentian. Pria yang duduk di samping Fay bangkit berdiri, lalu tidak lupa menundukkan kepalanya kepada Fay. Lirikan mata Fay menyadari itu hingga turut menundukkan kepala, walau Fay tidak menengokkan kepala sepenuhnya. Pria itu lantas pergi, barulah Fay bisa menengokkan kepala sepenuhnya.

Fay melihat bagaimana pria itu turun dan lantas berjalan kaki diikuti Busway yang berjalan pergi. Manik mata Fay seketika menyadari, bahwa ada sesuatu yang tertinggal di kursi yang diduduki pria tadi.

"Bukunya?" kata Fay yang langsung panik, dengan mengangkat buku itu.

Namun apalah daya, Busway ini telah melaju jauh dan Fay tidak bisa melihat pria tadi.

"Ada-ada aja si," gerutu Fay heran.

Fay tidak tahu harus berbuat apa. "Apa gak papa ditinggal di sini saja?" pikir Fay.

"Ah, bodo amat. Kenapa aku harus perduli," dalih Fay, meletakkan buku itu kembali.

Fay kembali menyandarkan kepalanya, dengan perasaan acuh yang melanda. Tidak lama Busway pun berhenti, di sinilah Fay mengakhiri perjalananya. Fay turun dari Busway, dengan tas ransel bewarna hitam, dilengkapi dengan tangan yang memegang buku seorang pria yang tertinggal. Pada akhirnya Fay memutuskan membawa buku dengan cover putih polos itu.

Ketika sang pemilik kuasa datang tanpa menggunakan kekayaan, tentu membuat semua orang tampak heran. Tapi Fay, sama sekali tidak menghiraukan. Karena fokus Fay saat ini ialah, mencari seseorang yang hendak mengajak Fay bertemu hari ini.

"Fay," panggil seseorang.

Tapi seseorang itu bukanlah orang Fay cari. Tatkala Fay belum melangkahkan kaki masuk ke dalam gedung, langkah Fay dihentikkan di tengah halaman.

Source Of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang