"M-mark.."
"Ya? Apa terasa sakit?"
"Sedikit perih."
"Baiklah, tahan sebentar lagi. Ini akan membuat lukamu cepat sembuh."
Mark kembali menumbuk daun herbal hasil jarahannya di hutan, menempelkannya ke atas luka yang tertoreh di kepala Haera dengan pelan walaupun hal itu kembali membuat gadis itu meringis kecil.
Pagi menghantarkan selendang kehangatan pada hutan Demise yang jauh berbeda jika saat malam hari. Haera telah mengingat semua memori yang terekam di kehidupan sebelumnya. Ia juga tidak menyangka jika ia berhasil bereinkarnasi dan menjalani alur kehidupan yang sama untuk yang kedua kalinya.
Dengan nasib yang sama, takdir yang sama, namun bedanya jika di kehidupan sebelumnya dirinya melanggar takdir kematian yang sudah digariskan untuknya dengan cara bunuh diri, maka di kehidupan ini ia mengikuti alur dengan semestinya dan membiarkan datangnya kematian bukan dari keinginannya sendiri.
Jika di kehidupan keduanya ini ia tak diselamatkan Mark, maka jiwanya akan abadi di dalam Nirvana tanpa menunggu untuk menjalani proses reinkarnasi yang sangat lama. Jiwanya telah suci, lain halnya akan kotor karena bunuh diri menyisakan penyesalan yang akan menyiksanya selama menunggu proses reinkarnasi selanjutnya.
Namun jika kehidupan pertama dan keduanya berakhir dengan dipertemukan dirinya dengan sesosok naga pemakan jiwa-jiwa suci, apakah akan berakhir di penghujung cerita yang sama?
Manik coklat Haera ia bawa menatap wajah Mark yang masih terlihat rupawan walaupun sisik naga menghiasi sebagian wajahnya.
"Mark, apa kau akan mengambil jiwaku seperti sebelumnya?"
Sang naga terdiam. Memang kemarin ia sempat berpikiran untuk mengambil jiwa Haera seperti yang ia lakukan sebelumnya. Tapi secara tak sengaja mendengar permohonan gadis itu sebelum terjatuh ke dalam air, ia jadi urungkan niat itu.
"Itu sesuai kesepakatanmu. Aku tahu kau masih ingin mengurusi kehidupan duniamu bukan?"
Tertebak, Haera menundukkan kepalanya. "Iya, masih ada ibu yang harus aku bahagiakan. Jika aku mati, siapa yang akan menemani ibu?"
Setetes liquid bening meluncur indah di sudut mata beruangnya. Mark paham dengan perasaan Haera. Ia tidak mau egois hanya untuk satu jiwa manusia yang sayangnya menghantarkan gelenyar aneh di hatinya sejak pertama bertemu.
"Kalau begitu, pulanglah. Bahagiakan ibumu. Lalu jika sudah saatnya kau di penghujung hidupmu, datanglah padaku. Tempat ini takkan berubah dan tak akan pernah lekang oleh waktu."
Walaupun tidak terlalu paham dengan ucapan sang naga, Haera berusaha mengingat perkataan tersebut karena menurutnya ia akan mendapat jawabannya setelah keinginannya di dunia ini terlaksana seluruhnya.
"Akan kuingat kata-katamu."
Desiran angin yang menerpa lembut dedaunan di sana menjadi penggiring langkah Haera menjauh dari tempat yang menyimpan banyak kenangan semu.
Mark hanya dapat mengantar kepergian Haera dari kejauhan. Sebelum siluet itu sepenuhnya menghilang di balik rimbunnya pepohonan, Mark berucap lirih,
"Kembalilah suatu saat nanti,
pengantinku.."
***
"Mark! Mark!?"
Dengan langkah tergesa, Juvier membawa kakinya melewati medan hutan yang membahayakan untuk seorang peri sepertinya. Di mana akar-akar besar mencuat di permukaan tanah, batu licin karena ditumbuhi oleh lumut basah, belum lagi ranting-ranting pohon tajam yang siap mengoyak sayap si peri.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH: REDCARNATION✓
Fantasy[TERBIT] Seekor naga merah penjaga danau kematian yang hidup dalam jeratan kutukan sang biksu, mengarungi perairan untuk memuaskan dahaganya atas jiwa-jiwa manusia yang memiliki takdir kematian di dalam air selama berabad-abad lamanya. Hingga suatu...