14 - Pertemuan Tak Diinginkan

21 3 0
                                    


Anya menatap malas pada pemandangan eksotis di depannya. Hamparan lautan dan pasir putih di pantai Seminyak belum mampu menarik senyum gadis itu. Padahal dulu ia paling antusias dan paling bersemangat jika sedang berlibur ke pantai. Tapi lain halnya dengan hari ini yang pemandangan indah pantai Seminyak harus melebur dengan lenggak lenggok seorang Yosa yang tengah melakukan syuting salah satu iklan produk kecantikan.

Memang sih, Yosa memiliki pesona yang luar biasa, jadi tak heran ia menjadi kesayangan masyarakat dan netizen tanah air. Di balik wajah cantiknya, Yosa juga selalu bersikap ramah pada setiap penggemar yang mendekat untuk sekedar meminta berfoto bersama. Benar-benar pribadi yang bertolak belakang dengan sifat aslinya yang ternyata tega mengkhianati Seno dengan menjalin kedekatan dengan Ruben Subrata, pemilik agency model tempat Yosa bernaung selama ini.

Kembali memeriksa hasil jepretan kameranya, Anya terhenyak tak habis pikir, ketika mendapati foto-foto Reno tengah ber-selfie ria dengan berbagai ekspresi lebay. Pastilah atasannya yang luar biasa itu sengaja mengambil kesempatan ketika Anya masih terlelap tidur tadi pagi. Mengingat Reno, akhirnya Anya tahu kalau pria itu mendadak terbang ke Bali karena ada salah satu calon client potensial Bliss Wedding yang ingin bertemu dan membuat kesepakatan.

"Permisi Mbak, maaf mengganggu waktu bersantainya, tapi apa bisa sedikit bergeser? Karena tim kami akan mengambil gambar untuk iklan di dekat pohon ini," seru salah satu kru syuting dari rombongan Yosa berujar sangat sopan pada Anya.

"Di sini?" Anya menunjuk pohon rindang yang ada di belakangnya.

Kru tersebut mengangguk dan tersenyum ramah. "Iya betul, Mbak."

Berlagak sebal, Anya mulai berdecak dan melirik sinis pada pemuda tersebut. Padahal sedari awal, Anya sengaja mengambil posisi di bean bag tersebut agar bisa sedikit lebih dekat dengan lokasi syuting Yosa. Juga untuk mengetahui jawdal kegiatan model tersebut selanjutnya. "Ganggu aja deh, kenapa nggak disteril dari tadi sih?"

"Maaf sebelumnya, Mbak. Tapi arah angin berubah cepat, jadi sutradara kami butuh mengambil gambar dari angle ini, agar hasilnya lebih maksimal." Pemuda dengan lesung pipi itu kembali mengangguk tak enak hati karena sudah merubah suasana hati Anya.

"Masih lama syutingnya? gue juga butuh healing kali. Pantai ini milik umum, bukan milik kakek kalian!" sembur Anya setelah menegakkan duduknya. Sambil menutupi paha mulusnya dengan kain Bali, gadis itu memberengut. Mencoba memasang raut wajah sekesal mungkin.

"Nggak lama, Mbak. Nggak nyampe tiga puluh menit kok. Setelah itu kami akan membubarkan diri." Anya masih menyilangkan kedua lengannya di depan dada dengan wajah pongah.

"Ka- kalau perlu, kami akan beri kompensasi ke Mbaknya, kami menyediakan voucher atau uang tunai yang bisa Mbak pilih." Kru tersebut mengeluarkan dompet juga tablet dari tas slempangnya.

"Nggak perlu! Hmmm ... model kalian itu," Anya mengendikkan dagu ke arah Yosa. Berpura-pura terpesona dengan gadis itu dan ingin mencari tahu lebih banyak lagi.

"Yosanna maksudnya?"

"Oh, jadi bener Yosa Yosa itu?" lirih Anya memainkan perannya.

"Iya betul, dia model yang kami pilih untuk iklan ini. Apa mungkin Mbak ini termasuk salah satu dari penggemar—"

"Sampai kapan dia di Bali?" potong Anya tak ingin dikira sebagai salah satu penggemar gadis itu. Ciih, manalah sudi!

"Kalau untuk syuting dan press conference, hanya sampai besok siang. Tapi sepertinya Yosana punya jadwal lain hingga akhir pekan ini."

Anya terdiam mengamati Yosa dari kejauhan. Menimbang sejenak apakah ia perlu memperlama tinggal di Bali demi membuntutinya lagi atau tidak.

"Mau saya kasih foto dan tanda tangan Yosana, Mbak?" Suara kru itu kembali menginterupsi.

Sweet StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang