7 - Personal Assistant

17 4 0
                                    


Seorang pemuda berperawakan tinggi tegap berjalan dengan langkah mantap setelah melewati pintu utama sebuah club ternama di ibu kota. Rexa Night, club tersohor yang sedang naik daun baru saja membuka cabang ketiganya di Surabaya. Hanif tidak mengerti kenapa seorang Senopati, sahabat sekaligus calon bosnya meminta dirinya untuk bertemu di tempat yang penuh gegap gempita ini, dibandingkan di kantor Rosemary atau tempat lainnya yang lebih tenang. Mengingat ini adalah pertemuan pertama mereka berdua setelah hampir enam tahun tak bersua.

"Heii, Hanif. Sebelah sini, Bro!"

Satu suara yang memanggil namanya membuat Hanif yang baru sampai di lantai dua celingukan mencari asal suara. Begitu menoleh ke kanan, terjawablah sudah rasa penasaran pria itu. Sambil tersenyum lebar, Senopati yang sedang merangkul perut ramping seorang perempuan sexy di atas pangkuannya melambaikan tangan memberi isyarat agar ia mendekat.

"Gue udah tunggu dari tadi, Nif," seru Seno sekali lagi saat melihat Hanif sudah beberapa langkah darinya.

Tersenyum ramah, Hanif lantas merespon, "Maaf saya sedikit terlambat, tadi saya berkeliling di lantai satu untuk mencari Mas Seno." Pria bernama Hanif itu memberi anggukan kecil sebagai tanda hormat.

"Anjirr, nih anak kenapa formal banget sih setelah kelamaan ada di pedalaman." Seno berdecak sekali dengan senyum tersungging di kedua sudut bibirnya.

"Baby honey, aku ada urusan sebentar. Thanks atas perkenalannya, nanti aku hubungi lagi ya." Seno menatap sekilas ke arah perempuan cantik yang masih bergelayut di pangkuannya dengan senyum manisnya.

"Beneran ya, hubungi nomorku yang tadi aku kasih ya." Perempuan dengan rambut panjang berwarna kemerahan itu duduk menyamping sambil mengusap pipi Seno dengan gerakan seduktif.

"Iya," Seno menunduk untuk mengecup leher sang gadis yang sengaja dibiarkan terbuka hingga ia bebas menjamahnya.

"Oke, bye kalo gitu. Aku ke bawah dulu ya." Tersenyum manis, gadis seksi itu bangkit berdiri setelah melabuhkan kecupan di pipi kanan Senopati.

Setelah melambaikan tangan dan tersenyum kecil, Seno kembali mengarahkan padangan pada Hanif yang sedari tadi tampak tercengang melihat tingkah laku mesranya pada gadis yang baru beberapa jam ia kenal di club milik Yudhis ini.

"Duduk dulu, Nif. Santai aja sih," Seno mengendikkan dagu ke arah sofa yang kosong.

Sebenarnya Seno tak sendirian di ruangan yang lebih privasi ini. Ada Rega, Hesta juga Yudhis yang tak lain adalah pemilik club ini. Namun ketiga temannya itu sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Rega sedang menuju roof top karena sedang menelpon kekasihnya, Hesta sedang asik turun ke lantai dansa sambil menghentakkan tubuhnya bersama gadis kenalannya. Sedangkan Yudhis baru saja turun ke lantai satu karena ada rekan bisnisnya yang berkunjung. Hingga tinggallah Senopati yang tadi asik bercumbu dengan gadis pesolek yang mendadak mengikuti langkahnya setelah tau Seno adalah seorang Dwisastro.

"Elo kelamaan di pedalaman, pulang-pulang hampir jadi stupa gini sih?" Seno meninju pelan lengan atas Hanif yang hanya dibalas kekehan pelan oleh sahabatnya itu.

"Canggung, Mas." Aku Hanif apa adanya. Apalagi setelah melihat tontotan gratis saat Seno dengan intimnya bermesraan dengan gadis cantik tadi.

Seno mengerutkan kening sesaat. "Mas? Heh, jangan bikin gue keliatan makin tua deh, kita cuma selisih satu tahun, ya kali elo panggil gue 'Mas'?"

Hanif kembali terkekeh sambil menggelengkan kepala. "Pak Adi dan Bu Hana sudah memberi mandat, jadi hubungan kita sekarang ka—"

"Halah, bodo amat sama perintah mama papa, elo formal sama mereka berdua aja. Ke gue ya biasa aja, kayak dulu sebelum elo mengabdi jadi warga negara yang baik ke pedalaman antah berantah." Seno tergelak lantas mengangsurkan satu botol minuman soda pada Hanif karena tau bagaimana kolotnya sahabatnya ini hingga tak mau mencicipi alkohol barang setetes saja.

Sweet StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang