2 - Playboy Nggak Peka

20 5 0
                                    

Senopati Rajata Dwisastro. Lelaki tampan nan rupawan yang lebih sering menyembunyikan nama belakang keluarganya. Hal itu karena ia lebih nyaman dikenal sebagai Senopati Rajata saja tanpa embel-embel nama besar sang ayah yang dikenal sebagai salah satu pengusaha sukses dan berpengaruh di tanah air. Bukan karena tak ingin mengakui diri sebagai keturunan Dwisastro, hanya saja Senopati merasa banyak orang yang mendekatinya bukan karena ketulusan, melainkan demi kepentingan bisnis semata.

Pria yang baru saja lulus menyelesaikan pendidikan strata dua, Seno harus bersitegang dengan sang ayah lantaran dengan tegas ia menolak tawaran beliau untuk meneruskan jabatan di perusahaan yang dirintis pria paruh baya tersebut. Daripada bergelut dengan urusan bisnis property, Seno malah lebih memilih tawaran sang kakek untuk meneruskan misi menjabat sebagai direktur di rumah sakit yang didirikan kakeknya sejak puluhan tahun silam.

Bukan dilatarbelakangi iming-iming jabatan tinggi atau bayaran, karena kalau menuruti keinginan akan materi tentu saja tawaran sang ayah jauh lebih menggiurkan dalam hal materi. Seno hanya merasa jabatan tinggi di Galeea Construction milik sang ayah tidaklah sesuai dengan passion-nya selama ini. Seno memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi, dan dengan menjadi direktur di rumah sakit sang kakek ia berharap bisa mewujudkan misinya membantu pengobatan orang-orang dari kalangan bawah yang belum terjamah dengan baik.

Beruntungnya, perang dingin antara Seno dan Adiyatma- sang ayah, tak berlangsung lama. Dengan pertolongan sang kakek juga bujuk rayu dari sang mama yang begitu mencintainya, akhirnya Adiyatma bersedia mengalah dan tak memaksakan kehendak untuk menjadikan Seno sebagai penerus di Galeea Construction. Masih ada dua adik lelakinya yang bisa dipoles dan dipersiapkan secara matang untuk meneruskan bisnis keluarga tersebut. Itulah alasan yang selalu dikemukakan oleh Seno yang didukung penuh oleh sang mama.

"Heleeh, kaget gue playboy cap tikus kejepit kayak lo punya misi kemanusiaan yang tinggi gitu." Komentar Rega, salah satu sahabat Seno ketika Seno mengutarakan alasannya di balik niatan menjadi Direktur di Rosemary Hospital. Karena Rega tahu betul bagaimana sepak terjang Seno di dunia asmara juga kalangan wanita pemujanya. Rasanya begitu berbanding terbalik dengan niat baiknya di balik misi sosial yang dicanangkannya.

"Heh Reg, justru karena gue banyak dosa akibat jadi dedengkot playboy, setidaknya gue mau hidup gue seimbang dengan banyakin amal dan ngumpulin pahala. Maka dari itu gue lebih tertarik sama tawaran Opa buat ngurusin rumah sakit dari pada ngurusin proyek properti milyaran di perusahaan bokap, rentan korupsi woii..." jawab Seno lantas terkekeh pelan.

Tangan kanan pria itu sedikit terangkat untuk sekedar melambai pada salah satu gadis pengunjung club yang sedari tadi memperhatikannya dari jauh. Seno sadar di manapun dia berada pasti akan ada banyak mata cantik jelita yang mengerjap terpesona akan auranya. Dan hal itu sengaja Seno manfaatkan untuk bersenang-senang dan mengambil keuntungan semata.

"Heh mata tolong dikondisikan ya?!" Yudhis menjetikkan jemarinya di depan wajah Seno. "Sadar cuyy, udah punya cewek yang mau dijadiin tunangan, masih aja nanggepin cewek lain." Kali ini Yudhis menepis tangan kanan Seno yang dirasa mulai ganjen dan tebar pesona.

"Amanlah, amaan. Yosa nggak bakalan tau juga. Santai Dis, lagian dia udah hapal sama tabiat gue yang kadang kumat-kumatan gini." Seno kembali mengangguk pelan dan melemparkan senyuman mautnya pada si gadis yang mulai tersipu salah tingkah.

"Anjiir, elo serius nggak sih sama Yosa?"

"Serius nggak serius lah, model papan atas molek bohai plus terkenal gitu, bisa naikin pamor gue kali. Lumayan kan buat bikin rumah sakit Rosemary makin terkenal dan mengundang banyak donatur datang." gelak Seno tanpa pikir panjang.

"Ya nggak terkenal gara-gara skandal juga kali, Sen. Kasian si Yosa kalau elo mainin doang." decak Rega mulai jengah dengan sahabatnya.

Mendengar kalimat terakhir Rega, Seno langsung menoleh tak terima. "Gue nggak mainin Yosa ya, gue udah kenal dia sejak lama. Yaa... meski gue gak bilang ini perasaan cinta, setidaknya gue nyaman sama Yosa yang selalu ngertiin sifat bajingan gue," serunya memicingkan mata sambil mengangkat jari telunjuk.

Sweet StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang