#16 Ujian Perubahan

5 1 0
                                    

*Selamat membaca*

*

*Selamat membaca*

*

"Apa yang kamu lakuin di sini?" tanya Kayden datar.

Fay jadi salah tingkah, akan perbuatannya sendiri. Di tambah Kayden pun malah langsung menutup pintu itu, membuat Fay tidak bisa mencari jawaban dari rasa penasarannya.

"I–itu," gugup Fay.

"Makanannya udah siap, ayo kita turun," ajak Kayden, dengan tidak lupa menggandeng tangan Fay untuk berjalan bersamanya.

Situasi yang mungkin bisa membuat seorang wanita menjadi senang, namun Fay malah kembali dibuat penasaran. Kayden pasti melihat apa yang sedang Fay lakukan, tapi entah kenapa Kayden tidak menanyakan alasan dari perbuatan Fay. Sifat acuh Kayden terkadang membuat Fay bingung, ketika Kayden adalah tipe orang yang pandai mengutarakan pendapat serta perasaannya.

Jam pulang sekolah yang sore, membuat seorang siswa sering kelaparan tatkala pulang kerumah. Tanpa menunggu makan malam, Fay dapat makan lebih cepat di rumah Kayden. Suasana tampak berbeda, ketika dibandingkan dengan keluarga Fay. Keluarga ini lebih hangat, ketika saling memberikan perhatian yang tulus. Fay dibuat iri dengan keluarga ini, ketika tidak ada ketegangan di meja makan.

Fay melahap habis makanan yang disajikan dengan senang hati, tanpa menyisakan apapun di piringnya. Setelah menghabiskan makanannya, Fay tidak langsung pulang karena hendak beristirahat sejenak di rumah Kayden.

"Mau ganti baju dulu?" tawar Kayden.

"Gak usah, begini aja. Lagi pula aku gak akan lama di sini," tolak Fay halus.

Kedua kawan dekat ini sudah berada di kamar Kayden, tepatnya di tepi balkon kamar Kayden. Pemandangan malam yang tenang, membuat Fay ingin berlama-lama di sini, walau niatnya tidak mau lama. Beberapa sajian selalu datang, entah itu makanan atau rasa penasaran. Fay dan Kayden duduk berdua di bangku panjang, tanpa adanya obrolan selain hari yang semakin malam.

"Kenapa rumahmu begitu tenang?" kata Fay heran, setelah merasakannya lebih lama.

"Kamu ngomong apa si," elak Kayden.

"Seengganya ini lebih baik dari rumahku!" tekan Fay, benar.

Kayden tersenyum tipis sembari tertawa samar tatkala mendengar pujian dari Fay, dan itu menarik perhatian Fay.

"Kenapa tertawa?" tanya Fay.

"Cuma lucu aja," kata Kayden.

Fay yang tidak mengerti maksudnya, mengerutkan dahi sembari menatap dalam ke arah Kayden.

"Kenapa kita terlalu fokus untuk iri dengan kehidupan orang lain? Alih-alih menciptakannya sendiri apa yang kita inginkan," begitu jelas Kayden.

Seperti habis menerima tamparan, seketika Fay dibuat terdiam. Rasa penasaran terkadang membuat Fay lupa melihat dirinya lebih dalam, ketika Fay selalu iri dengan keluarga orang lain. Kayden benar, kenapa Fay fokus kepada kehidupan orang lain?

**

Jika dipikir-pikir, Fay memang diam-diam menginginkan kehidupan keluarga yang cemara dan bahagia. Tapi itu hanyalah sebuah harapan yang selalu Fay bayangkan, alih-alih menciptakannya sendiri. Suasana sunyi di dalam rumah, memang jauh dari kata kehangatan, tatkala seisinya sibuk dengan dirinya sendiri. Fay berjalan memasuki rumah yang terbilang mewah, dengan isinya yang sunyi tatkala hari mendekati tengah malam.

Entah apa yang dipikirkan semua orang, ketika tidak ada kebersamaan yang dilakukan sebuah keluarga. Fay dibuat terdiam, tatkala hendak menaiki anak tangga.

Source Of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang