Part 4

775 90 47
                                    

Saat jam istirahat tiba, singto membereskan semua pekerjannya kemudian pergi ke kantin kantor untuk makan siang, dia merasa sudah sangat lapar hingga tak mengingat sang kekasih yang belum keluar sedari tadi dari ruangannya, lagipula singto juga tak memperdulikan krist.

Saat krist keluar dari ruangannya, ia melihat tempat kerja singto sudah kosong, ia meremas tangannya sendiri, berani sekali singto istirahat tanpa mengajaknya.

Krist melangkahkan kakinya ke kantin berusaha untuk mencari keberadaan sang kekasih, di lihatnya singto tengah makan siang bersama seorang pria.

"Kenapa kamu meninggalkan ku, baby?" Ucap krist, membuat singto menghentikan kegiatan makannya.

"M-maaf, dad. A-aku sudah sangat lapar tadi" ucap singto.

"Siapa dia?" Tanya krist sembari menatap seorang pria yang duduk di hadapan singto.

"D-dia tae, perwakilan dari perusahaan X yang akan bekerja sama dengan perusahaan kita. Aku tak sengaja bertemu dia di depan kantor tadi, lalu kami makan siang bersama" ucap singto.

"Selamat siang, tuan krist. Bukankah kita ada meeting nanti? Aku sengaja datang lebih awal agar kalian tak menunggu lama" ucap tae pada krist.

Krist menarik satu kursi kemudian duduk di samping singto, alasan seperti apa yang di berikan oleh tae itu?

"Baby, suapi aku" ucap krist.

"Apa daddy ingin pesan sesuatu?" Tanya singto.

"Aku ingin memakan makanan mu" ucap krist.

"Apa kalian menjalin hubungan?" Tanya tae, saat melihat singto menyuapi krist.

"Seperti yang kamu lihat, apa maksud mu datang ke perusahaan sebelum jam di tentukan? Apa kamu ingin melihat kekasih ku!" Ucap krist tajam.

"T-tidak, maaf, tuan. Aku... Ini kali pertama aku ke perusahaan ini, jadi aku sengaja datang lebih awal agar tak terlambat" ucap tae.

Perasaan singto benar-benar gelisah sekarang. Krist sepertinya benar-benar marah.

Tae fokus ke makan siangnya, begitu juga dengan singto yang sesekali menyuapi krist.

"Berani sekali kamu makan siang sendiri tanpa ku" bisik krist di dekat telinga singto.

"T-tapi aku lapar, dad..." Jawab singto takut.

"Kamu lapar atau sengaja tebar pesona di kantin, hmm?" Bisik krist sembari meremas paha singto.

Singto bergerak gelisah, wajahnya bahkan memerah sekarang, ia takut tangan krist di lihat oleh tae yang duduk di hadapannya.

Tak lama beberapa orang menggunakan pakaian rapi mendekat ke arah mereka dan menyapa tae, itu teman-temannya dari perusahaan yang sama dengannya yang akan meeting bersama krist dan singto.

Karna tae tahu keadaan sedang tegang sekarang, ia memilih untuk pamit ke ruang meeting lebih dulu bersama beberapa temannya.

"Kenapa baby ku sangat nakal, hmm?" Bisik krist.

"A-aku benar-benar kelaparan" ucap singto.

"Baiklah, aku menerima alasan mu itu" ucap krist.

Setelah makanan mereka habis, krist dan singto berjalan menuju ruang meeting, di sana klien mereka sudah menunggu.

Krist duduk di sebuah kursi, kemudian menarik singto agar duduk di pangkuannya.

"Kami tak membutuhkan dua kursi" ucap krist.

***
Meeting berjalan lancar walau dengan aura yang berbeda. Krist terus menatap tajam pada kliennya yang menatap ke arah singto.

Hey, itu hal yang wajar sebenarnya, bukankah wajar jika mereka menatap ke arah singto yang tengah berbicara? Itu artinya mereka benar-benar mendengar apa yang singto bicarakan.

Beberapa klien krist mulai beranjak dari duduknya dan bersalaman dengan krist, saat mereka hendak salaman dengan singto, krist menepis tangan mereka semua.

"Ku pikir cukup bersalaman dengan ku" ucap krist dingin.

"M-maaf, tuan"

Beberapa kliennya mulai keluar dari ruang meeting menyisakan krist dan singto.

Krist mengangkat tubuh singto ke atas meja dan mengukungnya di sana.

"A-apa salah ku, dad" ucap singto takut, karna krist terus menatapnya tanpa mengedipkan matanya sedikit pun.

"Tidak ada. Kamu melakukan kerja yang bagus, kamu juga tak menatap para bajingan tadi, hanya saja aku heran, kenapa semua orang seakan tertarik pada milik ku?" Ucap krist sembari menatap wajah singto, krist mengusap pipi bulat singto dengan penuh cinta sedangkan singto hanya diam membiarkan krist melakukan itu.

"Tolong jangan tinggalkan aku, baby. Aku benar-benar akan gila jika kamu pergi" ucap krist.

Singto hanya diam tak menjawab, dia tak mungkin tertipu lagi dengan sikap lembut krist sekarang.

"Jika bisa aku ingin membuat mu hamil agar kamu tak meninggalkan ku" ucap krist.

"Pria tak mungkin hamil" gumam singto.

"Ya, itu masalahnya. Aku benar-benar takut sekarang" ucap krist.

"....."

"Kamu tampak berubah, apa kamu tak mencintai ku lagi?" Tanya krist.

"Huh?" Ucap singto.

"Kamu tampak berubah, kamu sudah tak pernah memperhatikan ku lagi, kamu bahkan istirahat sendiri tanpa mengajak ku, apa kamu sudah tak mencintai ku lagi?"

"B-bukan itu maksud ku... A-aku..." Belum sempat singto menyelesaikan ucapannya, bibir krist lebih dulu menutup bibirnya.

Keduanya saling melumat, walau sejujurnya singto setengah hati membalas lumatan krist, dia hanya takut jika dia menolak, krist akan marah besar padanya.

Tangan krist mulai membuka kancing kemeja yang di kenakan singto satu persatu, kemudian bibirnya turun ke bawah, menghisap leher singto dengan lembut namun sedikit lama hingga meninggalkan bekas kemerahan di sana.

"Milik ku" bisik krist di depan bibir singto.

Tangan krist meremas dada singto, kini bibirnya kembali melumat bibir singto dengan penuh nafsu, ciumannya mulai turun ke bawah, krist menghisap puting singto dengan rakus, sesekali memberikan gigitan kecil di sana hingga terdengar lenguhan dari bibir singto.

Permainan tak mungkin berhenti begitu saja, karna sekarang krist sudah merebahkan singto di atas meja meeting dan tangannya membuka celana yang di kenakan singto.

"D-dad..." Ucap singto, dia khawatir akan ada orang yang masuk nanti.

"Kenapa? Apa kamu takut orang lain akan melihat kita?" Tanya krist sembari membuka celananya.

"T-tapi..."

"Biarkan semua orang tahu jika kamu hanya milik ku" ucap krist sembari menuntun penisnya agar masuk ke dalam lubang singto.

"Mmpphh..." Lenguh singto saat merasakan penis kasar krist mulai menerobos masuk.

Krist menggenjot lubang singto dengan perlahan sembari menatap wajah merah singto dengan penuh cinta sedangkan singto memejamkan matanya menikmati tusukan kasar dari krist di lubangnya.

Krist mengangkat dua kaki singto, meletakannya di pundaknya, kemudian ia bertumpu pada meja dan bergerak semakin kasar hingga membuat singto mendesah keras.

"Daddyhh... Aaghh... Ughhh"

"Ssshhh... Mmpphh"

"D-dadhh... Aarghh"

*Plokk... Plokkk... Plokkk... Krist terus menusuk bagian ternikmat singto hingga membuat singto menggila.

"Aku mencintai mu, babyhh" ucap krist di sela-sela hentakannya, sedangkan singto masih terus mendesah.

Menit demi menit berlalu, sekarang sudah hampir satu jam mereka bermain, singto sudah mengeluarkan cairannya lebih dulu tadi dan sekarang di susul oleh krist yang memuntahkan seluruh muatannya di dalam lubang singto.

Singto terbaring lemas di atas meja sedangkan krist tersenyum puas, ia memperbaiki celananya dan memakaikan singto celana.

"I love you" bisik krist sembari mencium kening singto.
















Tbc.

The cruel boyfriend ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang