#28 Tujuan Seseorang

3 1 0
                                    

*Selamat membaca*

*

"F–fay," suara Geby seketika gemetar.

"Kenapa kamu tiba-tiba ajak aku kesini?" tanya Geby, yang terdengar sedang berusaha mengendalikan perasaannya.

"Apa kamu kira aku seneng? Entahlah, aku tiba-tiba teringat masa lalu." Fay juga sedang berusaha mengendalikan perasaannya.

Kini, dua pelaku perundungan tengah meratapi masa lalunya, dimana mereka pernah sangat kejam dalam menjatuhkan mental seseorang. Dengan berdiri di depan rumah sang korban, dimana dahulu mereka berempat pernah datang untuk memohon ampunan. Pada saat itu, tidak ada sedikit pun rasa penyesalan dari para pelaku perundungan ini. Tapi tiba-tiba hari ini, Fay mengajak Geby untuk kembali mendatangi rumah ini.

"Kalo kamu juga ngerasa gak nyaman, kenapa ngelibatin aku buat dateng kesini!" hentak Geby.

"Aku udah bilang kan, aku tiba-tiba inget momen itu. Itulah kenapa aku datang kesini lagi," jelas Fay.

Memiliki sifat yang keras kepala, tapi bukan berarti hati mereka benar-benar mati. Karena inilah puncaknya, dimana segala perubahan terjadi, entah dari sifat, atau bahkan pendapat, tapi yang pasti momen ini sangat tidak layak untuk dikenang. Ketika kekuasaan yang dimiliki seolah tidak memiliki arti, jika harus membawa nama keluarga yang sangat dihormati. Sejak saat itu semua perasaan bimbang datang, ketika ingin kejam namun harus memikirkan dampak setelahnya.

Karena mungkin, tidak akan ada lagi keistimewaan dari kekuasaan. Ketika semua orang harus angkat tangan, sedangkan para pelaku tetap melakukan kejahatan secara diam-diam.

"Fay, ayo pulang. Untuk apa kita terus diam di sini, rumah ini bahkan terlihat gak berpenghuni. Jadi ayo pulang," Geby berusaha membujuk Fay.

"Tapi kenapa?" tanya Fay.

"Bukannya rumah ini cukup berkesan? Kenapa penghuninya meninggalkan rumah ini," Fay dibuat bertanya-tanya.

Momen itu masih terlihat jelas di ingatan Fay, dimana ada orang tua yang sedang mati-matian memberikan kebahagiaan kepada anaknya, jelas itu semua terjadi sebelum Fay datang. Amarah Fay yang sangat kecewa akan sebuah pengkhianatan, tapi itu bukanlah alasan yang benar memang, karena Fay dan teman-temannya memang sudah sangat kelewatan.

"Kenapa kamu masih mikirin itu, udah jelaskan dia kayak gitu karena terpaksa. Seseorang yang ingin mendapat pengakuan pasti mencari perlindungan yang kuat, tapi dia malah bergabung dengan orang salah, itu salah dia sendiri." Geby malah mengingatkan Fay perihal fakta itu.

"Berhenti sok tau, kita bahkan gak tau apa alasannya." Fay menghentikkan kesalahpahaman Geby.

"Justru aku lebih tau soal itu. Penyesalan itu datang di akhir Fay, dan aku rasa dia masih menyesali itu. Bahkan hidupmu udah sengsara, apalagi setelah kematian. Apa dia pikir itu mudah," kata Geby, dengan amarah yang berapi-api.

"Apa maksudmu?" tanya Fay cepat, saat menyadari salah satu kalimat.

"Apa yang kamu maksud?" tanya balik Geby.

"Penyesalan yang kamu maksud, lalu hidup dan mati apa yang kamu maskud?" jelas Fay akan perkataan Geby.

"I-itu," Geby menyadari ada yang salah dari ucapannya.

"Kamu tau sesuatu kan?" tebak Fay, saat melihat Geby kembali ketakutan.

"Emangnya apa yang aku tau?" alih Geby.

"Jangan pura-pura bodoh ya, cepat kasih tau!!" cecar Fay.

"Yak!!" teriak Geby.

Sifat Geby semakin menarik rasa curiga dari Fay, hingga Fay memusatkan penuh perhatiannya kepada Geby. Membuat Geby, seperti terjebak pada ucapannya sendiri.

Source Of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang