"Terus ini mau diapain, Gan?"
Seno mengangkat wajah dan menatap Hanif yang terlihat bingung dengan beberapa lembar foto di tangannya. Itu adalah foto-foto yang didapatkan Seno dari Anya saat keduanya kebetulan bertemu di rumah sakit. Aah ... sebenarnya bukan sebuah kebetulan, karena memang Seno yang sengaja berlama-lama di rumah sakit demi menemui gadis cantik itu.
Kemarin memang Anya mengatakan kalau belum sempat mencetak hasil jepretannya selama menguntit Yosa di Bali. Seno tak masalah sama sekali, ia justru meminta foto-foto tersebut dikirim berupa file saja ke ponselnya, biar dia yang cetak sendiri. Seno yang sempat dilanda malu level dewa karena berlagak sok keren dengan ketampanan berlimpah di depan Anya, akhirnya bisa menutupi rasa malunya dengan mengalihkan pembicaraan ke arah pekerjaan mereka saja.
"Sekali lagi Mas Seno kepedean kayak gitu, mending saya pergi," Seno kembali mengingat kalimat tegas Anya yang membuatnya kehilangan kemampuan bicara.
"Astaga Reva, sa- saya ... saya hanya bercanda biar kamu nggak terlalu sedih dengan keadaan mama kamu yang sedang dirawat." Beruntung otak Seno bisa berpikir cepat untuk mengakhiri sesi narsisnya di depan Anya. Kepercayaan dirinya yang tinggi rupanya sama sekali tak berlaku di depan gadis dengan wajah datar nan dingin seperti Anya ini.
"Oke, jadi mumpung kita ketemu di sini, sekalian aja saya kasih tau progress selama di Bali kemarin." Anya kembali ke mode serius sembari menunjukkan salah satu folder di galeri kameranya.
"Gan!!" panggilan Hanif kembali menyadarkan pikiran Seno yang mendadak berpetualang mengingat betapa berbedanya Anya yang kemarin ia temui.
Seno berdeham sekali lantas kembali fokus dengan apa yang tadi ditanyakan Hanif padanya."Cari tau aja soal laki-laki yang grepe-grepe Yosa di foto itu," titah Seno dengan nada tegas.
"Hmm, lawan mainnya pas syuting iklan kali?" tebak Hanif tanpa melepaskan fokus dari selembar foto sepasang manusia beda kelamin yang ada di tangannya.
Seno tersenyum miring sembari menggeleng. "Yosa syuting produk kecantikan di Bali, dan dia model tunggal saat itu," sambung putra sulung Adiyatma Dwisastro itu.
"Managernya maybe?" Hanif kembali menebak
"Yosa sudah nggak pake manager pribadi sejak semua kerjaannya dihandle agency," kata Seno lagi. "Berhenti nebak-nebak, gue yakin cowok dalam foto itu selingkuhannya Yosa," sambung Seno saat mehempaskan punggungnya ke sandaran kursi.
"Gue udah curiga sih, apalagi temen-temen gue yang lain bilang kalau mereka juga pernah lihat Yosa jalan mesra sama cowok lain. Belum lagi gossip yang ada akun sosmed lambe-lambean itu. Makin bulat deh tebakan gue, kalau Yosa nggak setia. Padahal yang merencakan pertunangan ini dipercepat ya dari pihak dia," kata Seno mulai terdengar jengkel.
"Jadi elo cemburu sama cowok di foto ini? tumben sih ada playboy mellow cemburuan?" cibir Hanif sengaja mencairkan suasana.
Seno menghembukan napas berat lewat mulut. Cemburu tidak pernah ada dalam kamus seorang Senopati Rajata. Apalagi untuk hal remeh temeh seperti ini. Pria itu sama sekali tidak merasakan perasaan yang berlebel cemburu itu.
"Kiamat udah di depan mata banget kalau gue sampe cemburu sama cowok di bawah standart kayak gitu, Nif." Seno mengambil cangkir di depannya dan menyesapnya pelan.
"Gue sebenernya oke-oke aja kalau Yosa jujur tentang hal ini. Tentang dia yang punya pasangan lain di belakang gue, padahal hubungan kami hampir dekat dengan pertunangan yang sudah diketahui kedua pihak keluarga. Kalaupun Yosa mau batalin pertunangan karena dia jatuh cinta ke orang lain juga, gue oke-oke aja. Tapi kalau sampai selingkuh di belakang gue ... ini rasanya nggak bener aja, Nif."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Stalker
RomanceAnya, gadis cantik yang punya pekerjaan rahasia sebagai penguntit profesional harus menerima takdirnya ketika tanpa rencana hatinya tertaut pada Senopati Rajata. Clientnya sendiri. Senopati, seorang playboy kelas kakap dan kaya raya dari trah Dwisas...