21. Itu Bagianku

1.9K 342 124
                                    

Up agak cepet soalnya seneng chpater kemarin banyak komentarnya❣️

***

Embusan angin sore itu membelai wajah Nathan, terbangkan helaian rambutnya. Lembayung membentang di cakrawala, memayungi mentari yang merosot lambat ke peraduannya. Pada hening yang meraja di luasnya gelanggang kuda kepunyaan keluarga Hamilton, Nathan menuang kemelut benak. Segala berisik di kepala coba ia bagi pada senyap yang dekap pundak.

Sudah setengah jam Nathan berdiri di pinggiran gelanggang, memandang Regan yang tengah memacu kudanya ke sana ke mari seorang diri. Nathan mengedikkan dagu tatkala si putra Hamilton tanpa sengaja mendapati keberadaannya. Untuk ukuran orang yang tinggal di Belleza, Regan cukup lambat menyadari presensi seseorang.

Selagi menunggu Regan sampai di hadapannya, Nathan tiba-tiba ingat aksi kejar-kejaran dengan anak buah Dominic semalam. Akibat aksi gila Nathan, rencana pelarian yang telah disusun rapi oleh Gladys dan yang lain pun otomatis berantakan. Nyaris celaka. Rumah eksekusi meledak, bunyi ledakannya menggelegar di langit Belleza, praktis mengundang atensi banyak orang. Semula, jalanan distrik satu lengang seperti biasanya, tetapi begitu hampir mencapai batas distrik, beberapa Jeep tiba-tiba hadir di belakang kendaraan yang Hasley dan Jervis kemudikan. Kejar-kejaran pun tidak terhindarkan. Beruntung bantuan dari Regan sudah menunggu di perbatasan antar distrik sehingga malam tadi Regan menjadi malaikat penyelamat kedelapannya. Kemudian Nathan, dia habis dihujani makian, terutama oleh si sulung Cordelia.

"Oh, lihat siapa yang datang," goda Regan begitu menapaki rerumputan di sebelah Nathan. Ia menoleh sekilas dan kemudian terkekeh geli lantaran mendapati ekspresi kecut sang adik. Sesaat, ia menenggak air dari botol, lantas berkata, "Kau harusnya tidur saja, berikan kakimu waktu istirahat."

"Aku baik-baik saja."

Regan berdecak. "Kata orang yang melangkah dengan tertatih-tatih," cibirnya. "Oh, ayolah. Aku melihatmu sejak kau datang, jangan menipuku."

"Kau melihatku sejak tadi tapi baru menyapaku setengah jam kemudian?" Alis Nathan sedikit menukik. "Kau berani mengabaikanku, Hamilton?"

"Hamilton," Regan merangkul bahu Nathan, "Itu nama belakangmu juga."

Nathan terkekeh remeh, tetapi tidak menolak sentuhan Regan. Ia tahu jika menepis lengan Regan dari bahunya, Regan akan kembali menaruh lengan sialannya itu, lagi dan lagi, sampai Nathan kesal sendiri dan menyerah. Jadi lebih baik sejak awal ia pasrah. Ia tidak punya tenaga untuk meladeni keisengan si putra Hamilton yang—oh, shit, Nathan benci mengakui ini; but double shit, Regan adalah saudaranya!

"Ada apa?" Suara Regan terdengar serius, tangannya juga telah ia tarik dari bahu Nathan. Kini goresan jingga di langit menjadi fokusnya. "Kau tidak mungkin datang hanya karena ingin melihatku, 'kan?" Kekehannya lolos.

"Aku belum mendapatkan penjelasan apa-apa dari siapa pun. Aku ingin tau tentang persekongkolanmu dengan Hellion, rencana kalian ke depan, dan lainnya." Nathan menatap sisi wajah Regan sepersekian detik sebelum membawa atensi ke langit. "Mulai sekarang aku bagian dari kalian, 'kan?"

Regan membiarkan tanya itu dibawa pergi embusan angin, membiarkan Nathan kian penasaran. Ada banyak hal yang akan ia jelaskan, jadi biar ia susun dahulu tiap kata dalam kepala.

"Sebelum itu, boleh aku menceritakan sesuatu?" tanya Regan, dibalas segera dengan anggukan oleh Nathan. Regan menghela napas, meredup binar di mata cantik lelaki itu. Jauh, tatapan kosongnya menembus langit, pergi pada kepingan-kepingan kenangan di masa lalu. Perlahan-lahan, terbentuk samar-samar senyuman getir. "Untuk kita, orang-orang yang tumbuh dan besar di tempat ini, bukankah cinta adalah sesuatu yang terdengar seperti omong kosong? Sangat menggelikan."

[✓] E N I G M A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang