#21 Sumber Ketakutan

13 1 0
                                    

*Selamat membaca*

*

"A–aku," Fay tidak tahu harus mencari alasan apa.

Raut wajah Fay yang terlihat kusam tidak bisa disembunyikan, hingga rasanya Fay tidak bisa memberi alasan.

"Kalau begitu ayo kita duduk dulu," Radika langsung mengajak Fay untuk sedikit menepi, alih-alih berdiam diri di depan kantor kepolisian.

Tidak jauh dari kantor kepolisian, ada sebuah kafe kecil yang menawarkan berbagai macam minuman. Radhika segera membawa Fay tanpa alasan memang, selain ingin melihat Fay lebih tenang. Dengan segelas minuman hangat, Radhika tetap setia duduk di hadapan Fay. Walau di saat seperti ini Fay tidak bisa mendapatkan kehangatan yang Radhika berikan, karena pikiran Fay selalu tertuju pada gedung yang menampung segala kejahatan.

Di balik wajah Fay yang kusam, ada banyak ketakutan yang Fay rasakan, Fay memikirkan tentang antara masalalu dan masa depan secara bersamaan. Ketika masa lalu yang sejatinya tidak akan pernah bisa diubah, masa depan pun tidak bisa kendalikan bahkan dengan kekuasaan manusia. Bohong, jika ada manusia yang bisa mengendalikan hidup seseorang, selain kekuasaannya yang sangat besar.

Sungguh, saat ini Fay sangat tertekan, hingga Fay terus menundukkan kepalanya, di saat Radhika menatap Fay lebih dalam. Tapi Fay sudah tidak memikirkan dirinya lagi, karena Fay sangat mengkhawatirkan nasib keluarganya. Sangat keliru memang, jika ada yang berpikiran bahwa Fay tidak perduli dengan keluarganya, dan bahkan terdengar kejam jika pernyataan itu keluar dari sang pemimpin di keluarga Fay.

Ketika keluarga seharusnya bisa saling memahami satu sama lain, tidak perduli jika keluarga itu tidak cemara, namun sayangnya itu terjadi pada seluruh anggota keluarga.

"Aku gak tau apa yang udah terjadi padamu Fay, tapi kenapa aku selalu melihatmu berkeliaran dengan seragam sekolahmu." memang bukan yang pertama kalinya, Radhika melihat Fay seperti ini.

Ucapan Radhika sangat disetujui oleh Fay, hingga Fay mengangkat kepalanya, lalu menatap balik tatapan penuh kekhawatiran yang Radhika tunjukkan melalui ekspresi di wajahnya.

"Kamu gak ngalamin sikap perundungan kan Fay?" tanya Radhika setelahnya.

Manik mata Fay seketika langsung bergetar, diikuti hati Fay yang ikut gentar, merasakan ketakutan yang berisi kecemasan juga diikuti banyak pertanyaan. Apa terlihat begitu? itu yang Fay tanyakan di dalam hatinya. Karena itu jelas sangatlah tidak benar, dan malah sebaliknya karena Fay yang merundung bukan yang dirundung. Tatapan mata Radhika semakin dalam, sebab menantikan sebuah jawaban dari Fay.

"Engga!" jawab Fay, dengan nada  suara serta ekspresi wajah yang datar.

"Itu gak akan terjadi." tegas Fay setelahnya.

"Syukurlah," begitu kata Radhika.

Jawaban Fay mungkin terdengar menenangkan, tapi itu sangat menyakitkan bagi Fay. Bagaimana jika Radhika tahu sifat asli Fay yang sebenarnya? Walau ini bukan saatnya memikirkan sebuah citra, di saat Fay memang tidakb begitu  perduli dengan pandangan orang terhadapnya, sebab saat ini keluarga menjadi prioritas pertama bagi Fay.

**

Ikatan tidak akan pernah terputus, layaknya ikatan batin yang terhubung dari darah yang mengalir deras. Sebuah kesempatan diberikan, untuk menemui seseorang yang sudah duduk di tempatnya, lalu dengan santainya Fay duduk di bangku penyambut tamu tepat di hadapannya. Suasana seharusnya menegangkan, karena ini adalah ruangan dimana setiap gerakan dan obrolan diawasi bahkan direkam.

"Kenapa kamu dateng sekarang?" tanyanya tanpa beban, ketika Fay baru saja mendudukkan dirinya.

"Kamu lagi gak butuh bantuan aku kan?" Frey memang pernah mengancam Fay, jikalau Fay sampai datang kepadanya untuk meminta bantuan.

Source Of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang