6 - Pengintaian Pertama

13 3 0
                                    


Seno hampir kehilangan konsentrasi saat mengendarai mobilnya untuk pulang ke apartemen. Mendadak saja bola mata menawan milik Anya melintas di benaknya, juga kilau rambut cokelatnya, bahkan aroma manis dari parfum yang dikenakan gadis itu mendadak familiar dan menempel begitu kuat dalam ingatan Seno. Pria itu mendadak kacau, padahal sebelumnya ia tak pernah mengenal gadis bernama Revanya Yeslyn itu sama sekali.

"Kenapa familiar sekali, siapa sebenarnya Reva ini?" lagi-lagi Seno bergumam pada dirinya sendiri.

Sampai di apartemen, pikiran Seno masih berkutat dengan rasa penasarannya pada gadis penguntit yang baru saja ia temui. Mencoba menggali berbagai macam ingatan yang bisa saja terlewatkan begitu saja yang terkait dengan sosok Anya.

Begitu membuka pintu apartemen, Seno dikejutkan dengan keberadaan sang mama yang tengah merebahkan tubuh dengan santai sambil terkikik saat melihat tayangan televisi favoritnya. Melihat sang mama yang sudah mengenakan daster gamis bercorak batik kegemarannya, Seno bisa menebak dengan pasti kalau mamanya itu akan menginap di apartmentnya. Hal yang memang sering dilakukan Hanami sejak dulu, terutama jika Seno mulai sibuk dan jarang meluangkan waktu untuk pulang ke rumah orang tuanya.

"Mama,"

"Eh, Mas Seno. Lama banget deh nungguin kamu dari tadi." Hanami bangkit lantas memeluk putra sulungnya yang mendekat.

"Mama juga nggak ngabarin dulu kalau mau mampir ke sini," balas Seno sedikit membungkuk saat membalas pelukan sang mama. "Sama siapa? masa sendirian?"

"Dadakan aja soalnya, tadi abis ikut papamu makan malam sama rekan bisnis barunya. Papamu masih lanjut basa-basi, ya udah mama tinggal ke sini aja, capek. Pengen lihat drama favorit mama juga tuh," keluh Hanami kembali duduk sambil meluruskan kedua kaki dan sepasang netra terfokus pada layar datar di depannya..

"Tapi Mama sehat kan?" Seno ikut duduk di sebelah sang mama lantas menepuk-nepuk punggung tangan Hanami.

"Sehat doong, tuh buktinya barusan mama sempat masakin kamu salad buah dan sayur special resep baru dari Chef Marlon, biar kamu nggak makan junk food terus.." Hanami melirik ke arah dapur mewah milik putranya.

"Iya deh percaya, percaya... " kekeh Seno ikut melirik ke arah dapurnya.

"Mama tadi ke sini juga mau ngenalin bodyguard barumu loh, Mas. Si Hanif." sambung Hanami lagi. "Berhubung kamu nggak dateng-dateng, ya udah dia mama suruh pulang dulu. Balik lagi ke sini besok pagi."

"Pasti kerjaan papa nih? atau opa?" Seno berdecak sekali, tak terlalu suka dengan ide pengawal pribadi yang selalu diterapkan dalam keluarga besarnya.

"Papamu lah," balas Hanami dengan gelak samar.

"Aku ini pria dewasa lho, Ma. Udah gede, kuat, jago bela diri pula. Nggak perlulah pengawal-pengawal pribadi macam anak TK gitu. Nggak kepake juga kan, kaya kemarin itu." Seno teringat dengan Danu, pengawal pribadi pertamanya yang memilih mengundurkan diri karena desakan dari Seno.

"Eh, jangan salah. Kalau yang ini kamu pasti setuju, ini tuh di Hanif anaknya Om Ragil itu loh, temen deketmu sendiri." timpal Hanami lagi mengingatkan putranya.

"Hanif? serius Hanif anaknya Om Ragil yang itu?"

Seno mendadak mengerjap antusias. Hanif yang dimaksud Hanami adalah putra pertama dari tangan kanan suaminya, Ragil Ahmad. Ragil terpaksa pensiun dini dari pekerjaannya sebagai orang kepercayaan Adiyatma lantaran salah satu kakinya terpaksa diamputasi setelah kecelakaan bersama atasannya. Hanif sendiri adalah teman sepermainan Seno saat kecil hingga remaja lantaran jarak usia keduanya yang terpaut tak terlalu jauh.

Sweet StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang