3 - Persaingan Tak Kasat Mata

22 4 0
                                    


"Ren!! buruan deh sini, sini." Anya melambaikan tangan cepat ketika melihat sosok Reno yang celingukan menoleh ke kanan dan kiri saat berada di dekat pintu utama restoran tempat mereka bertemu.

Reno adalah penanggung jawab utama dari Bliss Wedding, di mana pemiliknya adalah kakak kandungnya sendiri- Renata. Anya dan Reno sudah saling mengenal sejak awal masa perkuliahan. Anya yang saat itu berstatus sebagai mahasiswi baru, kenyang dengan segala keusilan dan tingkah di luar nalar Reno yang menjadi senior di kampusnya. Pun sebaliknya, Reno yang saat itu sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir, menemukan semangatnya lagi ketika pertama kali melihat dan mengenal Anya yang diam-diam berhasil mencuri tempat di dalam hatinya.

"Apaan sih, An?" tanya Reno begitu pria tampan itu melesakkan bokong di atas kursi kayu di hadapan Anya. Begitu duduk, pria itu mengibas-ngibaskan telapak tangan mengisyaratkan begitu lelah dan dilanda gerah.

"Diih tumbenan jutek banget sih mukanya, Pak, gue cuma pengen ketemuan aja kali. Bukannya lo bilang sendiri kalo abis meeting sama client Bliss di sekitar sini," decak Anya ketika mengulurkan buku menu pada Reno. "Niih buruan pilih makanan, elo kan yang bayar. Gue udah pesen duluan tadi, yang paling enak plus paling mahal di sini."

Reno tergelak kecil sambil menggelengkan kepala. Gadis cantik di depannya ini ternyata tak berubah sama sekali setelah sekian lama mereka bersahabat dekat. Anya tetaplah Anya, gadis yang gemar mengosongkan isi dompetnya setiap kali bertemu seperti ini.

Apa Reno merasa keberatan? Tentu saja tidak sama sekali. Karena sebenarnya ia menyimpan perasaan lebih pada Anya, namun gadis itu sama sekali tak pernah menganggapnya serius, lantaran gelar playboy yang tersemat di belakang nama Reno Lukito.

"Pinternya si tuan putri... " sindir Reno sembari melengkungkan senyum.

"Woiyaa harus dong, jarang-jarang kan bisa morotin dompet bos sendiri," sahut Anya seraya mengibaskan rambutnya.

"Porotin aja sesuka lo deh, An, toh gue nggak akan bangkrut. Abang rela dek, abang relaaa," gelak Reno terdengar menggelikan ketika ia bersikap lebay bak pemain sinetron.

"Sombongnya anak Pak Lukito yang satu nih," cibir Anya mencebikkan bibir bawahnya.

Setelah memesan makanan dan berbincang seru. Anya teringat akan satu hal yang akan ia tanyakan pada Reno.

"Eh, Ren... "

"Kenapa sayangku?" potong Reno setelah menenggak setengah gelas blue mojito di hadapannya.

"Sayang, sayang pala lo peyang?! Ketauan sama pacar lo yang berderet itu bisa habis gue dicaci maki dikira pelakor murahan," dengkus Anya disambut gelak tawa Reno.

"Mereka kan hanya pacar pajangan, kalo elo kan ayang beneran buat selamanya." Reno belum ingin berhenti menggoda Anya meski dari awal tahu usahanya akan berakhir sia-sia. Lantaran Anya yang tak pernah percaya dengan keseriusan Reno.

"Dih najisss, Ren!!" Anya bergidik ngeri sampai mengendikkan kedua bahunya.

"Sstt... iya deh, iya maaf. Kenapa sih? Anya Ayang... "

Anya menggeleng pelan, hampir habis kesabaran dengan sikap acuh Reno. Andai restoran ini sedang tak banyak pengunjung, pasti Anya sudah merangsek maju untuk menjambak rambut pendek nan klimis milik Reno. Atau minimal mencakar-cakar wajah tampan playboy gadungan itu lah agar otaknya sedikit sadar.

"Gue mau tanya sesuatu nih, serius dikit aja napa?"

"Tanya apa? Kapan gue ngelamar elo? Secepatnya kok, sabar dulu ya, abang kan lagi ngumpulin segepok dollar dulu buat mas kawin kita nanti, Sayang." Reno malah mengusap pelan punggung tangan Anya yang ada di atas meja.

Sweet StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang