#2 Apa itu Ketenangan?

30 1 0
                                    

*Selamat membaca*

*

Langkah kaki Kayden berhenti sejenak, lalu manik matanya memandangi Fay yang tengah sibuk dengan telepon genggamnya. Fay tampak sangat spesial di mata Kayden, karena sifat tenangnya membuat Kayden merasa iri. Jika Kayden merasa risih tentang bagaimana pandangan orang terhadap dirinya, Fay yang bahkan lebih banyak mendapat perhatian tapi tetap bisa mengendalikan pikirannya.

Kesamaan dari mereka berdua hanyalah, kehadiran mereka yang selalu mengundang perhatian tapi memiliki sikap yang kebalikan. Setelah menahan emosi sesaat, Kayden perlu mengatur dirinya kembali. Lalu langkah kaki yang tadi berhenti hanya untuk memandangi Fay, kini Kayden melanjutkan langkah kakinya berjalan mendekati Fay. Sebab, Kayden duduk di bangku sebelah Fay bersama Miko, lalu Fay duduk dengan Geby di seberang Kayden.

"Dari mana kamu Kay?" tanya Geby pada Kayden, sembari melirik karena terhalang oleh Fay.

Kayden sama sekali tidak bergeming, karena ingin fokus mengontrol dirinya.

"Aish! Ada apa dengan semua orang hari ini," keluh Geby kesal.

"Kamu juga kenapa? Kamu gak punya darah tinggi kan?" sambar Miko, yang posisinya sama dengan Geby, harus menggeser kepala kebelakang agar bisa melihat jelas.

"Bisa diem gak!" tekan Geby, membuat Miko tertawa puas.

Seperti sahabat yang saling melengkapi, sikap mereka berempat juga saling mengisi. Tidak peduli seberapa berisik Miko dan Geby, Fay dan Kayden sama sekali tidak tertarik untuk menimpali. Terlebih lagi bagi Fay, Setiap kegiatannya selalu mengundang misteri, tapi tidak semua orang mengetahui maksud dari kegiatannya. Berada lebih dekat dengan Fay, terkadang membuat Kayden sedikit memahami Fay.

Seperti saat ada masa menyedihkan yang selalu Fay hadapi, sikap tenangnya seketika goyah saat momen tragis terjadi. Beberapa saat yang lalu Fay menyaksikan kejadian naas, ketika soda merah menyiram puncak kepala wanita culun namun cerdas. Saat manik matanya menangkap wanita itu berjalan memasuki kelas, sikap Fay tetap diam, dengan tidak melakukan apapun atau berniat menghentikan para pelaku.

Padahal wanita itu berada di kelas yang sama dengan mereka, lalu itu menarik perhatian Kayden, karena Kayden sungguh penasaran apa arti tatapan mata dari seorang Fay Zalika.

**

Ketenangan sungguh menghanyutkan, karena datangnya dari badai yang besar. Karena sungguh menakutkan memang, sehingga enggan untuk menghampiri. Walau memiliki penampilan berkelas, tapi bagi kaum terbawah itu seperti senjata yang mematikan. Mendengar ketukan langkahnya saja, membuat setiap orang tertunduk patuh. Tapi, ini seperti sikap deskriminasi. Karena Fay sama sekali tidak menyukai hal ini.

Semuanya sudah dikendalikan, Membuat Fay tidak bisa mengubah kendali. Walau memang tidak akan ada yang berubah, selain keluarga ini termasuk keluarga yang terpandang. Sebuah meja makan besar terbentang, di hadapan anggota keluarga yang tidak bisa disebut keluarga besar. Tiga bersaudara dan satu kaka ipar, akan makan malam bersama dengan sang pemegang kendali di rumah ini.

Seperti biasa, Fay selalu duduk di meja makan paling pertama. Saat semua makanan sudah tersedia, lalu tanpa menunggu lebih lama Fay memilih makan lebih dulu. Makan sendirian seperti menjadi hal menenangkan bagi Fay, tatkala selalu tidak ada ketentraman di meja makan.

"Kenapa kamu selalu gak sabaran," tegur seseorang, saat tangan Fay hampir menyentuh salah satu makanan yang menggiurkan di mata Fay.

"Aku lapar," jawab Fay seadanya.

"Kalau begitu makanlah, jangan sisain makanan di piringmu." sebuah kalimat perintah yang berisi peringatan di keluarkan.

Ini sangat berat, karena tangan Fay seketika tidak bersemangat untuk menyentuh makanan yang tadi menjadi incaran Fay. Seorang ibu yang masih terlihat muda sudah duduk di bangku singgah sananya, di mana bangku utama yang biasanya di isi oleh sang raja. Sesuai urutan, Fay menjadi anak yang duduk di bangku paling belakang, bersebelahan dengan kaka laki-lakinya yang belum menikah.

Source Of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang