'Lima kali lipat? Bagaimana?'
Seno membaca ulang email balasan yang sangat singkat dari si gadis stalker yang ia dapatkan informasinya dari Yudhis. Ini nyata, email balasan yang Seno terima malam ini memang bukan khayalan semata. Tersenyum miring, Seno bersorak dalam hati karena stalker yang ia hubungi ternyata tak terlalu sulit untuk dipancing keluar seperti yang sebelumnya Yudhis katakan pada dirinya.
Lihat sendiri kan? Bahkan tak perlu waktu yang begitu lama bagi Seno untuk mendapatkan jawaban dari si penguntit rahasia. Hanya kurang dari empat puluh delapan jam, penguntit itu nyatanya memberi lampu hijau atas ajakan bertemu dari seorang Senopati.
Memanfaatkan malam yang belum bergulir terlalu larut. Seno mengangkat tablet dan membawa benda pipih itu sambil merebahkan diri santai di ruang tengah kondominium mewahnya. Iya, lelaki tampan berusia dua puluh sembilan tahun itu tinggal seorang diri di salah satu kondominium megah di ibu kota. Memilih melanjutkan hidupnya yang sudah terbiasa mandiri dan tinggal jauh dari orang tua serta keluarga besarnya yang ada di Surabaya.
'Penawaran terakhir, sepuluh kali lipat. Deal?
Saya tunggu jawabannya sesegera mungkin. Jika bersedia dengan tawaran tersebut, tolong sertakan juga waktu dan tempat kapan kita bisa bertemu secara langsung.
Regards,
Senopati Rajata D.'
Seno mengetikkan jemarinya cepat di atas layar tablet yang selalu menemaninya kemana-mana. Memeriksa sekali lagi agar tak ada kesalahan pada huruf-huruf yang berjajar rapi tersebut. Setelah yakin, barulah si sulung kesayangan Hanami Dwisastro itu menekan tombol kirim di bawah badan email. Berharap emailnya kali ini mendapat respon cepat dari si penguntit yang katanya sangat berpengaruh ini.
Sembari menunggu jawaban, Seno memilih menenggelamkan diri untuk sekedar berselancar di dunia maya yang kata orang bisa membuat lupa diri juga lupa waktu. Seno memang bukan orang yang anti sosial media, tapi ia memang tipe orang yang tak begitu tertarik dengan apa-apa yang fana dan belum tentu benar adanya. Daripada menghabiskan waktu dengan hal demikian, Seno lebih suka menghabiskan waktu senggangnya dengan melakukan panggilan video pada ibu tercintanya. Hanami.
Hanya betah menatap sosial media milik Yosana sekitar tiga puluh menit, Seno mulai bosan karena tak menemukan petunjuk apa pun tentang kabar perselingkuhan gadis itu seperti yang diutarakan dua sahabatnya kemarin lusa. Semua yang ada di halaman sosial media Yosa hanya kegiatan-kegiatan gadis itu di dunia modelling, pemotretan ini dan itu, syuting iklan, perjalanan ke luar kota atau luar negeri. Proses di balik layar syuting iklan yang diambil asistennya diam-diam, atau sekedar foto dan video untuk keperluan endorse yang kini banyak menghampiri dirinya. Tak ada yang aneh sama sekali.
Seno sudah mengenal Yosa sejak tahun terakhir ketika mereka sama-sama duduk di bangku SMP. Ketika Seno masih berusia sekitar lima belas tahun dan Yosa satu tahun di bawahnya. Jadi bisa dibilang sudah tiga belas tahun lebih mereka saling mengenal dan bersahabat sangat dekat. Bakat alami Yosa sebagai model juga sudah tampak jelas saat itu. Jadi, sebagai sahabat terdekatnya selama ini, Seno hanya bisa mendukung dan mempercayai gadis tersebut dengan sepenuh hati. Apalagi ternyata mendiang ayah Yosa bersahabat baik dengan Adiyatma, ayah Seno. Karena keduanya berkawan baik lantaran berada di dalam club golf yang sama setiap akhir pekan.
Kedekatan orang tua yang mau tak mau akhirnya semakin mempererat hubungan persahabatan antara Seno dan Yosa juga. Sampai pada akhirnya tercetus rencana untuk menjalin kekerabatan dengan mengikat Yosa dan Seno dalam ikatan sakral pernikahan. Ide perjodohan yang bukan muncul dari orang tua keduanya, melainkan ide yang dicanangkan oleh Cokro Hutama, sang opa tercinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Stalker
RomanceAnya, gadis cantik yang punya pekerjaan rahasia sebagai penguntit profesional harus menerima takdirnya ketika tanpa rencana hatinya tertaut pada Senopati Rajata. Clientnya sendiri. Senopati, seorang playboy kelas kakap dan kaya raya dari trah Dwisas...