#14 Apa Itu Kejam?

6 1 0
                                    

*Selamat membaca*

*

Andai ada alat canggih yang bisa mendeteksi sikap seseorang, mungkin Fay ingin memilikinya. Ketidaktahuan terkadang membuat Fay seperti orang yang bodoh, karena mudah sekali dikendalikan, juga bisa saja dijebak oleh orang terdekat. Persaingan ini sepertinya tidak hanya terjadi di dunia bisnis, jikalau melibatkan segala macam jenis dunia, sikap manusialah yang lebih menakutkan.

Berkaca saja tidak membuat Fay tahu diri, sesuatu yang menyeramkan datang dari ingatan, dimana Fay juga mewarisi sifat yang kejam. Berdiri di depan kaca, membuat Fay bisa melihat dirinya lebih dalam. Kira-kira sifat Fay lebih dominan dari mana?

"Sayang, ayo kita mampir ke swalayan dulu sebelum pulang." ajak seorang wanita.

"Apa yang kamu mau beli?" tanya sang pria.

"Aku mau beli cemilan, karena aku mau menghabiskan waktu lebih banyak bersamamu. Boleh kan?" sungguh rencana yang sempurna.

"Tentu saja." setuju sang pria.

Sepasang suami istri melewati cermin tempat tadi Fay berkaca, tepatnya di lorong rumah lantai dua, dimana ada banyak kamar para penghuninya. Saat suara itu terdengar, Fay langsung sembunyi dengan masuk ke salah satu kamar tamu. Ketika percakapan yang Fay dengarkan sudah selesai, Fay jadi dibuat bertanya-tanya.

"Kenapa aku gak menuruni sifat yang hangat?" batin Fay bertanya, sebab sifat sang kaka pertama tidak menurun sepenuhnya kepada Fay.

Mungkin tidak masalah jika keluarga ini tidak cemara, atau Fay tidak mendapatkan perhatian yang Fay inginkan, tapi kenapa Fay tidak bisa bersikap baik? Walau, hanya sedikit saja.

"Kekayaan ini sungguh menyesakkan Fay! Aku merasa bahwa diriku serakah. Tapi, itu terjadi karena ketidakadilan ini!! Kenapa hanya ka Ervan yang mendapat fasilitas yang lebih?" itulah yang di ucap oleh Frey tadi kepada Fay.

Jikalau hanya karena ketidakadilan, kenapa Ervan rela menanggung masalah perusahaan itu sendirian. Kenapa? Terlebih lagi itu bukan salahnya.

"Tapi kenapa aku merasa sedih sekali." kata Fay tiba-tiba.

"Hanya aku, jadi hanya aku yang menyelesaikan masalahku sendirian?" kata Fay lagi.

"Apa jika aku bercerita, mereka semua akan membantu?" pikir Fay tidak masuk akal.

Ck!

"Itu gak mungkin kan, karena mereka semua hanya perduli perihal harta! Apalah arti keluarga bagi mereka!!" gertak Fay kesal.

Ya, begitulah keluarga ini. Harta di atas segalanya, menyedihkan sekali!! Fay lantas melanjutkan berjalan, menyusuri rumah ini, di mana ada banyak pekerja yang masih berlalu lalang. Memang pada dasarnya karena uang, karena tidak mungkin mereka melakukan semua itu tanpa batas waktu, jika bukan karena uang imbalannya.

Dan yang lebih menyebalkan, uang itu telah membuat seseorang gelap mata, hingga berani mengkhianati orang yang telah memberikannya uang. Seperti mesin uang yang bisa berjalan, keberadaan Fay sangat diagungkan, karena mereka bersedia melayaninya.

"Jadi ini artinya aku bagi mereka semua?" batin Fay.

Seketika semua orang yang sedang merapikan meja makan terdiam, ketika mereka bekerja untuk mendapatkan uang.

"Ya, mungkin karena aku terlalu berharga mereka!" gertak Fay kesal.

Tek!

Sekeranjang buah yang sudah kosong Fay kembalikan di tempatnya, tanpa meminta bantuan siapapun. Fay lantas kembali ke kamarnya, sebab hari ini cukup melelahkan, karena berbagai macam pikiran yang menyarang.

Source Of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang