#24 Mempertaruhkan

5 1 0
                                    

*Selamat membaca*

*

Sebuah perubahan yang tidak ditujukan untuk seseorang, tapi uniknya malah menarik Fay untuk bisa membuktikannya kepada seseorang. Janji yang sudah ditentukan, membuat seseorang telah menunggu kepulangan Fay. Dan benar posisi menunggunya di depan gerbang sekolahan, seperti yang sudah Fay janjikan.

"Kamu tampak semangat sekali," tegur Fay.

"Kamu udah janji kan," kata Zandra.

"Ayo!" tidak tunggu lama Zandra langsung ingin mengajak Fay.

Dan tanpa bertanya, Fay pun langsung mengikuti langkah kaki Zandra. Langkah kaki Fay yang mungil berjalan di belakang Zandra yang memiliki postur tubuh tinggi dan besar. Kedua manik mata Fay hanya bisa melihat bahu yang lebar, seakan cocok untuk dijadikan sandaran. Sial, Fay jadi teringat seseorang. Keberadaan seseorang memang tidak mudah untuk digantikan, bahkan ketika Fay berusaha untuk mengalihkannya.

Hati serta pikiran Fay selalu tertuju kepada Frey, kaka kedua dari Fay. Entah apa yang salah, ketika ada banyak momen pertengkaran yang selalu terjadi, tapi kini malah jadi sosok yangg Fay rindukan.Ya, mungkin ini juga yang terjadi di antara Fay dan Zandra, ketika selama ini mereka selalu berdebat namun kini malah jalan bersama seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka.

"Fay," panggil Zandra, sembari menghentikkan langkahnya.

"Kenapa?" tanya Fay.

Zandra menegokkan kepalanya ke samping, dengan posisi tubuh tetap tegap ke depan.

"Kenapa jalan di belakangku?" tanya Zandra tiba-tiba.

"Memangnya kenapa?" Fay sama sekali tidak mengerti.

"Selama ini aku gak pernah menuntunmu kan? Lalu kenapa malah jalan di belakangku, alih-alih di sampingku." seperti sebuah permintaan memang.

"Ck!" Fay sampai berdecak lucu. "Yang benar aja!"

Lantas, Fay merubah posisi dengan sedikit melangkah ke depan, lalu saat posisinya sejajar Fay menengokkan kepalanya ke arah Zandra.

"Kamu puas sekarang?" tanya Fay.

"Ya, ayo lanjut jalan." Zandra pun tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

Momen itu juga, cukup membuat Fay bahagia. Tanpa sadar Fay menyunggingkan senyuman, walau di balut rasa was-was di dalamnya. Pasalnya, Fay tahu betul bahwa setiap pengalihan yang Fay lakukan tidak akan pernah bertahan lama. Masalah yang terjadi akan selalu kembali, dengan membawa rasa ketakutan bersamanya. Seolah tidak ada yang abadi, hidup ini sangat sulit untuk dimengerti.

Walau pada dasarnya, memang tidak ada hidup yang baik-baik saja, tatkala Tuhan sudah menentukkan pundak mana yang akan selalu diuji oleh-Nya. Perjalanan hidup yang membawa segala bentuk rasa kekhawatiran, yang di balut dengan tangisan, lalu ditutupi dengan senyuman. Sungguh, manusia memang penuh dengan daya tipu muslihat. Ketika diri ini bercemin, dan hanya diri sendiri yang bisa melihatnya.

"Mana senyuman yang tadi terus ditunjukan? Kenapa tiba-tiba hilang?" batin Fay, saat melihat dirinya di cermin.

Satu hari menjalani hidup seperti seorang pelajar pada umumnya, dimana lebih akrab dengan bersenang-senang, menghabiskan waktunya di masa remaja. Bukan hanya terus memikirkan belajar dan belajar, tapi lupa bercanda riang, karena setelah dewasa tidak akan pernah semenyenangkan itu. Bertukar cerita di kala senja, dengan memakan es krim di tepi taman, dan tidak lupa dipenuhi cerita tentang keluh kesah sebagai pelajar.

Itu adalah pengalaman pertama bagi Fay yang mungkin tidak akan pernah Fay lupakan. Dan rasanya Fay seakan lupa, tentang seberapa kejamnya Fay saat memasuki fase remaja. Fay pun jadi merasa, apakah Fay masih pantas untuk mendapatkan kebahagiaan? Raut wajah Fay menjadi datar, karena selalu menyimpan apa yang Fay rasakan.

Source Of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang