Chapter 16

790 97 2
                                    

"Kondisinya semakin hari semakin memburuk. Kami menyarankan agar pasien sesegeranya melakukan operasi. Jika pasien sudah siap, hubungi saja saya kapanpun."

Seorang pria berpakaian kantoran mengucapkan terimakasih seraya membungkukkan badannya pada seorang pria berjas putih khas dokter rumah sakit. Langkahnya ia bawa menuju ruangan sang teman yang telah perawat tunjukkan.

Ruangan serba putih dengan aroma obat-obatan sebagai wewangian menyapa indera penciumannya kala pintu berdaun dua itu terbuka.

Dapat terlihat di dalam sana, terbaring pasien yang telah ia sayangi sebagai teman seperjuangan sedang tertidur dengan masker oksigen dan selang infus yang menancap di punggung tangan kirinya.

Dengan hati-hati pria itu duduk di kursi samping brankar sang teman agar tidurnya tidak terganggu dengan suara yang ia ciptakan. Matanya memindai tubuh sang teman yang semakin hari semakin kurus. Ia tersenyum miris.

"Sepertinya tidurmu nyenyak sekali ya? Tidakkah kau rindu denganku, Haera?" ucapnya pelan nyaris tak terdengar.

Tidak ada sahutan selain suara nafas teratur yang terkurung di dalam tabung plastik penyalur oksigen. Rasanya Andy ingin sekali mengomeli habis-habisan gadis itu karena baru sekarang ia tahu jika sang teman telah lama mengidap penyakit usus buntu.

Bagaimana dengan lihainya gadis bersurai coklat madu itu menyembunyikan kesakitannya kala di kantor. Gadis itu pasti sudah banyak menderita karena penyakit yang tidak diinginkannya hadir kala dirinya sedang berduka atas kepergian sang ibu.

Cobaan yang sangat berat bagi manusia yang lemah. Tetapi Haera masih sanggup tersenyum di atas penderitaannya sendiri. Ia yakin jika apa yang sudah dituliskan sang pencipta di hidupnya adalah yang terbaik baginya.

Andy mengambil selembar tisu kala butiran keringat dingin mulai nampak di pelipis gadis itu. Melembabkan poni panjangnya yang hampir melewati alis. Walaupun dilakukan dengan hati-hati, tetap pergerakan itu membuat sang empu perlahan membuka matanya.

Manik lemahnya menatap sayu ke arah wajah Andy yang menampakkan raut bersalah karena telah mengganggu istirahat gadis itu.

"Maaf ya, Ra. Aku mengganggu istirahatmu, tidurlah lagi."

Walaupun kelopak matanya terasa berat, tetapi kantuk sudah pergi, jadilah Haera hanya menggelengkan kepalanya dan berusaha melepas masker oksigen dari wajahnya.

Hal itu berbuah kepanikan Andy yang langsung mencegah tangan itu untuk meraih masker oksigennya.

"Eh, eh, Ra, jangan! Nanti kau sesak nafas!"

Haera tidak peduli, ia hanya risih dengan masker oksigen yang menempel di wajahnya. Lagian ia rasa nafasnya normal-normal saja, untuk sekarang.

"Aku tidak sesak nafas, Dy."

Andy menyerah, ia hanya membiarkan Haera meletakkan masker oksigen itu di meja samping ranjangnya. Setidaknya gadis itu tidak nekat melepas paksa selang infus yang tertancap di kulitnya.

Andy menghela nafas sembari melihat Haera yang sedang menatap ke luar jendela. Terkesan membuang muka pada temannya itu. Mungkin ia sudah merasa bersalah pada pria itu karena telah menyembunyikan penyakitnya selama ini.

"Sebenarnya banyak yang akan kubicarakan padamu. Namun yang terpenting sekarang kata dokter kau harus segera melakukan operasi pada usus buntumu itu."

Haera meletakkan atensi sepenuhnya pada pria jangkung itu. "Aku tid-"

"Jangan pernah bilang kalau uangmu tidak cukup! Chelsea sudah menaikkan uang asuransimu! Pergunakanlah dan jangan membuat Chelsea kecewa! Sekarang ia sedang sibuk mengurus perusahaan cabang miliknya di China. Aku mau kau sudah sembuh saat Chelsea pulang nanti!"

Tak sadar Andy telah meninggikan suaranya kepada seorang wanita. Haera yang notabenenya baru bangun dari pingsannya, pun seketika terkejut dan mengalirkan air di ujung matanya tanpa sadar.

Andy yang tersadar seketika dilanda kepanikan untuk yang kedua kalinya.

"Astaga, Haera! Maafkan aku. Aku sungguh tidak bermaksud!" Ia mengusak rambutnya kasar. Karena emosi yang sempat bergejolak menguasai pikirannya, ia tanpa sadar meluapkan kekesalan yang selama ini ia pendam untuk tindakan gadis itu.

Haera sebenarnya tidak masalah Andy membentaknya. Namun ia hanya terkejut dengan penuturan jujur pria jangkung itu. Sebegitu pedulikah kedua temannya kepada dirinya yang lemah ini?

Terbiasa hidup dengan berdiri pada kedua kakinya sendiri tanpa ada yang membantu selain ibunya, perhatian sekecil ini dari orang lain mampu menghantarkan rasa hangat yang membuncah di dadanya.

Semua gaji yang ia dapat dari bekerja di perusahaan Chelsea pun lebih dari cukup untuk membiayai hidupnya dan sang ibu. Ia tidak ingin meminta macam-macam, ia hanya ingin kebahagiaan ibunya. Itu saja sudah cukup menjadi alasannya hidup di dunia ini.

"Tidak apa-apa, Andy. Terimakasih.. terimakasih sudah peduli padaku.."

Pria jangkung itu kembali duduk tenang kala tangan kurus itu menyentuh lembut punggung tangannya. Haera tersenyum lembut ke arah wajah rupawan itu.

"Entah bagaimana caranya aku membalas semua kebaikanmu dan Chelsea. Memberiku pekerjaan, menyemangatiku saat aku dalam keadaan terpuruk, melepaskan diriku dan ibu dari kekangan ayah.. bisakah aku membalas semua itu sebelum aku mati?"

Tubuh ringkih Haera terdorong ke belakang kala dengan tiba-tiba Andy mendekapnya erat. Tidak peduli jika ia tengah memeluk seorang wanita sekarang. Tidak peduli jika Haera akan menolaknya. Punggung kokoh itu bergetar, Haera dapat rasakan butiran air mengenai bahu sempitnya.

Andy menangis.

"Jangan berkata seperti itu lagi. Kau akan sembuh, Ra!"

Haera mengukir senyum tipis. Ia akan sembuh? Dengan penyakit yang sudah tak dapat ditangani lagi? Dengan operasi apakah akan mengangkat sakitnya juga?

Ia sudah lelah hidup.

Bukan berarti ia menyerah.

Tapi ada seseorang yang menanti kehadirannya di seberang sana.

"Mark, kau masih menungguku, kan?"

"Ya, aku masih menunggumu, di tempat ini."

Sapuan lembut angin senja menghantarkan gelombang kecil yang tercipta di permukaan danau yang tak pernah berubah sejak ribuan tahun lamanya.

Dan juga sang naga penjaga danau kematian, dengan setia menunggu sang pengantin datang ke hadapannya. Ia dapat mendengar suara hati sang pengantin yang merindukannya.

"Sebentar lagi.."

Manik kembar sewarna langit siang itu menutup, bersamaan dengan hilangnya wujud berjubah hitam di balik lembayung sandikala yang perlahan menyelimuti tempat terkutuk itu.



Bersambung..

HIRAETH: REDCARNATION✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang