Di bawah lampu yang berpendar temaram, Nathan terduduk dengan kedua tangan terikat borgol. Di sisi kanannya ada Lily, Jervis, dan Regan dalam posisi berurutan yang kompak tidak sadarkan diri. Sementara di sisi kirinya terdapat Leah yang melamun panjang, kondisi wajah perempuan itu cukup memprihatikan; memar di beberapa bagian. Ulah Gladys, sebab tadi Leah dan Jervis sempat melawan saat akan dilumpuhkan. Di sebelah sana, Jervis terlihat lebih berantakan. Lima lawan ia tumbangkan sebelum sebuah kayu dihantamkan ke pundak lelaki itu, merenggut kesadarannya secara kontan. Kelima dari mereka berakhir di ruang bawah tanah usai melewati sedikit huru-hara di mana Gladys menjadi penyebab utamanya.
Setengah jam sudah berlalu sejak Gladys menyekap mereka di sana, sejak saat itu pula tatapan Nathan tidak beralih sedetik pun dari Lily. Wajah cantik yang belakangan kerap terbayang-bayang di setiap saat itu tampak pucat, tetapi tetap, Nathan selalu bisa menemukan cara untuk nikmati indah rupa menawan Lily.
"Apa kita akan berakhir seperti ini? Berakhir bahkan sebelum memulai apa-apa?" Suara Leah mengalun lirih, tebas senyap yang meraja, hantarkan keputusasaan ke telinga Nathan. Lalu, Leah menoleh pada si bungsu Colton, berharap dapat mendengar ide-ide gila dikemukakannya, gagasan untuk keluar dari sini. Berharap sisi setan Nathan unjuk eksistensi. Dulu, Leah memang sempat membenci Nathan yang bersikap layaknya orang sinting, tetapi sekarang Leah sungguh ingin melihat kesintingan Nathan. Namun, setelah sekian menit menanti balasan dan senyap tak kunjung dienyahkan Nathan lewat suaranya, Leah seolah disadarkan; situasi ini bahkan sulit untuk seorang Nathan sekalipun.
"Leah," Pada akhirnya suara serak lelaki itu menebas sunyi, "Apa pun yang terjadi, akan aku usahakan kau dan adikmu selamat. Dan jika aku—" Jeda diambil, Nathan menyungging senyum getir. Menghela napas lemah, berdenyut nyeri dadanya kala dipaksa membayangkan kemungkinan paling buruk. Ia sudah melewati banyak rasa sakit, berdarah-darah hingga sekarat, kehilangan orang-orang yang dikasihi hingga enggan mengasihi lagi. Nathan telah sampai pada titik di mana hidup hanyalah sebatas hidup. Nihil mimpi. Hilang semangat. Sudah sesakit itu ia mengandung nyawa, terseok-seok tak punya tujuan. Namun, kenapa meski sudah se-mati itu pun ia tetap merasa kesakitan menghadapi situasi ini?
"Dan jika kau apa?" tanya Leah.
Nathan mengalihkan tatap ke depan, matanya yang sayu menyorot nanar lantai penuh debu. "Sebelumnya aku tidak pernah berharap muluk-muluk pada kehidupan. Cukup bernapas, lalu sudah. Rasanya terlalu lancang untuk memimpikan sesuatu tentang masa depan. Tapi, Leah," Lelaki itu membawa tatapannya pada si sulung Cordelia, menunjukkan matanya yang berkaca-kaca. "Setelah aku sadar aku jatuh pada satu rasa asing yang Lily tawarkan, tiba-tiba aku jadi serakah. Jadi punya banyak mau, jadi punya banyak mimpi. Dan setelah sekian lama menginginkan kematian, untuk kali pertama aku merasa takut lagi jika sampai tak mampu bertahan hidup."
Leah membisu, ada tarikan tipis di sudut bibirnya. Ketulusan di mata Nathan membuatnya sedikit lega.
"Aku ingin hidup dengan Lily lebih lama, ingin menggenggam tangannya lebih erat, memeluk pinggangnya lebih erat, mendengar omelannya lebih sering, mengelus kepalanya lebih lembut, mengikat rambutnya lebih rapi—aku ingin mencintainya lebih dalam, dengan bagian paling dalam di dadaku. Aku bahkan belum mengatakan dengan benar bagaimana berharganya dia untukku. Aku takut tidak punya kesempatan mengatakan itu, Leah. Dan jika," Rahang Nathan mengeras, menahan nelangsa yang koyak dadanya, "jika aku tak memiliki waktu untuk mengatakannya, tolong wakili aku ya, Leah. Katakan pada dia, aku mencintainya hingga di titik di mana aku bersedia mendengarkan kata-kata kasarnya sepanjang hari."
Leah mendengkus keras, tetapi kilat sendu tampak di matanya. "Bajingan," umpatnya dengan suara yang goyah. "Kenapa kau tidak romantis sekali? Cinta macam apa yang kau punya? Kenapa hanya sampai di titik di mana sudi mendengar kata-kata kasarnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] E N I G M A
Misterio / SuspensoHilangnya sang mama membuat Cordelia bersaudara harus menapakkan kaki di Belleza. Belleza; daerah sarang kriminal. Memaksa mereka berurusan dengan Colton bersaudara. Menguak fakta. Tragedi dan romansa tercipta. Akankah Leah dan Lily berhasil menemuk...