14-ALGALIA

23 14 4
                                    

Call me Caca!

_______________________ ______________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______________________ ______________

"Hah, Alga???" tanya seorang wanita kaget sekaligus sedikit berteriak.

Devan segera mendekap mulut cempreng sang mommy, ya malam ini Devan lagi berada di kamarnya bersama kedua orang tuanya. Jangan lupakan kamarnya yang sengaja ia kunci, agar Elora tidak nyelonong masuk ke kamarnya.

"Jangan kenceng-kenceng mom! nanti Lora denger!" ucap Devan kesal.

Evan memutar kedua bola matanya malas, "Kamar kamu ini kan kedap suara Dev."

Devan cengengesan, "Oiya dad, Dev lupa!"

Amora menepis tangan yang berada di mulutnya itu, keduanya lebih mendekat ke arah Devan dan menatapnya penasaran.

"Kalo itu Alga, BERARTI MEREKA UDAH ADA DI INDONESIA DONG???" tanya Amora lagi.

Evan mengangguk, "99% bener itu Alga, kenapa mereka harus balik?" tanya Evan dengan tatapan tajamnya, berbeda perasaan yang ada di hatinya. lantaran ia takut mereka di pertemukan.

Amora menggigit kukunya cemas, "Apa mereka mencari kita?" Amora beralih menatap Devan serius.

Devan menggelengkan kepalanya lemas, "Dev gatau mom, Dev masih inget banget perjanjian keluarga Bratadiraka dengan keluarga Adhitama."

"Menjaga Lia untuk Alga? persetanan dengan mereka!" balas Evan yang di sadari wajah miliknya telah merah.

Amora mengangguk setuju dengan ucapan suaminya.
•••
"Abang jangan nangis, Abel hiks ikutan sedih." Abel menangis terisak mendengar isakan El, dengan posisi El tengkurap di kasur miliknya dan mengumpatkan wajah tampan miliknya di guling kesayangannya itu.

Seorang El menangis? Oh tentu bisa, ia juga manusia. Makhluk hidup yang tinggal di bumi, jadi wajar kan?

Abel tak henti hentinya berusaha untuk menenangkan El dengan ia mengusap rahang tegas milik abangnya itu.

"Alga mau Lia, Lia kenapa sama dia hiks," gumam El yang masih terisak, Abel yang panik ia langsung memanggil Kiara.

"MAMA," suara serak Abel menggelar di seluruh penjuru kamar, Kiara dapat mendengar suara serek Abel karena kamar El yang tidak kedap suara.

Kiara memasuki kamar El dengan tergesa-gesa, dari Kiara menaiki tangga ia dapat mendengar isak tangis yang saling bersautan itu.

Kiara dengan gesit langsung duduk di pinggiran kasur milik El, ia memeluk anaknya dari belakang dan jangan lupakan usapan lembut untuk rambut hitam lebat El.

"Sayang..." Mendengar suara Kiara, El segera bangkit dari tengkurapnya tanpa basa basi ia memeluk Kiara dengan erat.

El mendongakkan kepalanya ke arah Kiara, "M-mah," panggil El terbata-bata.

ALGALIA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang