29. Sekarat

1.5K 317 190
                                    

Siders, tolong dong kerja samanya:)

***

Ternyata melihat sisi sinting Nathan jauh lebih menyenangkan dari yang pernah Lily bayangkan—Lily baru menyadarinya saat melihat Nathan meringis sambil memegangi dadanya yang tertembus proyektil. Untuk kali pertama selama mengenal si bungsu Colton, Lily akhirnya tahu ekspresi kesakitan lelaki itu. Di detik Nathan ambruk ke tanah dengan napas yang terembus pendek-pendek, kesadaran Lily seolah ditampar; Nathan ternyata tidak sekuat itu. Terlepas dari segala hal gila yang pernah Nathan lakukan, Nathan tetap seorang manusia yang punya batas dalam menahan cidera.

Lily memohon pada Tuhan untuk jaga nyawa lelakinya tetap menyala, maka jika umur Nathan panjang, Lily tidak akan lagi keberatan mengaku bahwa ia mencinta. Tidak mengedepankan gengsi dan berlagak tidak suka. Lily minta maaf—tolong beri perempuan itu kesempatan untuk menunjukkan betapa ia bersyukur dipertemukan dengan Nathan. Semesta ... tolong, ya?

Di sisi lain, Leah terus menyeka bulir air yang berjatuhan ke pipi. Mobil Mustang yang melaju cepat di depan sana tampak sedikit buram di mata sulung Cordelia. Gemetar tangannya mendekap senjata api. Marah, takut, sedih, merasa bersalah—semua emosi negatif berkecamuk dalam dadanya. Otak Leah berisik oleh beragam tanya perihal keadaan Colton bersaudara. Masih terbayang-bayang di pelupuk mata tatkala Jervis tersentak disertai muncratnya darah dari punggungnya, sampai kemudian perlahan-lahan ia merosot jatuh, terlepas dari pelukan Leah. Serta bisik parau Jervis yang memberitahu jika ia mencintai Leah dengan sangat. Beberapa detik yang menyakitkan itu sukses obrak-abrik kewarasan Leah. Ia harap ia tak akan disapa pahitnya sebuah kehilangan.

Deru mesin Jeep yang Lily kemudikan membelah kesenyapan yang berkuasa di jalanan, bersaing dengan debaran jantungnya sendiri yang bertalu-talu. Lily menginjak pedal gas kuat-kuat, berusaha mengejar Mustang di depan sana. Jarak di antara kedua mobil itu semakin terkikis, semakin menanjak pula tensi suasana yang tercipta. Saat dua kendaraan tersebut melaju cepat di posisi sejajar, si bungsu Cordelia tanpa babibu menabrakkan bagian samping mobilnya, berusaha untuk memojokkannya, atau syukur-syukur dapat mendorong Mustang itu supaya jatuh ke pinggiran jalan yang cukup curam. Akan tetapi perlawanan yang diberikan lumayan ngotot, agak sulit menumbangkan Mustang milik Regan.

Bagian samping dua mobil itu terus bergesekan, menciptakan bunyi derit yang membuat telinga tidak nyaman, mencipta percikan-percikan api yang menyulut adrenalin Leah dan Lily. Di saat Lily fokus memaksa Mustang itu untuk berhenti, Leah bergerak susah payah mengokang senjatanya sambil menjaga keseimbangan badan sebab Jeep yang ia tumpangi berguncang hebat. Dengan sebelah kaki menekan kaca depan demi dapatkan pijakan yang kokoh, Leah pun membidik kaca jendela kendaraan di sebelahnya. Lalu meloloskan beberapa peluru. Namun, begitu kacanya pecah, laju Mustang itu seketika memelan. Lily yang tidak memprediksi hal itu akan terjadi pun tak sempat menginjak rem sehingga Jeep yang dikemudikannya berakhir terjun bebas ke tepian jalan. Pekikan Cordelia bersaudara terdengar keras sebelum terlibas kencangnya suara mobil mereka menghantam tanah.

Keheningan kembali meraja.

Mustang melaju pelan mendekati titik jatuhnya Jeep Cordelia bersaudara, kemudian sang pengemudi segera memposisikan mobilnya melintang di jalan, condong ke tepi, supaya lampu depan dapat menyinari Jeep yang terbalik satu meter di bawah sana. Seseorang keluar dari pintu bagian kemudi, lalu melangkah pelan sambil memegangi lengan kanannya yang terkena luka tembak. Ia berjongkok di tepian jalan, menyeringai senang menyaksikan keadaan mobil Cordelia bersaudara yang mengenaskan; bagian belakang terbakar, tinggal menunggu beberapa menit lagi untuk meledak.

"Selamat menyusul kekasih kalian ke neraka, Cordelia bersaudara," bisik Gladys, pada hampanya udara. Gladys mengulas senyum culas, tetapi air mata mulai menuruni pipinya. Perempuan itu mulai terisak hebat. "Jika Jervis tak bisa mencintaiku, kau pun tak boleh bersamanya, Leah. Aku mencintainya di sepanjang hidupku, lalu siapa kau begitu lancang merebutnya dariku? Tapi aku baik, 'kan? Walau aku sedikit tidak rela, pada akhirnya aku tetap membuat kalian bersama di neraka. Nikmatilah, kalian akan abadi di sana." Kemudian tawanya yang sarat akan kenelangsaan membahana. Gladys  bersimpuh di dinginnya aspal jalan, meraung-raung seperti orang gila.

[✓] E N I G M A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang