20. Kegilaan Nathan

2.1K 321 136
                                    

Jam dua malam, Casey dan Kenneth melangkah cepat-cepat di lorong yang minim penerangan. Sekantung besar berisikan belasan kaleng minuman dijinjing Ken. Keduanya sampai di sebuah ruangan yang merupakan tempat istirahat bagi mereka para pengurus rumah eksekusi. Beberapa orang terlihat tertidur pulas di tiga sofa butut yang tersedia, sementara lainnya asik bermain kartu ditemani berbotol-botol minuman beralkohol.

"Dari mana?" tanya Anthony; lelaki berperawakan tinggi tegap itu adalah orang yang paling disegani di rumah eksekusi. Setelah Colton bersaudara berkhianat pada Dominic, Anthony dijatuhi amanat untuk mengatur dan mengurusi rumah eksekusi. Sejatinya ia tak tega menyaksikan Jervis dan Nathan mendekam tidak berdaya di ruangan penyiksaan, sebab baginya dua lelaki itu sudah seperti saudara. Sayang sekali ia tak mampu berbuat apa-apa, tak kuasa melawan Dominic.

"Dari gudang," jawab Casey.

Casey merebahkan diri pada sofa di sudut ruangan, membuka ponsel dan bermain game. Sementara Ken duduk di bangku persis di sebelah Anthony. Ia menurunkan tiga botol minuman keras yang belum dibuka sama sekali, lalu mulai meletakkan kaleng-kaleng kopi di sana, praktis menuai tatapan tajam dari lima orang yang duduk mengelilingi meja. Ken terkekeh dan berkata, "Tidak boleh ada alkohol selama Jervis dan Nathan di sini. Kita harus menjaga kesadaran atau kita bisa saja kecolongan dan kehilangan mereka. Itulah kenapa aku membawa kafein ini. Ayo minum kopi agar tetap terjaga." Lantas Ken membuka satu kaleng, dengan khidmat menyesapnya.

"Ada benarnya," sahut Dylan. Ia raih satu kaleng kopi. Selagi membukanya ia berkata, "Siapa sangka Nathan dan Jervis akan berakhir di sini sebagai pengkhianat. Tak ada harapan untuk selamat bagi mereka, 'kan?" tanyanya.

Lelaki di sisi Dylan mengangguk. "Apa mereka akan dimasukkan ke kandang anjing gila?" Ia menatap nanar Dylan. "Sial, aku tak akan sanggup memberi mereka makan di hari-hari sekarat mereka. Orang-orang yang dihukum dengan cara itu adalah yang paling menyedihkan. Saat memasuki fase takut air atau angin, saat itulah kau sadar waktu mereka tidak lama lagi."

"Penyiksaan yang sempurna," balas lelaki di samping Anthony sebelum menyesap kopinya. "Hei, kopi ini terasa agak berbeda." Lelaki itu mengernyit.

Gerakan jemari Casey pada layar ponsel spontan terhenti, sementara Ken merasakan tegang pada pundak.

"Berbeda bagaimana?" tanya Ken.

"Terasa lebih enak."

Ken tertawa, dan Casey diam-diam mencibir sebab suara tawa Ken agak kentara terdengar dibuat-buatnya.

Detik berlarian, efek obat bius yang larut dalam kopi-kopi tersebut mulai bekerja. Mereka yang bermain kartu mulai mengeluh merasakan kantuk yang keterlaluan. Lalu satu persatu mundur dari permainan dan jatuh tertidur. Sementara untuk tiga yang sejak awal pulas dan tak meminum kopi, dengan hati-hati Casey dan Ken membekapnya menggunakan sapu tangan yang telah diberi obat bius.

Ken menghitung jumlah orang dalam ruangan, lalu menyentuh belakang cuping telinga tempat di mana ear peace terpasang. "Area satu clear," lapornya. "Tapi enam orang tidak ada di ruangan. Dari enam orang itu dua di antaranya memegang senjata dan mereka mahir bertarung jarak dekat."

Lalu suara seseorang membalas laporan Ken, "Good job, Kids!"

.
.
.

Usai mendapatkan pemberitahuan dari Ken, Hasley langsung memimpin pergerakan untuk menyusup ke rumah eksekusi. Ia masuk lewat lubang kecil di bagian belakang pagar beton yang mengelilingi tempat penyiksaan itu. Di belakangnya, Leah dan Lily mengikuti dengan kewaspadaan tingkat tinggi.

Ketiganya melangkah hati-hati di bawah naungan penerangan yang redup. Gonggongan anjing saling bersahutan, beradu dengan detak jantung mereka yang bertalu-talu. Ayunan kaki dipercepat kala sukses memasuki lorong yang akan membawa mereka ke ruangan di mana Jervis dan Nathan berada. Akan tetapi di ujung lorong, mereka mendapatkan jegalan.

[✓] E N I G M A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang