Bab 14

315 75 22
                                    

Bumi masih terasa lembap ketika Pajero putih membelah rintik hujan yang sudah tak seberapa. Andres membuka sedikit jendela mobil, angin bersiur membawa serta serpihan air yang menyentuh kulit putih pipi pria itu. Berulang kali Andres melihat ponsel untuk memastikan lokasi keberadaan Sharla. Jaraknya sudah sangat dekat, tertera waktu lima meni lagi menuju tempat tujuan.

Pria itu menyipitkan pandangan saat melihat seorang gadis berambut panjang dengan celana jins biru pudar sedang berjongkok sambil menutupi kedua telinganya. Dia ada di sebuah halte seorang diri, motor matic yang dulu sempat Andres tunggangi sekali sedang tergeletak di pinggir jalan dengan kondisi kunci masih tergantung. Andres mulai yakin bahwa itu Sharla ketika jarak mereka sudah semakin dekat. Segera dia meminggirkan mobil, bergegas keluar dan berlari ke arah Sharla dengan wajah panik.

"Sharla," panggilnya setelah berdiri di hadapan gadis itu.

Mendengar panggilan lembut dari suara yang sangat Sharla rindukan, gadis itu langsung mendongak perlahan. Dia kembali memecah tangis saat melihat bahwa pria yang ada di hadapannya kini benar-benar Andres.

"Mas ..."

Andres menurunkan posisinya, mengelus pelan rambut Sharla yang sedikit basah.

"Lutut kamu kenapa berdarah?" pria itu baru menyadari ada cairan merah yang terus mengalir di lutut Sharla, celana pada bagian itu bahkan sampai sobek.

"Hiks ... hiks ... lutut aku sakit, Mas, perih banget sampai aku enggak bisa jalan. Aku kehilangan arah, aku enggak tahu mesti ngapain hiks hiks."

Sakit itu terasa semakin nyata, dan Andres memahaminya, luka ini bukan hanya tentang lutut saja. Pria dewasa itu mendekati Sharla, dia sandarkan kepala si gadis nakal tepat ke dadanya. Anak ini memang benar-benar nakal, hobi sekali membuat Andres khawatir berhari-hari.

"Aku boleh meluk, Mas?" cicitnya pelan di sela tangis.

"Mm, balas pelukan Mas."

Tanpa diminta dua kali, kedua tangan Sharla melingkari perut kekar pria dewasa ini. terserah jika setelah ini akan ada perempuan yang menjambak rambutnya atau menampar pipinya dengan keras seperti yang dilakukan Elina tadi sore. Sharla tidak peduli. Dia perlu ketenangan.

Dia butuh seseorang untuk berbagi beban perasaan. Sebentar saja ... tolong izinkan Sharla untuk memiliki laki-laki ini untuknya seorang sebentar saja. Tubuh Sharla bergetar dalam pelukan Andres, gadis itu terlihat sedang menahan tangisannya. Niat awalnya hanya ingin menenangkan diri, tapi kenapa semakin lama rasa sakit dalam hatinya kian merajam.

"Jangan menahannya, Sharla, menangislah."

"Hiks hiks hiks ... hhh kenapa jadi gini, Mas? Aku ... enggak tahu harus ngapain sekarang. Tadi sore Elina nampar aku, dia bilang dia enggak mau temenan lagi sama aku. Aku juga membalasnya, aku nampar dia bahkan dua kali lebih keras hiks hiks. Aku lega bisa meluapkan amarahku sama dia."

"Aku setuju untuk putus hubungan pertemanan sama dia, tapi enggak Mas hiks hiks. Sebenarnya aku enggak mau hal itu terjadi. Aku deketin Deon buat bikin Elina marah. Aku mau balas dendam sama dia. Aku pikir aku bakal puas setelah lihat Elina sakit hati. Tapi pada akhirnya ... aku ... aku juga tetap sakit hiks hiks. Aku sakit karena dia lebih memilih laki-laki itu daripada aku."

Haruskah Andres menobatkan hari ini sebagai hari paling menjengkelkan dan menyakitkan dalam hidupnya? Banyak hati yang tersakiti pada hari ini. Beberapa kali Andres melihat orang yang dia sayang menangis di hadapannya.

"Aku enggak bermaksud nyakitin dia Mas, aku hanya marah, kecewa, dan sakit hati."

"Iya, Mas paham, kamu memang harus merasakan semua kemarahan itu. Jangan pernah menahannya sendiri."

The Way You Love Me (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang