Part 21

672 78 23
                                    

"Daddy, ayo meeting" ucap jessie, menyadarkan krist dari lamunannya.

Krist menyimpan ponselnya dan beranjak dari duduknya berjalan mengikuti jessie keluar dari ruangannya. Krist memang tengah memperhatikan kegiatan singto sejak tadi melalui ponselnya dan membaca laporan mengenai sang pujaan hati dari anak buahnya yang di tugaskan oleh Krist untuk memperhatikan gerak gerik singto.

Krist tak akan kehilangan singto lagi kali ini, dia akan menjaga singto dengan baik, itu sebabnya krist memberi singto cincin berisi GPS dan menyuruh seseorang agar mengikuti kemana singto pergi.

Sejujurnya pengasuh marwin beserta maid yang bekerja di rumah singto juga orang suruhan krist. Mereka melaporkan setiap detik apa yang singto lakukan di rumah, siapa saja tamu yang berkunjung ke rumah singto, krist tahu itu.

Mungkin krist akan menjaga emosinya, berusaha menahan cemburu agar tak menyakiti singto lagi, tapi krist tak yakin jika dia tidak akan menyakiti orang yang mencoba untuk mendekati singto termasuk tae.

***
Hampir satu jam melakukan meeting, kini krist dan jessie bersalaman dengan rekan bisnis mereka sebelum keluar dari ruang meeting.

"Kapan daddy membawa papa sing dan marwin pulang ke rumah?" Tanya jessie, kepada krist.

"Entahlah, singto sendiri yang masih belum ingin pulang ke sini" ucap krist.

"Oh..." ucap jessie.

Ponsel krist berdering, sebuah panggilan video masuk dari singto, ia tersenyum senang dan mengangkat panggilan tersebut.

"Apa yang kamu lakukan, baby? Apa kamu tak bekerja?" Tanya krist.

"Marwin mengatakan jika ia merindukan daddy" ucap singto sambil tersenyum.

"Apa kancing baju mu tak lengkap?" Ucap krist, ia malah fokus ke dada singto sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa kancing baju mu tak lengkap?" Ucap krist, ia malah fokus ke dada singto sekarang.

Singto langsung mengalihkan kameranya ke arah marwin.

"Baby..." ucap krist.

"Marwin ingin bicara dengan phi!" Ucap singto kesal.

Krist tersenyum menatap layar ponselnya, tentunya menatap anak kecil mungil yang menatap ke arah ponsel juga.

"Da-ddy..." ucap marwin bahagia, saat melihat krist di layar ponselnya.

"Kamu apa kabar, sayang?" Ucap krist.

"Awin, ndu... dadd" ucap marwin.

"Daddy juga rindu marwin, jika pekerjaan daddy sudah selesai daddy akan menemui mu nanti" ucap krist, membuat marwin tertawa mendengarnya.

Krist dan marwin berbicara, hingga tak terasa sudah hampir 20 menit, marwin juga sepertinya mulai bosan terlihat dari dia yang tak lagi memegang ponselnya dan lebih memilih untuk bermain sendiri.

Singto mengambil alih ponsel tersebut dan tersenyum menatap krist.

"Phi sedang dimana sekarang?" Tanya singto.

"Di ruang meeting, aku baru selesai meeting" ucap krist.

"Dimana jessie?" Tanya krist.

"Mungkin sudah kembali ke ruangannya"

"Oh"

"Kenapa kamu mengancingkan baju mu? Buka sedikit saja, aku ingin melihat dada mu" ucap krist.

"Cih, mesum!" Ucap singto.

"Bukankah kamu yang menggoda ku lebih dulu tadi? Tiba-tiba aku ingin menyusu pada mu sekarang" ucap krist.

"Phi mesum!" Ucap singto kemudian ia mematikan panggilan video tersebut sepihak.

Bukan tanpa alasan, singto hanya tak ingin krist melihat wajah merahnya. Sedangkan krist berusaha untuk menghubungi singto lagi, karna tak di angkat oleh singto, krist mengiriminya pesan.

"Minimal video call seks, babyy" isi pesan dari krist namun hanya di baca oleh singto tanpa berniat untuk membalasnya.

Singto tahu itu resiko menjalin hubungan dengan pria tua, jika dekat mungkin dia akan senang hati melayani sang kekasih :v

"Om tae..." ucap marwin saat melihat kehadiran tae di rumah mereka.

Tae memang sudah sangat sering ke rumah singto jadi singto sudah tak heran lagi jika tae masuk ke rumahnya tanpa mengetuk pintu lebih dulu.

"Apa kamu tak bekerja, sing?" Tanya tae.

"Tidak, aku libur hari ini" ucap singto.

"Oh, bagaimana jika kita pergi membawa marwin? Bukankah dia suka pantai?" Ucap tae.

Singto berpikir sejenak, kemudian menganggukkan kepalanya, apa lagi marwin tengah merindukan krist sekarang, ia ingin menghibur marwin dengan membawanya pergi.

"Mau pergi ke pantai bersama om?" Tanya tae pada marwin.

"Daddy ju-ga?" Tanya marwin.

Tae menatap ke arah singto bingung.

"Nanti jika pekerjaan daddy sudah selesai kita akan pergi ke pantai bersama daddy" ucap singto pada marwin.

Marwin mengangguk paham, kemudian tae menggendongnya.

***
"Siapa daddy yang di maksud marwin?" Tanya tae pada singto, saat ini mereka sudah berada di dalam mobil tae, dalam perjalanan menuju pantai.

"Phi krist, bukankah phi krist memang daddynya?" Ucap singto.

"Apa mereka sudah pernah bertemu? Kenapa kamu tak menceritakan itu pada ku?" Tanya tae.

"Hmm, ya... phi krist meminta kesempatan kedua pada ku" ucap singto.

"Apa jawaban mu?" Tanya tae.

"Aku memberinya kesempatan kedua" ucap singto.

Tae terdiam mendengarnya dan kembali fokus pada kegiatannya menyetir mobil, entah kenapa ada rasa sedikit perih di hatinya saat mendengar itu sekarang.

***
"Tuan singto pergi membawa marwin bersama temannya, tuan" lapor pengasuh marwin pada krist.

"Baiklah, kabari aku jika singto sudah pulang nanti" ucap krist kemudian ia mematikan panggilan itu sepihak.

Krist membuka ponselnya melihat keberadaan singto, ia meremas tangannya sendiri saat melihat itu.

"Pesankan aku tiket pesawat, cari penerbangan terdekat, aku ingin berangkat 1 jam lagi" ucap krist pada sekretarisnya.

"Baik, tuan" ucap sekretaris krist, kemudian ia keluar dari ruangan krist.















Tbc

The cruel boyfriend ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang