Mark menengadahkan telapak tangan kanannya ke atas langit. Seketika roh hitam mengerikan berbentuk tak beraturan muncul memenuhi tepian danau hingga Haera menjerit keras kala tubuhnya dikerubungi oleh makhluk-makhluk itu.
"To.. tolong.."
Haera merintih kala tubuhnya serasa dicabik-cabik oleh taring mereka. Mark menggenggam tangannya menyebabkan roh-roh itu berteriak histeris. Haera menangis sembari menutup telinganya rapat-rapat karena tak kuasa mendengar jeritan pilu dari roh-roh di belakangnya.
"Mereka bernasib sama denganmu, orang-orang yang dengan mudahnya melawan takdir kematian yang sudah digariskan sang pencipta. Manusia-manusia tanpa rasa syukur di hidupnya layak untuk merasakan pedih yang teramat di ujung takdirnya."
Haera menggelengkan kepalanya. "Tidak.. aku tidak mau menjadi bagian dari mereka.. tidak.. tolong, tolong aku.."
Haera berusaha menggapai sosok Mark yang jauh di depan sana. Tidak peduli jika tubuhnya sebagian telah hilang akibat koyakan taring dan kuku tajam milik roh-roh yang mengerubunginya.
Mark hanya menatap datar Haera yang berusaha mendekat ke arahnya dengan cara merangkak.
Saat ia berada di ujung tepian curam danau itu, Haera terhenti karena kelelahan. Tenaganya terkuras habis untuk usahanya meloloskan diri dari kerubungan para roh itu yang anehnya mereka hanya diam di luar garis danau sambil terus-menerus mengeluarkan rintihan pilu.
"Pilihanmu hanya dua wahai manusia malang. Mati membawa penyesalan dan menjadi bagian dari roh-roh itu, atau kau bersedia untuk kuambil jiwamu?"
Haera berusaha berpikiran jernih di tengah deru nafasnya yang mulai tak beraturan.
"Apa yang aku dapatkan jika aku menyerahkan jiwaku padamu?"
Mark menyeringai tipis, "Akan kubawa jiwamu ke tempat pohon kehidupan Nirvana. Di sana jiwamu akan disimpan dan menunggu dibangkitkan kembali dalam jangka waktu tak berkepastian."
Haera terdiam sejenak. "Itu artinya aku akan bereinkarnasi? Apakah aku akan memiliki alur cerita yang lebih baik dari sebelumnya di kehidupan keduaku?"
"Itu tergantung sang pencipta."
Haera menghela nafas, ia sudah memantapkan pilihannya.
"Selama tidak ada rasa sakit dan penyesalan yang kurasakan lagi, aku bersedia."
Mark semakin memperlebar seringaiannya. "Kemarilah."
Haera berusaha menggapai uluran tangan dari sang naga, hingga tubuhnya jatuh ke danau bersamaan dengan Mark yang juga ikut menceburkan diri ke danau.
Di dalam air, Mark berhasil meraih tubuh Haera yang sudah tidak berdaya lagi. Menangkup wajah menyedihkan itu, membuka mulutnya dan mendekatkan ke belah bibir Haera yang sedikit terbuka.
Dapat terlihat cahaya putih berbentuk bola kecil keluar dari mulut mungil itu dan langsung di lahap olehnya.
Jiwa Haera telah sang naga ambil.
Bersamaan dengan itu, Mark mengubah wujudnya menjadi wujud aslinya yaitu seekor naga besar bersisik merah kehitaman dengan pendar cahaya biru di kedua matanya.
Tubuh panjangnya ia bawa mengitari raga Haera yang sudah tak bernyawa lagi, membawanya ke perairan yang dekat dengan permukiman warga agar jasad gadis itu ditemukan di sana.
Setelah selesai, naga itu kembali ke danau Demise dan membuka portal menuju Nirvana, tempat di mana pohon kehidupan itu tumbuh.
***
Seorang makhluk indah bersurai oranye berjubah putih dengan sepasang sayap indah menyerupai Dragonfly di punggungnya, terbang rendah mencari dahan yang nyaman untuknya bersantai di pagi hari yang cerah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH: REDCARNATION✓
Fantasy[TERBIT] Seekor naga merah penjaga danau kematian yang hidup dalam jeratan kutukan sang biksu, mengarungi perairan untuk memuaskan dahaganya atas jiwa-jiwa manusia yang memiliki takdir kematian di dalam air selama berabad-abad lamanya. Hingga suatu...