9. Kitten

2.5K 395 62
                                    

Seminggu berlalu sejak tragedi berdarah-darah malam itu, Colton bersaudara tak pernah lagi tunjukkan batang hidung di rumah Hasley. Lily dan Leah juga tidak ke mana-mana, fokus memulihkan kesehatan mereka.

Hasley telah menceritakan segalanya, mulai dari Benjamin yang melakoni profesi sebagai pembunuh bayaran untuk bertahan hidup, sampai ke rencana Benjamin atas keluarga Hamilton dan Colton ke depannya. Lily pun memutuskan turun tangan membantu sang ayah, sementara Leah masih berusaha mencerna situasi, meyakinkan diri bahwa Benjamin sungguhan belum mati sebab pada hari itu ia luput melihat sosoknya.

Si sulung Cordelia hanya kebagian cerita dari Lily, jadi sampai sekarang ia tertatih-tatih merajut rasa percaya. Fakta tentang Benjamin yang belum mati saja sudah cederai logika, lantas ditambah informasi bahwa Benjamin adalah keturunan Ansel. Leah resmi kebingungan. Perenungannya di tiap pagi sekarang menjadi lebih panjang. Hidupnya, kenapa berubah sedrastis ini? Kenapa sekelam demikian histori keluarganya dari pihak sang ayah?

"Kita akan memulai rencana nanti malam," beritahu Hasley ketika pagi itu Cordelia bersaudara baru saja mendaratkan bokong di meja makan untuk sarapan. Hasley tergelak pelan mendapati penampilan khas bangun tidur Leah dan Lily yang berantakan.

Lily menyugar poni, ekspos dahi yang agak berminyak, lantas menyuapkan roti gandum yang kemudian disusul satu regukan nikmat dari sebuah cangkir berisi air teh. Sementara Leah malah memaku tatap kosong ke kaca jendela, mengunci gerimis yang turun di luar sana. Sejak siuman dari efek anestesi sore itu dan mendengarkan penjelasan Hasley, Leah memang jadi banyak diam dan sering melamun ria. Lily sebagai orang terdekatnya tentu paham betul sang kakak yang punya jiwa rapuh pasti butuh lebih banyak waktu menerima kenyataan yang ada.

Cordelia bersaudara itu bertolak belakang dalam menyikapi masalah. Tak peduli serumit apa pun konflik yang sedang dihadapi, Lily selalu anggap permasalahan-permasahan tersebut sepele sehingga fokusnya tak terdistraksi, mudah mencari solusi. Sedangkan Leah kebalikannya; pikiran perempuan itu lebih dulu dipenuhi prasangka buruk karena khawatir, alhasil Leah kesulitan berpikir jernih.

"Dalam piramida kekuatan keluarga Colton, Jervis dan Nathan berada di bagian paling bawah, dan Dominic duduki posisi puncak. Hal yang sama juga berlaku di keluarga Hamilton. Regan adalah kaki tangan paling krusial, lalu Jonathan merupakan kepalanya." Dengan tenang Hasley menjelaskan. "Untuk bisa menyentuh puncak, kita harus meruntuhkan dulu pilarnya, dan itulah tugas kita. Tugas kalian lebih tepatnya." Lelaki itu menggeser semangkuk sup ayam yang ia beli dari satu-satunya kedai di distrik satu ke hadapan Leah, upaya menarik fokus perempuan itu dari lamunan.

Leah terenyak samar, menjatuhkan tatap pada mangkuk. Napasnya lolos dengan lemah selagi menyendok isian mangkuk tersebut. Leah kehilangan nafsu makan sejak terbangun hari itu. "Aku tak bisa membiarkan Lily ikut campur sendirian, jadi yeah, mau tak mau aku juga akan membantu ayah." Tatapan Leah naik ke wajah Hasley. "Aku yakin rencanamu pasti gila, Hasley. Tapi berhubung aku sudah sama gilanya denganmu sekarang, jadi katakanlah, apa rencana kita?"

"Kau harus bisa menjadikan Jervis milikmu, atau paling tidak buatlah dia bertekuk lutut menginginkanmu."

"Jelmaan beruang kutub seperti dia?" Leah hampir menjatuhkan dagunya. "Dia seperti robot yang tak punya hati."

Lily mendengkus sambil menatap Leah geli. Menghibur sekali sikap dramatis Leah ini. "It's time to show your true color," katanya sambil mengunyah.

Leah menoleh. "Apa?"

"Sisi jalang dari dirimu itu, ayo kerahkan untuk taklukan Jervis."

"Bajingan!" maki Leah sebal, nyaris ia lempar sendok di tangan pada Hasley dan Lily yang mentertawakannya.

[✓] E N I G M A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang