#27 Perbedaan Itu Nyata

1 1 0
                                    

*Selamat membaca*

*

Menjadi seseorang yang paling ekspresif, terkadang bisa membuat seseorang itu sangat disenangi banyak orang. Di balik sikapnya yang terlihat tidak memiliki rasa kasihan, tapi sifat nalurinya sangat perhatian, hingga terkadang bisa menyadari sesuatu yang tidak terlihat. Berlindung di balik sifat yang konyol, cukup membuat Miko menjadi sosok yang sulit ditebak. Sapaan manis yang diucapkannya, terkadang berarti pahit ketika Miko lebih mementingkan dirinya.

Sejauh ini Miko yang paling banyak memiliki sifat yang sangat tidak terduga. Kebebasan yang sedang Miko perjuangkan, seolah hanya kata ketika Miko sendiri tahu bahwa dirinya tidak akan pernah benar-benar bebas dari aturan. Itulah yang membuat Miko cukup berhati-hati, hingga sifat Miko terkadang sulit untuk di mengerti.

"Astaga!" Miko dibuat terkejut, tatkala hendak berbelok ke arah belakang sekolah.

Ketika Miko hendak menjauhi keramaian yang menyapanya, Miko berjalan mendekati kesunyian dimana hanya ada anak dengan sikap yang tidak jauh beda dari Miko. Saat hendak menuju tempat itu, Miko dibuat terkejut saat mendapati Fay yang sedang bersandar di balik tembok dengan kaki yang masih menggunakan tongkat.

"Kamu ngapain di sini Fay? Apa kakimu yang sakit itu selalu membuatmu berhenti di sembarang tempat. Ayo, aku antar ke kelas," Miko berbicara tanpa bertanya apa tujuan Fay di sini.

"Aku gak yakin kalo kamu ini lagi pura-pura bodoh, Miko." Fay mengeluarkan kalimat tajam.

"Karena itu, kenapa menemuiku di sini?" Miko cukup kesal, namun tidak mau meluapkannya kepada Fay.

"Memangnya kenapa? Mereka bahkan setuju buat pergi sebentar," kata Fay, cukup tidak berperasaan.

Tidak adil memang, ketika Miko sendiri sedang berusaha menjaga perasaan Fay. Sontak, seseorang yang sedang berkumpul di gerbang belakang sekolah keluar satu per satu, yang dimana diketuai oleh Nevan. Pria yang pernah menemani Fay ini, menunjukkan ekspresi kesalnya ketika seorang yang berkuasa sedang bersikap semena-mena kepadanya. Lantas Nevan keluar dari tempat yang bisa dibilang tempat persembunyian ini, hingga kini meninggalkan Miko dan Fay.

Saat ada peluang untuk berbicara berdua, Miko sempat bersikap seperti tidak rela, ketika segala sifat misteriusnya di ketahui oleh Fay.

"Jangan sungkan, ayo duduk," ajak Fay, yang langsung berjalan menuju sebuah bangku panjang.

Posisi Fay yang sulit berjalan, tidak menggerakkan hati Miko yang cukup berperasaan, sebab Miko membiarkan Fay berjalan tanpa dapat bantuan darinya, hingga Fay duduk sendirian di bangku sedangkan Miko memilih bersandar di tembok tepat di hadapan Fay. Niat ingin duduk berdampingan, kini mereka malah duduk berhadapan.

"Hal apa lagi yang pengen kamu tau Fay? Apa semua itu gak cukup," kata Miko.

"Apa kamu marah, karena aku tau rahasiamu? Udah aku bilang kan, jangan sungkan. Aku bahkan gak tertarik soal itu," kata Fay, berkata jujur.

"Lalu apa maumu?" Miko dibuat bertanya-tanya.

"Aku cuma mau tau, tentang apa aja yang kamu tau." begitu kata Fay.

"Apa maksudmu, dan tentang apa?" Miko kembali bertanya-tanya.

Segala perasaan yang terpendam ini, membuat Fay menguburnya di balik tatapan. Rasa kecewa yang diselimuti ketakutan, seolah membuat Fay memiliki banyak pikiran, hingga kedua manik mata Fay tidak bisa menyembunyikannya.

"Jangan bilang–" Miko hendak menebak.

"Ya, itu." tegas Fay.

Pada saat itu juga Miko terdengar menghembuskan nafas kasar. Tidak percaya, mungkin itu maksudnya. Tapi hanya ini ingin Fay tahu, karena sejauh ini tidak ada yang memberi tahu secara pasti dan itu membuat Fay harus mencari tahu sendiri, walau harus melibatkan temannya.

Source Of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang